4;My Presence

253 59 9
                                    

"Yuta?! Kok, kok bisa masuk sini???!"

===

Mereka semua bingung.

Dua perempuan itu bingung melihat kedatangan pria asing yang mematahkan lipstick expired milik mereka, Sei yang bingung kenapa Yuta bisa tiba-tiba berada di sini, Seulgi menyusul tergesa-gesa dari belakang kenapa orang ini mencari Sei, dan Yuta yang sebenarnya juga bingung situasi macam apa ini yang diperbuatnya tapi tetap saja dia merasa marah.

"Hah, hah... Maaf Pak, ini khusus karyawan aja!" seru Seulgi dengan napas yang memburu karena panik melihat Yuta tiba-tiba berlari dari hadapannya setelah dia memberitahu keberadaan Sei.

Ia panik melihat Yuta masuk ke gudang, lalu saat mendengar keributan dari sana dan ada Sei di sana juga membuatnya makin panik.

"Hoh? Beneran gak dengar apa, ya? Kenapa kalian cuma melongo saja melihatku?"

"Yuta! Udah, lu ngapain?" tanya Sei setengah berteriak, ditariknya tangan Yuta.

"Marahin mereka!" jawab Yuta, teriak juga.

Tampaknya mereka berdua malah takut melihat Seulgi yang ikut datang ke tempat ini, seingat semua karyawan kalau Seulgi ini tegas jadi tak akan segan melaporkan mereka pada atasan.

"Ini kenapa? Sei, kamu diapain mereka?"

"Maaf, mbak Seulgi! Kami pamit ya..."

"Heh, mau kemana kalian? Yang cari masalah siapa, yang kabur siapa." cegat Yuta, dia langsung berdiri menghadang jalan.

Sei kalang kabut melihat kekacauan mendadak ini, kedua orang yang baru datang ini marah-marah sedangkan dua lainnya sedang berusaha kabur.

"Mbak Seulgi, udah jangan marahin mereka! Yuta, lu jelasin dulu alesan lu tadi maksudnya apa?"

"Ya kan aku mau jagain kamu tentu aja! Jelas-jelas tadi kamu diganggu mereka, kan?"

"Diganggu? Heh, Sei, bilang cepetan kamu diganggunya gimana?" tanya Seulgi.

Keduanya menoleh pada Sei.

Kepala Sei sendiri hampir mau meledak. Pertanyaan bersahut-sahutan. Siapa yang mau dijawabnya terlebih dahulu?

"Bentar, kalian tenang dulu!"

"Kenapa, kenapa aku harus tenang?"

"Sei, kamu kalau kena tekanan batin bilang aja. Biar aku yang balas!"

"Maaf, misi ya mas saya ada kerjaan..."

"Gak, minta maaf dulu ke Sei!"

Di situasi tak bisa dikendalikan seperti ini, Sei tidak tahu harus menyalahkan siapa karena tidak ada yang bisa disalahkan. Faktanya sih ada, tapi bingung saja.

Bisa saja Sei memberitahukan semua hal yang telah mereka lakukan padanya, tapi tetap saja dia tidak bisa mengatakan dengan jelas. Dasar hati nurani dan keterbatasan public speaking yang bekerja tidak pada tempatnya.

"Mbak Seulgi, aku bakal kasih tau tapi gak sekarang."

Si perempuan sanggul sontak mendelik pada Sei, sedangkan si perempuan anting mulutnya sibuk komat-kamit. Wah, mereka bisa panik juga.

"Tapi nanti aja kita ngobrolnya habis kerja, terus-"

"Tempat ini bahaya, pulang ke rumah."

"Apa?"

Arunika | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang