2;First Time, Huh?

353 78 32
                                    

"Hai." sapa Sei lagi dengan suara pelan.

Kucing itu tak bereaksi apa-apa, hanya menatap dengan mata bulatnya yang begitu lucu.

"Aku gak punya makanan kucing." ucap Sei lagi, seolah mengusir dengan halus. Tapi kucing itu tetap tidak berpindah dari tempatnya.

Setelah mereka saling tatap selama tiga puluh detik, Sei memutuskan untuk masuk ke dalam. Malam-malam begini enaknya makan malam sambil nonton televisi.

Begitu Sei menutup pintu, kucing itu masih tidak beranjak sedikit pun. Lalu setelah beberapa saat sadar kalau sudah tak ada orang, dia hanya berputar-putar dengan bingung lalu merebahkan diri di depan pintu kamar.

Sedangkan di dalam, Sei sedang membuka ponselnya karena ada notifikasi chat dari Seulgi.

Seulgi
|Seiiii
|Udah sampe rumah?

Udah mbak ^^|

|Bagus deh 😁
|Dimakan yaa yang kukasih

Okeee|
Mbak Seulgi udah nyampe rumah juga?|

|Gaak, aku gak langsung pulang ke rumah

Ooh gitu ya|
Hati-hati mbak|

Setelah berganti baju dengan baju tidurnya, Sei membuka makanan yang tadi diberikan oleh Seulgi. Lumayan deh, ayamnya ada banyak bisa buat besok juga.

Kamar sewaannya ini lumayan besar untuk ukuran harga sewa yang tak sedikit juga. Dia pun bisa mendapatkan kamar ini dengan bantuan paman dan bibinya, mereka memang orang baik. Sei tak tahu akan jadi apa tanpa mereka berdua.

Setelah menyiapkan meja makan sedemikian rupa, Sei menyalakan televisinya. Tak ada siaran menarik malam ini, hanya berita dan acara hiburan malam hari.

Huft, satu hari lagi dalam hidupnya sendirian saja. Semangat, Sei.

Ada satu kebiasaan yang selalu Sei lakukan sejak kecil, yaitu mengusap kepalanya sendiri sambil mengucapkan kata penyemangat. Setidaknya hal kecil semacam itu bisa membuatnya senang sedikit.

Tak terasa sudah makin malam, sehabis merapikan kamarnya Sei bersiap untuk tidur. Sebelumnya dia mencuci muka dan sikat gigi dulu, utamakan cakep.

Pip!

Selamat malam semuanya.

🍃🍃🍃

Alarmnya berbunyi, menunjukkan angka 6 di layar digitalnya. Lalu terdengar bunyi ringtone yang dibencinya karena dengan diputarnya suara itu menandakan Sei harus bangun.

Sei mulai kerja jam 9, makanya dia harus bersiap lebih awal agar tidak terlambat. Jangan heran, Sei ini memang terlalu rajin.

"Selamat pagi dunia,"

Setangkup roti, telur mata sapi dan susu putih. Sarapan yang selalu disiapkannya setiap hari. Katanya ini sarapan yang sederhana.

"Seiiii!"

Sepertinya ada yang menginterupsi sesi sarapannya yang damai, biasanya tidak begini.

Itu suara perempuan di sebelah kamarnya yang kemarin dia bilang, kira-kira kenapa?

Oh iya, kucingnya.

Arunika | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang