Bagian 23 : Kutipan Buku Phillips Brooks

3.3K 411 15
                                    

Pikiran Akram tak tenang, ia masih saja diliputi rasa kesal karena kejadian semalam. Ia dan Odit saling berteriak.

Dua kali.

Mereka sudah dua kali bertengkar, tapi kali ini Akram tak langsung melunak. Masih ada sisa-sisa kekesalan dan ia bawa hingga ke kampus sehingga teman-temannya tak ada yang menengur karena hari ini ia bersikap dingin.

Apri dan Nevan bertukar pandang, saling memberi isyarat untuk memulai percakapan agar suasana di antara mereka tak mencekam.

Kedatangan Kevin dan beberapa teman lainnya, perlahan mencairkan suasana yang mencekam tersebut.

Tapi, sikap dingin Akram belum mencair sama sekali.

Hanya menjawab seadanya jika di ajak bicara dan lebih memilih tidak ikut bicara dalam percakapan teman-temannya.

"Lo kenapa sih, Ram? Gak dapat jatah, makanya lo bad mood?" Pertanyaan Kevin membuat mereka tertawa, kecuali Akram yang mendengus kesal.

"Eh Ram! Sekali-kali kalau kita kerja tugas bareng di rumah lo, ya? Gue bosen di rumahnya Desi mulu," celetuk Febri salah satu teman mereka.

"Yee~ bilang aja lo mau liat bininya Akram!" Apri menoyor kepala Febri. Sejak mereka tau bagaimana rupa istrinya Akram, mereka penasaran melihat aslinya.

"Cantika gak suka ribut. Kalau lo semua ke rumah pasti heboh," ujar Akram dingin.

"Wait! Lo bilang apa? Cantika?" tanya Kevin heran karena baru kali ini Akram menyebut Odit, tapi malah menyebut nama lain dari Odit.

"Bukannya nama istri kamu Odit, Ram? celetuk Riska, gadis asal Semarang tersebut.

"Nama istrinya Akram kan, Aphrodite Cantika, pasti Akram manggil Cantika biar beda dari yang lain." Desi menoyor kepala Riska yang mendengus kesal.

"Oh semacam panggilan sayang?" Mereka menggoda Akram, tak peduli jika Akram sedang bad mood.

"Odit kan ramah, Ram. Jangan-jangan lo posesif ya setelah nikah? Masa Odit gak suka ribut?" sahut Apri tertawa saat Akram mendengus kesal.

"Sekarang udah gak suka ribut. Dia butuh ketenangan."

"Istrimu hamil, Ram?" Pertanyaan Riska membuat hening dan anggukan pelan yang diberikan Akram membuat mereka heboh dan memberi selamat padanya.

Padahal kandungan Odit sudah menginjak minggu ke sepuluh dan mereka menikah karena Odit hamil, tanpa mereka ketahui. Bahkan Apri sahabatnya, tak mengetahuinya.

"Emang sih, kalau bumil tuh butuh ketenangan," ujar Desi mengerti kenapa Akram tak membiarkan mereka kerja tugas atau kelompok di rumah pemuda itu.

"Yah batal deh liat cewek cantik!" Semuanya menyoraki Febri yang berseru lemah. Akram hanya geleng-geleng kepala. Perlahan, perasasaan kesalnya menguap karena teman-temannya.

"Padahal kalian masih muda lho. Emang lo sama Odit gak nunda gitu? Kalian kan harus nikmati waktu berdua gitu. Kalian dijodohin, kan?" Vita yang sedari tadi hanya menyimak ikut menyahut.

"Cewek mana paham kalau soal beginian. Ya gak, Ram? Lo gak tahan kan dan gak tau kapan waktunya keluar karena terlalu enak!" seru Kevin ambigu membuat mereka bersorak membuat Kevin tergelak.

"Bacot lo semua!" desis Akram. Bukannya takut mereka malah tertawa.

"Gue suka kalau Akram kesal seperti ini!" seru Yudha karena sejak mengenal Akram sebulan yang lalu, Akram termasuk sosok yang jarang marah walau teman-teman menggodanya. Dan yang ia tau dari Apri serta teman SMA Akram lainnya, jika Akram memang sosok yang selalu tenang dan tak gampang emosi.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang