part 9

61 5 0
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen ya.

Kalo ada kesalahan bisa komen ya.

______________________________

Rasa nya seperti mimpi, melihat mu secara nyata tanpa berhalusinasi

-dafa


Dafa pergi ke kampus nya karena ingin menemui sahabat nya, dia memakai pakaian cessual dengan memakai topi.

Dafa berjalan menuju taman, dia menikmati udara yang sejuk karena banyak pe pohonan di sini. Dia mengambil handphone nya dan bermain game.

Suara tawa mengundang perhatian Dafa, Dafa berhenti sejenak dari game nya dan memperhatikan sekitar nya.

Dia melihat segerombolan mahasiswa yang tengah duduk di salah satu bangku panjang di sana. Dia merasa tidak asing dengan suara tawa itu.

Gue berasa gak asing sama suara tawa tadi. Ucap Dafa dalam hati.

Dia merasa tidak asing dengan salah satu mahasiswa yang sedang melihat ke arah handphone nya dan sesekali menunjukan nya ke sahabat nya.

Dafa memberanikan diri untuk menghampiri nya, dengan rasa tidak yakin.

"Permisi," ucap Dafa.

Semua menoleh sampai salah satu yang tadi di perhatikan oleh Dafa menoleh juga.

Deg...

Lana POV

Gue gak nyangka bahwa dia disini, gue coba baik-baik aja dan semoga dia gak curiga bahwa gue ini Lana.

"

Gue mau bicara ber 2 sama dia, boleh gak?" tanya Dafa kepada ku.

Aku melihat ke arah sahabat ku, dia meng iya kan.

"Boleh"

💚💚

"Sebelum nya kenalin, gue Dafa, kalo lo?"

"Gue Tasya" ucap nta sambil menyambut tangan Dafa.

Sekarang mereka berada di salah satu bangku yang cukup jauh daru kerumuman.

"Gue langsung aja ya, maksud gue mau ngomong sama lo karena lo kaya tunangan gue dulu" ucap Dafa.

Duh gimana ini, jujur gak ya. Ucap Tasya dalam hati.

"Mungkin mirip doang kali" ucap Tasya.

"Gak, lo bener Lana gue" ucap Dafa singkat.

Sedari tadi dia memperhatikan tingkah laku Tasya yang mirip dengan Lana, tunangan nya.

"Lo percaya gak sama omongan kalo kita punya 7 wajah yang sama di dunia? Nah mukin gue salah satu nya"

"Gue percaya. Kalo lo bukan Lana gue, yaudah sekarang kita jadian biar lo jadi milik gue" ucap Dafa tiba-tiba.

Dafa sendiri bingung kenapa diri nya bisa berbicara dengan begitu. 

"Eh, enak aja gak-gak" tolak Tasya mentah-mentah.

"Sayang nya gue gak terima penolakan" ucap Dafa.

"Nama hp lo"

Tasya memberikan handphone nya karena dia masih merasa syok tadi.

"Nih, makasih sayang. Nanti gue chat ya, bye gue mau ke temen gue dulu"

"Mata jangan jelalatan, inget lo udah milik Dafa" ucap Dafa sambil mengelus puncak kepala Tasya alias Lana.

Dafa meninggalkan Tasya begitu saja, merasa dia di tinggalkan membuat Tasya sadar.

"Jir, gimana nih, astogel" gumam Tasya.

Tasya kembali ke teman-teman nya dan melupakan masalah Dafa tadi.

"Lo tadi ngomongin apa aja?" tanya salah satu sahabat Tasya.

"Lupa gue" jawab Tasya dengan cengiran nya.

"Hilih"

💜💜

"Lo kemana aja sih? Kata nya udah sampe kampus tapi pas gue cari kaga ada" omel Ray.

"Tadi gue ada urusan sebentar" jawab Dafa.

"Langsung aja yok, capek gue"

"Yok"

Mereka berencana membuka usaha Cafe di pusat kota. Dafa ingin belajar berbisnis sebelum mengantikan ayah nya suatu hari nanti.

Begitupun dengan Ray, dia anak tunggal dan mengharuskan mengantikan ayah nya untuk mengurus perusahaan.

"Kurang apa aja?" tanya Ray.

"Menu, koki, sama satpam aja" ucap Dafa.

"Oooo, rada banyak juga ya"

"Makan nya kita harus posting buka lowongan di sosial media biar banyak orang yang tau" ucap Dafa.

"Tar gue aja yang itu"

"Woke,"

Mereka telah sampai di sana, bangunan yang telah di bangun dan di hias sedemikian rupa sesuai keinginan ke dua nya.

"Mereka masuk dan mengecek semua nya, di sana ada 3 lantai.  Lantai 1 seperti cafe biasa nya yang bertema kan hijau, atau pepohonan. Di lantai 2 bertema warna unggu dan hitam. Dan lantai terakhir bertema kelasik.

Setiap lantai memiliki sport untuk berfoto secara gratis pagi pengunjung.

"Gue mau nambahin--

Dafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang