Agama dan Sains Bersatu?Kontributor : @kawan_faiz
Diedit dan diselia oleh @gen.saladinDewasa ini, Umat Islam sebagian besar sedang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini bukan hanya miskin harta saja, tetapi yang lebih parah lagi adalah sedang mengalami miskin pikiran. Sama halnya ketika kita ditodongkan dengan pertanyaan yang tiba-tiba dan anda di situ bersikap gagap.
Pada kondisi yang seperti ini, terdapat 2 jenis cara pandang dalam menanggapi fenomena ini. Pertama, orang yang resah akan keadaan dan yang kedua adalah yang menjadi korban keadaan. Beruntunglah kamu yang sekarang sedang tidak bisa tidur pulas karena memikirkan masalah umatnya.
Demikian pula kala itu yang terjadi masa sekularisasi di Kekhalifahan Utsmaniyah, liarnya ideologi negatif yang berefek pada pudarnya akidah Umat saat itu dan mencabut nikmatnya iman dari hati Kaum Muslimin. Dengan keadaan seperti itu banyak para pemikir muslim bergerak dengan menggoreskan penanya dalam berbagai karya sebagai counter atas keadaan yang mecekam ini.
Faktanya, bahwa yang bisa mempertahankan suatu peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan, bukanlah kekuasaan sebagai modal berserikat. Bisa kita lihat pada Revolusi Prancis yang melumpuhkan kediktatoran monarki.
Secara garis besar, keilmuan terbagi menjadi dua yaitu ilmu agama dan sains (alam, modern, dan lainnya). Cahaya ilmu adalah ilmu-ilmu agama sementara sinar adalah ilmu sains. Dengan perpaduan antara keduanya, hakikat akan tersingkap. Adapun jika keduanya dipisahkan, maka fanatisme akan lahir pada pelajar ilmu agama dan skeptisme akan muncul pada pelajar ilmu sains.
Sayang seribu sayang, saat ini banyak yang lebih menganggap orang yang mahir dalam keilmuan sains adalah orang yang kritis. Tetapi orang yang paham dalam agama dianggap orang yang konservatif. Mereka merasa superior terhadap orang yang sedang susah payah "Tafaqquh Fi Ad Din" dengan dalih terpenjara dalam masjid.
Dan pada dasarnya keilmuan itu dikokohkan oleh pondasi tauhid yang mantap, bukan tauhid yang sebatas pengucapan dua kalimat syahadat. Mereka terlalu nikmat dengan diskusi senjanya bahkan hingga subuh menjelang dan lupa menunaikan kewajiban yang disyariatkan, padahal mereka juga mengkritik terkait dengan syariat dan agamawan, tetapi lucunya mereka malah mempraktikan kritik yang mereka diskusikan.
.
Begitu juga yang terjadi pada golongan yang sedang menyelami ilmu agama, mereka menganggap orang yang memahami ilmu sains secara mendalam sebagai orang yang sekuler. Pemahaman kolot mereka yang tidak mau menerima ilmu sains dalam kehidupannya.
.
Bahkan mereka merasa superior dengan tingkat kesalehannya karena mengikut berbagai macam event kajian yang sedang naik daun di berbagai tempat. Umumnya mereka memahami bahwa “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” tetapi mereka secara tidak langsung enggan mempraktekan isitilah itu. Seolah mereka takut untuk berpikir lebih kritis dengan anggapan takut liberal, orientalis dan paranoid yang lainnya.
.
Hanya imanlah yang mampu menggerakkan setiap hati untuk peka terhadap kondisi yang seperti ini. Karena iman adalah persoalan hati, tapi perbuatan adalah hasil interpretasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah yang tak mungkin hilang ✅
Spiritualdari gensa... Semoga bermanfaat, ilmu adalah pengetahuan. Tanpa pengetahuan kita tak akan cerdas♥️