11; Sakit Kepala

40 9 0
                                    

Pagi hari setelah Sei berangkat kerja, ia meninggalkan Yuta seorang diri di rumahnya tanpa ada yang menemani. Akhirnya membuat laki-laki satu ini duduk melamun sendirian, tak mau melakukan apa pun. Paling kegiatan sehari-harinya yang tak pernah berubah adalah mengajak mengobrol anjing kecilnya, yaitu Rapu-chan kesayangannya yang kini sedang duduk manis di depan pintu rumah menantinya memberi makan sesuai jadwal.

Jam 10 teng, anjing ini akan duduk menghadap pintu sambil menunggu manusia yang baru-baru ini selalu memakai baju tanpa lengan. Rapu-chan tidak tahu namanya, yang jelas orang itu tampan dan baik.

"Namaku Yuta, kamu bisa bilang Yuta gak?"

Rapu-chan mengabaikan manusia itu, perhatiannya teralih sempurna pada mangkuk berisi makanan anjing. Beberapa hari setelah manusia berambut panjang ini mengadopsinya, di hari saat mereka pergi ke supermarket si manusia perempuan sekalian membeli bungkus makanan anjing.

Si manusia rambut panjang bertanya apa itu benda yang dipegangnya, lalu manusia perempuan berkata itu buat makanan Rapu-chan.

Si manusia rambut panjang senang mendengarnya, berarti secara tak langsung si manusia perempuan seratus persen menganggap Rapu-chan sebagai peliharaan mereka berdua. Padahal karena Rapu-chan sering mengobrak-abrik sampah, akhirnya si manusia perempuan memutuskan membeli makanan anjing bermerek yang harganya lumayan buat kantongnya.

Ngomong-ngomong soal kantong, tampaknya untuk saat ini Sei takkan mengalami gejala kanker atau kantong kering. Sebab Yuta menukarkan semua emasnya dengan uang di toko perhiasan, sehingga isi rekeningnya bertambah satu digit. Kalian tidak usah tahu jumlahnya, yang jelas banyak. Bisa untuk keperluannya selama kurang lebih setengah tahun.

"Kamu kenapa gak coba buat beli rumah aja sih?" tanya Yuta setelah menemani Sei mengecek tabungannya.

Sei masih gemetaran, tidak biasa pegang uang banyak.

Lima puluh gram emas.... dijual oleh Yuta semuanya....

"Ah? Eng... enggak, deh! Rumah yang sekarang juga udah cukup, uangnya disimpan aja buat nanti," jawabnya.

Ini bisa buat dp rumah kali ya... pikirnya saat itu tapi langsung ditepis karena takut terkesan kurang ajar.

Rumah sewa satu kamar, ditambah rooftop di atas biasa untuk menjemur pakaian dan kegiatan di luar ruangan lainnya. Kalau saja bisa, Yuta mau Sei punya rumah sendiri yang bagus. Langsung diceknya kembali isi kantong celananya, diambilnya gulungan kain yang selalu dibawanya kemana-mana. Itu bukan kain biasa, melainkan digunakannya untuk membungkus barang kecil berharga miliknya.

"Masih ada," gumamnya.

Maksudnya adalah, dia masih punya "sedikit" emas lagi untuk dijualnya di lain waktu.

Yuta tidak ingat darimana emas-emas itu berasal, tiba-tiba saja ada saat dia pertama kali melihat cahaya matahari sebagai manusia. Yang pasti, kalau ada padanya berarti otomatis menjadi kepunyaannya. Begitu prinsipnya. Kalau pun bukan punyanya, kenapa pula bisa ada di kantong celana?

"Eh, hai! Ngasih makan anjing lagi?"

Yuta melongo, ternyata tetangga Sei. Siapa lagi kalau bukan Joy, pakaiannya rapi sepertinya ia punya urusan setelah ini. Rambutnya terurai panjang. Tangannya melambai seiring langkahnya mendekat menuju tempat Yuta berjongkok.

"Iya? Kan anjingku," balasnya.

Joy terkekeh, kemudian ikut berjongkok di samping Yuta. Tangannya mengelus pucuk kepala Rapu-chan seperti yang dilakukannya tadi, kelihatan dari ekornya yang bergerak kesana-kemari sepertinya anjing kecil itu kesenangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arunika | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang