Bab 7 | Aura Suram

73 13 0
                                    

Leora menghela napas setelah mendengar bel pulang berbunyi. Gadis itu memasukkan bukunya ke tas dengan cepat karena ingin lekas pulang.

Tata dan Jefri sudah lebih dulu keluar karena mereka sama-sama akan mengikuti latihan ekskul Dance. Jadi, sekarang tinggal lah Leora sendiri di dalam kelas yang masih asing.

Semuanya berjalan lancar, sampai saat Leora bangkit dari duduknya hendak melangkah keluar, sebuah suara lembut memanggil gadis itu.

"Leora, kita pulang bareng, ya."

Ucapan gadis itu, membuat seluruh pasang mata di kelas sontak memusatkan perhatian pada mereka. Khususnya wajah keduanya yang hampir serupa. Namun, alis Leora yang lebih tegas, serta warna manik yang tak sama, menjadi pembeda antar keduanya.

"Liara, lo kok di sini?"

Belum sempat Leora menanggapi ajakan kakak kembarnya, suara berat lebih dulu menyambar dengan tak sopan.

Pemuda yang jika tidak salah ingat namanya Raka itu kini berjalan mendekati Liara dengan wajah semringah. Tak jauh beda dengan Liara yang juga demikian.

"Aku mau nyamperin saudara aku, Ka."

Melihat senyum manis yang Liara lemparkan tanpa sungkan pada pemuda itu, membuat Leora menebak bahwa keduanya sudah saling mengenal atau bahkan akrab.

Namun, dari sudut matanya, Leora merasakan tatapan tajam yang menyorot lekat dua sejoli tersebut. Dan seusai dugaannya, tatapan itu berasal dari Linggar Adipermana.

"Oh, jadi dia saudara lo? Pantesan mukanya mirip." Raka cengengesan sembari menggaruk tengkuknya.

Liara tertawa kecil. "Kami kembar."

"Oh, ya?!" Raka tampak tak percaya. Kemudian memindai dua wajah di depannya secara bergantian.

Saat ini Leora lebih tertarik melihat ekspresi Linggar, dari pada mendengar percakapan Liara dan Raka. Dan di saat itu pula, Linggar menoleh pada Leora. Membuat gadis itu gelagapan dan buru-buru mengedarkan pandangan.

Decihan sinis dari Linggar, terdengar begitu jelas di telinga Leora. Karena merasa tak nyaman dengan tatapan intens pemuda itu, Leora dengan cepat memotong percakapan kakaknya.

"Lia, ayo pulang."

Iris pekat nan tajam Linggar mengikuti punggung Leora yang mengecil bersama saudari kembar gadis itu. Lalu ia kembali menatap Raka yang kini sudah melangkah mendahuluinya.

Linggar menghela napas dan berdecak sebelum akhirnya menyusul langkah lebar pemuda itu.

"Raka!"

Tak ada tanda-tanda yang punya nama untuk berhenti atau bahkan menoleh. Hal itu membuat Linggar geram bukan main, hingga pemuda itu menarik kerah belakang Raka dengan kuat.

"Sial, apa mau lo?!"

"Gue bilang jangan deket-deket cewek sok polos itu. Lo ngerti bahasa manusia, kan?"

Raka menyentak tangan Linggar dari kerahnya. Pemuda itu berdecih sembari membenarkan bajunya yang sedikit berantakan.

"Ini yang bikin gue muak sama lo, Gar. Sikap lo yang kaya gini, bikin semua orang salah paham."

GALEORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang