prolog

610 49 18
                                    

[AUTHOR's NOTE]

Karya ini adalah karya orisinal dari author. Sebagai bentuk apresiasi diharapkan memberikan vote dan komen, walau cerita ini sangat tidak sempurna setidaknya menghargai setiap ide dan waktu yang dikeluarkan untuk membuat karya ini. Terima kasih

***

Selama dua tahun pernikahan, tidak pernah terlewatkan bagi Saski membuatkan sarapan untuk Raidan. Begitupula saat malam hari, ia akan menunggu pria itu pulang dan akan makan malam bersama.

Tetapi, enambulan terakhir ini, hal itu tidak lagi terjadi. Tidak ada lagi ada lagi sambutan di pagi hari, tidak ada ucapan selamat tidur, tidak ada kecupan hangat, dan tidak ada lagi kehangatan antara suami isteri semenjak itu.

Semuanya telah berubah begitu cepat seakan dua tahun yang sempat diisi oleh kebahagiaan itu tidak pernah terasa lagi.

"Iya Pak, sebentar lagi saya menuju ke lokasi. Iya, tunggu saya sepuluh menit lagi."

Raidan telah disibukan dengan panggilan mendadak di pagi hari. Harusnya masih ada waktu beberapa menit untuk Raidan menyiapkan diri sebelum berangkat kerja, tetapi kewajiban bekerja lah yang membuatnya harus tergesa-gesa seperti ini.

Sudah rapi dengan pakaian kerja, maka langkah kedua yang harus Raidan lakukan ialah keluar dari kamar dan segera pergi meninggalkan rumah. Kali ini Raidan tidak akan memanaskan mobilnya terlebih dahulu karena tahu waktunya tidak akan cukup akan itu. Tidak ada sesuatu yang bisa menghambat Raidan pagi ini, orang yang menunggunya di sana begitu penting dan Raidan tidak ingin membuat namanya tercoreng hanya karena tidak on time.

"Dan, kamu gak mau sarapan dulu?"

Langkah besar Raidan yang sejak awal ia gunakan saat keluar kamar, nyatanya harus terhenti saat melewati ruang makan yang ternyata telah terisi oleh seseorang yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya.

Seseorang yang sudah Raidan hindari beberapa bulan ini, namun entah mengapa pagi ini perempuan itu menegurnya. Kalau diingat, mereka sudah tidak pernah bicara lagi, terukhusus pertanyaan seperti ini, sudah lama mereka tidak melakukannya dan entah mengapa pagi ini terasa berbeda.

"Aku buru-buru, gak sempat buat sarapan."

Raidan membalas cepat dengan penolakan yang ia berikan terhadap tawaran perempuan itu.

"Kalau gitu sempat bawa makanannya, 'kan?"

Entah apa yang terjadi atau apa tujuan perempuan itu menawarkan hal seperti itu pada Raidan, yang jelas tidak bisa membuat Raidan berpikir jernih. Segala sesuatu yang dilakukan perempuan itu padanya pun, bagi Raidan bukan lah sebuah ketulusan. Raidan tahu itu dan ia tidak akan berharap lebih sekarang.

"Aku buru-buru. Kamu gak perlu bawain aku makanan, aku bisa makan sendiri di luar, Saski."

Kalimat terakhir yang cukup menekankan jika Raidan menolak tawaran Saski tersebut berhasil membuat perempuan di sana terdiam. Pertanda jika Raidan benar-benar menutup segala akses damai untuk keduanya.

Maka, sudah bisa dipastikan jika tidak ada lagi yang harus diperjuangankan untuk hubungan mereka setelah ini, bukan?

Ya. Raidan pikir begitu.

Hubungan mereka, benar-benar akan selesai setelah Raidan mengajukan berkas perceraian nanti siang.

.

introduce

Raidan Malik (31)

Saskina Arsyana (29)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saskina Arsyana (29)

Saskina Arsyana (29)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang