Gadis berambut pendek dengan topi hitam yang dipakai terbalik, menyorot lekat gedung bertingkat di hadapannya.
“Ck, Lia nggak bilang kalo sekolahnya sebesar ini.”
Leora mengerutkan alis dengan mata memicing sebal, merasa kurang sreg dengan sekolah barunya.
Seperti kata ayahnya, dia tidak punya banyak uang untuk membayar sekolah, mungkin. Dilihat dari kendaraan yang dipakai kebanyakan muridnya, sekolah ini merupakan jajaran sekolah elite.
Dengan langkah yang terkesan malas, gadis itu memasuki gedung sekolah. Beruntung hari ini jadwal memakai seragam OSIS, jadi dia tak perlu merasa risi karena seragam identitasnya dari sekolah lama akan menarik perhatian.
“Leora, kamu masuk ke sebelas IPS 2. Seragam kamu bisa diambil nanti saat istirahat atau pulang sekolah di TU.”
***
Selepas berbincang dengan kepala sekolah dan wali kelasnya, Leora diantarkan menuju kelas yang akan ditempatinya kurang lebih satu tahun kedepan.
“Leora, kamu bisa duduk di bangku yang kosong. Ibu tinggal dulu, silakan kenalan sama teman-teman yang lain.”
Usai kepergian wali kelasnya, Leora melepas topi dan menaruhnya ke laci meja.
Gadis itu membalas tatapan teman sekelasnya yang tampak penasaran padanya. Tak ada tanda-tanda mereka ingin mengajaknya berkenalan, dan Leora pun tidak pandai memulai pembicaraan dengan orang baru.
“Hai!”
Suara husky yang berat tetapi terdengar lembut di telinga Leora, sontak membuat gadis itu menoleh ke sumber suara.
“Lo nyapa gue?” Leora menunjuk dirinya sendiri. Pemuda dengan pahatan rupawan di hadapannya mengangguk dengan senyum menawan.
Sejenak Leora tertegun saat pemuda itu menyodorkan tangan, mengajaknya berkenalan.
“Nama gue ....”
“JUPRI!!”
Teriakan melengking seorang gadis menghentikan ucapan pemuda yang tangannya masih menggantung.
Pemuda itu menatap tajam gadis yang tadi berteriak. Gadis itu tampak berlari menuju ke arah mereka dengan napas memburu. Leora masih diam menyaksikan interaksi keduanya.
“Ih, Tata ngapain teriak, sih? Jupri kan lagi kenalan sama cewek cantik, Tata mah!”
Pemuda bernama asli Jefri itu memukul bahu Tata main-main, tak lupa bibir bawahnya dimonyongkan.
Tunggu, Leora menatap ngeri pemuda yang ia pikir sangat ramah tadi. Tingkahnya benar-benar berbanding terbalik saat berkenalan dengannya.
Tata mendengkus kesal. “Nggak usah sok imut deh, Jup!”
Tata mendorong bahu Jupri dengan telunjuknya. Namun reaksi sang empu tampak berlebihan. Dia merogoh saku celananya dengan heboh, mengambil sebuah kaca bulat dan ... bedak?!
“Ih, Tata jangan kasar dong! Untung muka Jupri nggak lecet. Asal Tata tau ya, perawatan muka Jupri tuh mahal, ewh!”
Jefri berkata sambil memoles wajahnya dengan bedak tipis-tipis. Tak lupa bibirnya yang masih mengerucut.
Leora memijit pelipis, merasa jengah dan geli mendengar nada mendayu-dayu dari pemuda kekar yang ternyata sedikit nyeleneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEORA
Teen Fiction"Cowok kalo nggak brengsek ya homo." Tentang Leora yang tidak suka didominasi dalam hubungan asmara. Dalam pandangannya, penghianatan adalah salah satu kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Sosoknya yang keras kerap kali membuat lelaki segan mendekat...