8;Cheesy Line

162 33 16
                                    

"Gak, saya pacarnya."

"Sei, udah capek aku ngomong sama dia." adu Winwin, ia menyerah setelah sibuk berdebat dengan Yuta selama kurang lebih satu jam. Membahas segala hal dari warna rambutnya, cuaca hari ini, sampai rahasia wajah lucu Winwin.

Terakhir yang mereka bicarakan adalah Yuta si kepala batu tetap mempertahankan hubungannya dengan Sei, alias perannya sebagai pacar tetapi naasnya sudah diketahui Winwin kalau itu hanya pura-pura.

Di pojok ruangan, Sei menekuk lutut sambil memainkan ponsel. Tak mau berurusan dengan omongan mereka berdua yang menjalar kemana-mana.

"Kamu dijadikan pacar pura-pura Sei karena kemaren ada Kak Taeil!"

"Terus apa bedanya Kak Taeil denganmu?"

"Bedanya? Kalau aku tau cerita tentangmu yang muncul tiba-tiba di rumah Sei dan kejadian selanjutnya juga aku tau, makanya kamu gak usah jadi pacarnya Sei. Paham?" terang Winwin panjang lebar, sampai mulutnya mau berbusa.

Yuta cemberut, Sei kenapa pakai cerita segala? Kan ia masih mau pUra-PuRA jadi pacarnya.

Karena merasa bosan-sebenarnya masih tertarik mengobrol dengan Winwin tapi tampaknya Winwin masih sensi ke Yuta gara-gara daritadi diajak berantem terus. Ia memepetkan diri ke Sei di pojokan, ikutan mojok. Diintipnya apa yang dilakukan oleh Sei, lalu merasa heran kenapa perempuan berbaju cream itu memainkan sebuah kotak panjang tipis bercahaya.

"Kamu ngapain?" tanya Yuta, kepo.

Sei menggeleng, lalu memiringkan badannya supaya Yuta tidak melihat-lihat layar ponselnya. "Gak ngapa-ngapain," jawabnya singkat.

Yuta si kepala batu (2) tetap bersikeras mengintip walau setelah itu wajahnya terkena dorongan pelan telapak tangan. Merasa dirinya terusir, ia gantian menempel ke Winwin yang memainkan ponsel juga.

"Wow, barang apa tuh," celetuknya sambil menyentuh ponsel milik Winwin.

"Ini?" Winwin mengangkat ponselnya, menjauhkan dari tangan nakal Yuta yang hendak menyentuh layarnya. "Handphone, kamu gak tau?"

Yuta menggeleng, "gak, handphone barang apa lagi? Buat komunikasi?"

Mata Winwin memicing, orang dari zaman mana lagi ini tidak tahu apa itu ponsel? Tetapi mata penasaran orang ini bersinar melihat ponselnya, aura ingin tahu yang menggebu-gebu menguar darinya. Akhirnya Winwin luluh pada tatapan memelas yang ingin mengobservasi lebih lanjut tentang ponsel.

"Nih, kamu liat ya. Ini layar touchscreen, jadi kalau kulitmu kena sini bisa bergerak layarnya."

Sei melihat pemandangan itu sekilas, lalu kembali fokus ke ponsel kepunyaannya sendiri. Apa yang terjadi kalau Yuta sudah paham betul tentang dunia modern ini, ya? Rasa penasarannya bangkit kembali, tentang asal muasal Yuta darimana dan dari kapan. Namun sakit kepalanya pun ikut bangkit, ia lupa harusnya beristirahat di atas kasur bukannya meladeni dua orang yang terlihat seperti anak kecil di matanya.

Kelihatannya Winwin juga takkan keberatan kalau Sei izin mau istirahat di kamarnya, lagipula toh dirinya sedang sakit. Selagi Sei di kamar, Winwin akan melakukan apa saja sampai teman satunya akan menyusul ke sini. Kalian tahu siapa.

Tapi membiarkan Winwin bersama dengan Yuta?

"Cepat juga kamu ngerti, kukira bakal kaget sampai syok pingsan pas liat cahaya dari sini."

"Gak lah, kamu kira aku orang apa? Orang jadul?"

Tampaknya akan baik-baik saja, iya kan?

"Winwin," panggil Sei, Winwin menengok. "aku ke kamar dulu, kalau ada yang dateng atau ada apa-apa ketok pintunya aja."

Arunika | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang