Kisah Mahmud Al Ghazni dan Berhala Somnath
Islam pernah menjadi bagian sangat inti dari kehidupan bangsa India selama nyaris 800 tahun. Keadilan yang disebarkan Islam membuat penduduk setempat jatuh cinta, sebab Islam mengajarkan persamaan, bukan kasta-kasta.
Sebagaimana kamu tahu, di feed-feed Instagram sebelumnya kita pernah membahas kisah Muhammad bin Qasim Ats Tsaqafy, anak muda 17 tahun yang memimpin pembebasan India dan Pakistan. Perjuangannya berlanjut dan dakwah terus menyebar sampai ke pelosok Himalaya.
Salah satu icon muslim yang mengubah sejarah India adalah Sultan Mahmud Al Ghazni (971-1030 M). Ia lelaki cerdas yang mencintai Ulama. Orang-orang di masanya menggambarkan beliau setegas Umar bin Khattab, sebab perangainya sangat tegas melarang kemungkaran. Ia membasmi tempat-tempat maksiat, judi, minuman keras dan korupsi. Wilayah yang dibebaskan oleh beliau juga nyaris setara dengan luas yang dibebaskan di masa Khalifah Umar bin Khattab.
Meskipun begitu, beliau tidak pernah melarang penduduk yang beragama Hindu untuk beribadah sesuai dengan keyakinan mereka, namun Sultan tidak mengizinkan mereka menyembah berhala. Dalam ajaran Hindu sendiri, sebenarnya tidak ada ajaran untuk menyembah patung. Itulah yang membuat Sultan Mahmud Al Ghazni melakukan agenda pembersihan wilayah kekuasaannya dari berhala-berhala yang bisa menurunkan azab Allah.
Selama agenda pembersihan berhala, ada 10 ribu patung-patung yang dihancurkan oleh pasukan Muslimin. Namun, orang-orang yang menyembah berhala nyinyir sembari berkata, "patung-patung itu hancur karena tidak disukai oleh Somnath. Kalau saja Somnath menyukai patung-patung itu, pasti orang yang menghancurkannya akan mendapat bencana."
Pada awalnya Sultan Mahmud Al Ghazni tidak ambil pusing dengan perkataan mereka. Namun semakin hari, apa yang mereka katakan semakin mereka yakini. Somnath, bagi mereka, tak akan terkalahkan. Pasukan Muslimin pun tak akan bisa menghancurkan Somnath.
Karena hal itulah, Mahmud Al Ghazni memutuskan untuk berangkat bersama 30 ribu mujahid menuju Kuil Somnath untuk meruntuhkan keyakinan khurafat penyembah berhala. Dengan hancurnya Somnath, beliau ingin para penyembah berhala itu tahu bahwa tak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah semata. Bukan dari manusia, apalagi berhala.
.
Sesampainya di sana, tentara Muslimin melihat betapa hebatnya pertahanan yang dibuat oleh penyembah berhala untuk melindungi Somnath. Kuil itu ada di bibir pantai dan lengkap dengan penjagaan super ketat. Orang-orang berteriak pada para mujahidin, bahwa Somnath tak akan terkalahkan. Namun Mahmud Al Ghazni tak menghiraukan mereka.
.
Pada hari Jum'at setelah usai waktu dzuhur, dipimpin langsung oleh Mahmud Al Ghazni, pasukan Muslimin mulai menyerang Somnath dan terjadilah pertempuran yang amat sengit. Para penyembah Somnath percaya mati-matian bahwa sang dewa akan menolong mereka.
.
Namun keadaan begitu cepat berbalik. Pasukan Muslimin berhasil menjebol satu persatu benteng dan barisan pasukan musuh hingga sampai ke kuil Somnath. Di saat itulah para penyembah berhala mulai ketakutan dan mengirim utusan untuk bertemu Mahmud Al Ghazni.
.
"Wahai paduka raja, kami mohon jangan hancurkan Somnath. Kami akan membayar apa saja dengan harga mahal untuk paduka asalkan jangan menghancurkannya."
.
Mahmud Al Ghazni mendengar permintaan itu, kemudian mengajak menteri-menterinya untuk memusyawarahkan keputusan yang terbaik. Pagi hari di hari selanjutnya, setelah beliau melakukan shalat istikharah beliau mengucapkan kalimat hebat yang hingga kini terabadikan dalam tinta emas sejarah Islam.
.
"Aku memikirkan apakah akan menghancurkan Sonmath atau mengambil pajak dari kalian. Namun aku membayangkan jika nanti aku dipanggil oleh Allah di padang Mahsyar, aku lebih suka ingin dipanggil sebagai 'Mahmud sang penghancur berhala' dari pada dipanggil dengan nama 'Mahmud sang pengambil pajak.'" Percakapan ini diabadikan oleh Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wa An Nihayah.
.
Dan subhanallah, ketika seseorang meninggalkan godaan dunia karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih besar. Ketika Mahmud Al Ghazni memerintahkan penghancuran berhala, kaum Muslimin mendapatkan ada harta senilai 1 juta dinar di dalamnya (sekitar Rp 2,5 triliun) sebagaimana ditulis Ibnu Khaldun dalam Tarikh-nya.
.
Akhirnya Kaum Muslimin masuk ke Somnath, namun hanya menghancurkan berhala-berhala saja dan tidak menyentuh sesentipun bagian kuil. Sejarawan India Romila Thapar mengabadikan bahwa selepas kejadian itu, orang-orang yang pergi ke Sonmath tak melihat adanya kerusakan sama sekali di sana.
.
References :
1. ابن الأثير: الكامل في التاريخ، 7/685.
2. ابن كثير: البداية والنهاية، 12/28.
3. Eaton, Richard M. (December 22, 2000). "Temple Desecration and Indo-Muslim States, Part I".
4. Thapar, Romila (2005). Somanatha:The Many Voices of a History
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah yang tak mungkin hilang ✅
Spiritualdari gensa... Semoga bermanfaat, ilmu adalah pengetahuan. Tanpa pengetahuan kita tak akan cerdas♥️