5;Again

193 54 16
                                    

Hari Sabtu

"Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu?"

"Ada di rak sana ya Bu, lurus aja nanti barangnya ada di rak paling atas. Atau mau saya antarkan?"

"Sampai jumpa lagi!"

Sibuk.

Tak jauh beda dari hari-hari sebelumnya, tetap diisi dengan kegiatannya menjadi seorang karyawan toko. Menyapa pelanggan, menata barang, membersihkan rak, menyapa pelanggan, menata barang, membersihkan rak.

Monoton? Tentu saja. Kapan hidup Sei seru?

"Huft, satu lagi..." Sei mengangkat sebuah kardus untuk memindahkan isinya ke suatu rak. Ini jam terakhir shift nya, hanya perlu bekerja lebih semangat sebelum akhirnya melepas beban dengan cara merebahkan diri di kasur tercinta.

Begitulah isi pikirannya sebelum ada yang" tidak" sengaja menyenggol badannya sampai miring ke kanan hampir jatuh, untung kardusnya baik-baik saja.

"Eh, kesenggol. Maaf ya, Sei~"

"Jangan gitu, entar dimarahin cowoknya."

Cowok apa sih, Sei ini single independent woman sejak lahir yang disakiti untuk pertama kalinya oleh sang cinta pertamanya sewaktu sekolah dasar.

Bagaimana kabarnya, ya?

Sei menggelengkan kepalanya. Bukan, bukan cinta pertama sekolah dasarnya itu yang dipikirkannya. Laki-laki itu tumbuh jadi orang paling brengsek yang pernah Sei kenal. Kita tidak akan membicarakannya.

Tapi pemuda berambut cokelat dengan senyum cerah itu yang dipikirkannya.

Nakamoto Yuta.

Mengingat dia yang bilang tak punya tempat tinggal, selama ini hidup menjadi kucing. Sei masih tidak percaya bagian yang itu, tidak dapat dijelaskan dengan logika.

Akan tetapi buat apa dipikirkan? Ibarat putus kontak dengan mantan pacar, Sei tak mau tahu apa yang dilakukan laki-laki dengan senyum lebarnya itu. Lagipula dia juga bukan mantan pacar. Hanya pemuda biasa yang muncul sesaat dalam kehidupannya. Itu saja.

Ya, itu saja.

"Sei! Ke sini sebentar!"

"Iya, sebentar!" sahut Sei.

Kembali fokus pada pekerjaannya. Tak ada yang perlu dipikirkannya saat ini.

🍃🍃🍃

Seribu tahun kemudian waktu shift Sei selesai, bercanda, hanya satu jam saja. Waktu menunjukkan jam tiga siang, langitnya cerah, kendaraan berlalu-lalang di depan tokonya. Damai sekali, rasanya tak akan ada hal aneh yang terjadi, kan?

Beruntunglah Sei jarang dapat shift sore, dia ini tipe yang mudah bangun pagi tapi malas beraktivitas di malam hari. Lelah saja membayangkan pulang saat hari sudah gelap, kemudian masih harus membereskan rumah dan melakukan segala hal.

"Sei!"

Waktu dia lagi di halte, menunggu bisnya. Sebuah mobil sport berhenti tepat di depannya, kaca pintu supirnya diturunkan. Sei tahu siapa pemilik mobil ini, yaitu yang sekarang ini lagi duduk di kursi supir menyapanya. Seseorang dengan rambut hitam model undercut yang kerap dipanggilnya kakak.

"Kak Taeil? ngapain Kak?" tanya Sei.

Taeil, kakak sepupunya. Setiap bulan memang rutin mampir ke rumah sewanya, biasanya sekalian memberikan titipan dari Bibi entah itu belanja bulanan buat Sei atau keperluan lainnya seperti barang rumah tangga.

Arunika | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang