Bagian 32 : Terasa Singkat

3.7K 460 16
                                    

Odit hanya diam memperhatikan Akram yang memasukkan barang-barang pribadinya ke dalam tas ransel serta beberapa potongan pakaian yang baru dibeli. Tak ada niat ingin membantu karena ia tak rela Akram kembali ke Jogja karena senin nanti akan memulai kembali perkuliahan.

Waktu sebulan lebih terasa begitu singkat menghabiskan kebersamaan mereka. Entah sejak kapan mereka telah seperti pasangan pada umumnya.

Mungkin sejak malam panas tersebut...

Akram selesai mengatur barang-barang, ia beranjak dan menatap Odit yang mencebikkan bibir kesal. Akram mengulum bibir melihat ekspresi cemberut Odit. Begitu menggemaskan, apalagi kedua pipi Odit yang seperti roti bapau.

"Jangan cemberut dong! Nanti baby juga ikutan cemberut kalau Maminya cemberut." Akram menghampiri Odit yang duduk di sofa lalu menarik Odit lebih dekat ke arahnya. Tangannya terulur untuk merangkul pundak Odit dan membiarkan kepala Odit bersandar di pundaknya.

"Bi ke sini kan kalau acara tujuh bulanan?"

"Iya dong! Masa enggak." Akram mengecup sekilas pelipis Odit lalu menunduk untuk melihat perut Odit yang menyembul. Tangannya lagi-lagi terulur ke arah sana. Mengusapnya pelan, penuh kasih sayang.

"Aku bakal kangen sama baby, usapin perut kamu."

"Sama Maminya gak bakal kangen?" Mendengar pertanyaan Odit membuat Akram menatap Odit lalu tersenyum. Kemudian memajukan wajahnya untuk mencium bibir Odit, melumatnya singkat lalu melepasnya.

"Hm. Bakal kangen juga."

Senyum Odit merekah membuat Akram ikut tersenyum. Senyuman yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya, apalagi jika ia penyebab senyuman itu muncul.

Masih segar diingatan Akram, dua minggu yang lalu saat mereka melakukan pemeriksaan pada bayi mereka di klinik Mama. Odit yang saat itu tersenyum lebar dan raut wajahnya memancarkan kebahagiaan ketika Mama memberitahu mereka jenis kelamin anak mereka.

Perempuan.

Seperti yang ia inginkan.

Akram akan menjadi ayah dari anak perempuannya.

Perasaan khawatir menghinggapi dirinya jika nantinya anak perempuannya mengalami hal yang pernah ia lakukan.

Tapi, ia berjanji akan menjaga putrinya nanti sehingga tak terjadi seperti yang ada di bayangannya.

"Kamu jangan keseringan nyetir mobil!"

Akram kembali menatap Odit, mengusap pelan rambut panjang Odit. Melarang segala hal pada Odit, agar Odit tak kelelahan.

"Jangan begadang!"

"Iya!"

"Jangan keseringan makan makanan cepat saji!"

"Iya!"

"Jangan tiduran terus!"

"Jang..." Cup.

Perkataan Akram berhenti saat Odit mengecup bibirnya. Senyum Akram melebar dan ia pun memulai mencium Odit. Melumatnya begitu pelan.

Jujur saja, tidak terhitung seberapa banyaknya mereka berciuman sejak malam panas tersebut. Tapi, untuk mengulang malam panas tersebut, mereka tak pernah melakukannya lagi karena Akram takut tak terkontrol sehingga membahayakan bayi mereka.

Akram kecanduan rasa bibirnya Odit. Bibir yang ia yakini tak pernah dijamah selain dirinya dan itu membuatnya berbangga.

Ia mengingat bagaimana pertama kalinya saat ia mencium Odit. Istrinya itu begitu kaku saat membalas ciumannya. Tapi, sekarang sudah bisa mengimbangi ciumannya. Malah agak agresif. Seringkali memancing gairahnya untuk dituntaskan.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang