3;Confused

326 72 27
                                    

"IHHHH GEMBEL! PERGI SANAA!"

===

Pemuda itu masih diam saja membelakangi Sei, kemudian menggaruk wajahnya sambil celingak-celinguk. Matanya awas mengitari seluruh ruangan.

"Si-siapa!!!" jerit Sei. "Maling ya?!?!" tangan Sei mengambil barang terdekat, yaitu sebuah sapu panjang di belakang laci. Sapu ini sudah terlatih karena sering dipakai untuk mengusir kecoa dan mengambil setiap barang bahkan yang ada di bawah laci sampai ke titik terdalam pun.

Lelaki berambut cokelat itu alhasil berbalik, kini mukanya mulai terlihat. Mengenai baju yang dipakainya, daripada baju lusuh lebih terlihat seperti baju model lama yang jarang terlihat di pasaran. Matanya menyipit, raut wajahnya masih terlihat mengantuk.

"Siapa hah? Siapa?! Beneran gembel heh?" seru Sei, tangannya masih menodongkan sapu ke arah laki-laki asing tersebut.

Meski kelihatannya orang itu tidak berbahaya, tapi hei, siapa yang tidak akan takut melihat ada orang berada di dalam rumah tanpa sepengetahuan yang punya rumah?!

"Ck, siapa gembel? Kamu juga mirip gembel."

"APA LO BILANG?!?!" Sei yang selalu kerja keras demi menjaga penampilannya merasa tersinggung dikatain gembel hanya karena dia baru bangun tidur.

Memang sih, dia agak kusam. Rambut yang berdiri bagaikan singa, piyama yang menjadi kusut dipakainya, tapi kan tetap saja.

Ujung tongkat sapu yang melayang hampir mengenai punggung laki-laki itu andai saja tidak ditangkapnya dengan tangan kosong. Sei menganga melihat aksi semacam itu yang dipikirnya hanya terjadi pada seorang debus.

Lalu sapu itu direbut olehnya dari tangan Sei, sekarang perempuan itu tidak punya senjata apa-apa dan hanya bisa memperkirakan akan apa yang terjadi setelahnya.

Tidak lama kemudian, Sei masih mematung di tempatnya. Bukannya karena ada hal aneh, tapi memang aneh sih. Sebab pemuda itu tiba-tiba menyapu lantai kamar.

"Nah, sudah."

"Lu! Jelasin lagi ngapain sekarang?!"

Pemuda itu membalikkan badan, menghadap ke Sei. "Sedang menyapu."

Sei menatap datar padanya.

"Gak, kalau begitu gue juga ngerti. Tapi pertama, lu siapa? Kedua, gimana cara masuknya? Dan terakhir, mau ngapain di sini?" tanya Sei sambil berkacak pinggang menanti jawaban orang tidak jelas ini.

Dia berpikir sesaat untuk jawabannya entah apa yang akan dikatakannya, "pertama, aku malaikat pelindungmu."

"Jaman kapan ini masih percaya malaikat pelindung? Jawab yang benar!"

"Benar, kok. Memang malaikat pelindung itu ada zamannya, hah?" ucapnya sambil menggaruk kepala dengan bingung.

Dari gerak-geriknya, kelihatannya dia tidak punya niat jahat. Tetapi kan siapa yang tahu? Sei harus tetap waspada.

"Kedua, kamu yang membawaku ke sini—"

"Sejak kapan? Heh, jangan-jangan bukan 'malaikat pelindung' tapi orang mesum!" sela Sei, kedua tangannya sontak menutup mulutnya karena kaget.

"Hush, mana ada. Mukaku keliatan orang mesum banget, hah?" sungutnya, "nanti aku jelaskan, ditambah aku ini serius gak bercanda sedikit pun. Permisi, ya."

Sei minggir karena diusirnya, alias dia mau merapikan laci yang tadi terhalang tubuh Sei.

Iya, dia bicara sambil bersih-bersih.

Arunika | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang