It's you, it's you, it's all for you
Everything I do
I tell you all the time
Sudah sejak semenit yang lalu, anak perempuan itu berdiri di depan pintu kayu bercat putih. Tangannya ia angkat kemudian turunkan lagi, ragu untuk mengetuknya. Tetapi ketika satu tangannya yang lain yang menenteng rantang makanan itu terasa kebas, ia menarik nafas perlahan dan memutuskan untuk mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali.
Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka dan seorang anak perempuan yang tingginya tidak jauh darinya dengan mengenakan piyama tidur berdiri di depannya, memandangnya sedikit bingung.
Cantik, pikir sang anak pembawa rantang. "Hai, ini dari bunda aku." katanya sambil menyodorkan bawaannya ke anak perempuan berpiyama itu. "Ah, aku Chaeyoung, tetangga baru depan rumah. Salam kenal ya." katanya karena masih melihat raut wajah bingung dari anak perempuan berpiyama di hadapannya.
Ia mengangguk, kemudian tersenyum, "Mina." dan menyebutkan namanya. Makanan yang dibawakan Chaeyoung pun diterima dan tak lupa ia mengucap terimakasih. Tapi ketika Chaeyoung hendak pergi, "Chaeyoung!" ia berseru dan anak perempuan yang imut menurut pandangannya itupun menoleh.
"Aku sendirian di rumah, mau nemenin aku main gak?"
"Main apa?"
"Aku punya banyak mainan di rumah. Yuk masuk."
Chaeyoung mengingat kata Bundanya, sebagai penghuni baru di komplek, ia harus bisa berteman dengan tetangga sekitar. Chaeyoung juga tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan lagi. Karena itu dengan anggukan dan senyuman, Chaeyoung kembali berjalan ke rumah Mina, melepas sandalnya, dan mengikuti Mina.
~MINA'S POINT OF VIEW
Perasaanku tidak tenang ketika Momo menghampiri mejaku dan mengatakan bahwa Pak Namjoon menungguku di ruang guru. Dengan nafas tergesa, aku pun meletakkan switchku di laci meja dan segera beranjak. Sambil berjalan dengan langkah lebar dan kedua tanganku yang sibuk merapikan ikatan rambut panjangku, juga beberapa pasang mata yang tidak berhenti menatapku sepanjang aku berjalan di koridor sekolah membuatku sangat tidak nyaman. Aku jadi teringat percakapanku dua hari lalu dengan Kak Nayeon di mobilnya sesaat sebelum aku masuk ke rumah setelah ia mengantarku pulang.
"Susah gak jadi pacarku?"
Aku menggeleng cepat, meskipun bingung atas maksud pertanyaannya.
"Ada yang buat kamu risih? Aku tau kamu kan tipe orang yang suka ketenangan, tapi pasti sekarang rasanya beda banget ya?"
Aku tersenyum, Kak Nayeon selalu bisa mengerti diriku, meskipun kuakui kekhawatirannya terlalu berlebihan, "Aku gak apa-apa kak."
Kak Nayeon balas tersenyum dan mengusap puncak kepalaku, ia melepas seatbeltku, "Kalau ada yang ganggu kamu, bilang aku ya."
Ah, ini cuma diliatin doang kok, belom ngerasa keganggu. Ini resiko kamu pacaran sama primadona sekolah, Min. Wajar kalau cuma diliatin doang. Aku menggeleng dan berusaha sebisa mungkin menghindari setiap pasang mata yang merisihkan itu. Dan ketika aku sudah sampai di depan pintu ruangan yang kutuju, aku menarik nafas perlahan, kemudian menarik kenop pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
by my side. | michaeng fanfic | COMPLETED
Fiksi Penggemari don't want to be friends i want all of you - more • • • • ~ my very first story that i ever published ~ pure fictional‼️ ~ please bear with my writing skill😁 ~ update suka-suka! ~ vote + comment + share will be appreaciated🤩 ~ enjoy!!