Chapter 2: Pain

14 7 5
                                    

Brankar melaju dengan cepat di Lorong UGD membawa Yena yang sekujur tubuhnya mulai berkeringat dengan bibir yang sangat pucat dan ventilator mulai dipasangkan melalui hidung mancungnya, bunyi-bunyi mesin ventilator berbunyi dengan sangat nyaring membuat Mama Anna tidak tega melihat putrinya menderita seperti ini.

"Yena sayang, Mama mohon kamu kuat yah. sayang jangan ninggalin Mama sendirian Nak" ucap Mama Anna sambil mengusa-usa air matanya.

Tiba-tiba datanglah seorang Dokter yang sudah menjadi Dokter spesialis Yena dari dia kecil.

"Dok saya mohon selamatkan Yena Dok" Mama Anna bermohon dengan sangat kepada sang Dokter tersebut.

"Ibu Anna tenang ya, saya akan melakukan hal yang seperti biasanya Bu" seperti biasanya artinya dia akan melakukannya dengan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Yena.

Mama Anna tidak kuat melihat ini semua. Melihat berbagai alat mulai terpasang disekujur tubuh Yena Mama Anna yang tak kuasa melihat dia pun kemudian memutuskan untuk menelepon Kiyoung.

KiYoung Calling...

Kiyoung

"Hallo Tante ada apa?" ucap Kiyoung dengan lembut.

Mama Anna

"Kiyoung-aa" Mama Anna sesak dada menahan tangisannya berusaha untuk berbica dengan Kiyoung.

Kiyoung

"Tante kenapa? Tante??" ucap Kiyoung dengan khawatir mendengar suara tangisan Mama Anna.

Mama Anna

"Yena sayang, Yena dibawah kerumah sakit, Kiyoungaa" ucap Mama Anna sambil menghapus air matanya yang mengalir sangat deras.

Setelah mendengar perkataan Mama Anna sekujur tubuhnya langsung di buat membeku sekaligus gemeteran. Hal yang sudah lama tidak dia dengar sekarang terjadi secara tiba-tiba. Memang penyakit Yena mungkin akan terjadi secara tiba-tiba tapi lain lagi kalau Mama Anna menagis hingga sampai seperti ini itu bertanda hal yang buruk sedang terjadi.

Semantara di ruang ICU para Dokter dan perawat mulai melakukan Defibrilator kepada Yena.

"Sekarang kita akan melakukan Defibrilator NAIKKAN TEGANGAN" ucap Dokter specialis Yena, Dokter Rico.

"Baik Dok" ucap asisten Dokter Rico sambil menaikan tengangan Defibrilator.

"1..2.. SHOCK" ucap Dokter Rico, suasana disana mulai tegang karena bunyi Mesin Defibrilator semakin berbunyi nyaring.

Bunyi mesin-mesin yang mulai semakin berisik berbunyi, menandakan Yena mulai dalam keadaan sangat kritis.

"1..2.. SHOCK" Dokter kemudian melakukan hal yang sama hingga mencapai lima kali SHOCK

tit..tii..tit..tit...

Berhasil, akhirnya detak jantung Yena kembali kekeadaan normal, meskipun dia harus memakai alat bantu pernapasan itu sudah cukup dari pada yang sebelumnya berbagai alat-alat mulai tertancap di sekujur tubuh Yena.

Dokter Rico pun kemudian keluar dari ruangan ICU menemui Mama Anna untuk memberitahukan bahwa Yena sudah kembali ke keadaan normal

"Gimana Dok keadaan Yena?" ucap Mama Anna sambil di gandeng oleh Kiyoung, semua menunggu jawaban dari sang Dokter termasuk Nenek dan Kakek Yena yang tadi langsung datang begitu Kiyoung menelepon mereka. Mama Anna tidak sanggup menelopon mereka karena nanti dipikir akan meminta bantuan pada mereka

Mama Anna dan Yena sudah mandiri semenjak Papa Yena meninggal dunia, semuanya Mama Anna lakukan sendirian tanpa meminta-minta dari Orang Tuanya. Dia melakukan itu semua agar mereka tidak hidup bergantung pada orang lain. Tapi untunglah keluarga Yena adalah keluarga yang dibilang terkecukupi. Mama Anna memiliki sebuah tokoh perhiasan terkenal di salah satu Mall Korea Selatan.

Faith Over Fear(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang