Bagian 15 : Keluarga Baru

3.8K 435 10
                                    

Di hadapan Odit, tersedia satu mangkuk sayur sop yang isinya potongan sayur brokoli, wortel, sawi dan aneka sayur lainnya, serta ada sebutir telur rebus.

Karena sejak hamil, Odit tak bisa mengkonsumsi makanan berat, seperti nasi serta lauk berupa daging maupun ikan.

Baunya saja ia tak bisa menghirupnya, apalagi memakannya.

"Canti jangan diet dong! Kamu udah kurus gitu masa makan sayur doang?!" tegur salah satu Tantenya yang masih menginap di rumah. Odit hanya tersenyum kecil pura-pura mengunyah, padahal di dalam mulutnya tak ada makanan.

"Emang kalau malam, Canti gak biasa makan nasi." Nana menyahut agar sanak keluarga tak terlalu curiga tentang porsi makan Odit.

"Akram mau tambah lagi?" Nana beralih pada Akram yang menggeleng.

"Jangan malu, Nak. Kamu kan sudah menjadi bagian keluarga kami," sahut Oma Odit membuat Akram tersenyum kecil.

"Iya Oma. Segini udah cukup," tolak Akram halus.

"Mau ikan bakar ini?" tawar Tante Odit pada Akram yang digelengi.

"Akram gak makan ikan, Tante. Trauma pas kecil keselek tulangnya, sampai sekarang gak mau makan lagi." Semua yang ada di meja makan tersebut tertawa mendengar cerita Akram.

Odit tersenyum kecil sambil menikmati sayur sop serta telur rebusnya.

"Gak mau makan nasi?" Odit menoleh menatap Akram yang berbicara padanya dengan suara pelan.

Anggota keluarga saling berbincang satu sama lain, sehingga tak terlalu memperhatikan interaksi pengantin baru tersebut.

"Gak bisa.

"Dikit aja."

"Kalau makan langsung dimuntahin."

"Apa sih bisik-bisik?" Keduanya menoleh ke arah kakak sepupu Odit yang tersenyum menggoda ke arah mereka.

"Mau tau aja kamu. Namanya juga pengantin baru pasti bahasnya 'itu-itu'," ujar Oma Odit membuat mereka tertawa, kecuali Akram dan Odit yang tersenyum canggung.

Sehabis makan Akram diminta Baba untuk bicara berdua.

Sekilas Akram dan Odit saling tatap, sebelum Akram mengikuti langkah Baba menuju beranda samping rumah.

Odit menoleh menatap Nana meminta penjelasan kenapa Baba ingin bicara empat mata dengan Akram.

Nana yang paham tatapan mata Odit, mengenikkan bahunya tak tau. Karena Baba pun tak memberitahu Nana, alasan Baba meminta Akram berbincang dengannya.

Odit masuk ke kamarnya, ia memilih mengepak pakaian serta barang-barangnya yang akan di bawa pergi.

Odit menghela nafas panjang, tak menyangka jika malam ini adalah malam terakhirnya tidur di kamarnya ini.

Asik mengemas, ia tak menyadari kehadiran Nana.

"Nana bantuin?" Odit tersentak, ia menoleh menatap Nana yang tersenyum.

"Udah mau selesai kok," ujar Odit seraya menarik seleting koper miliknya.

"Maaf ya Nana gak anterin kamu langsung ke Jogja?" Keduanya duduk di sofa. Odit tersenyum maklum menatap Nana.

"Iya. Kakak ngerti kok, Nana. Dua bayi besar Nana kan gak mau ditinggalin." Nana dan Odit tertawa. Dua bayi besar yang dimaksud Odit adalah Baba dan Gaga.

"Tapi Nana anter Kakak ke bandara, kan?" Nana mengangguk sembari mengusap pelan rambut Odit.

Keduanya diinterupsi saat Akram masuk ke dalam kamar.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang