Bab 1 | Bunuh Diri

1.8K 369 47
                                    

𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐

ᴇɴᴊᴏʏ!

****

Leora berdiri di depan cermin, menatap tajam bayangannya sendiri. Dapat ia dengan samar-samar suara tangisan sang ibu yang memilukan dari kamar wanita paruh baya itu.

"Arghhh!" Ia menutup telinganya sambil menggeleng kuat.

Masih terbayang dalam benaknya, bagaimana cinta pertamanya begitu mudah menyakiti hati bidadarinya. Napas gadis itu memburu, dadanya bergemuruh.

Amarah yang tidak bisa dipendam, membuat Leora mengobrak-abrik isi kamarnya. Selimut dan bantal yang tergeletak di lantai, buku-buku berserakan, serta beberapa botol skincare yang terbuat dari kaca, pecah.

"Dia nyakitin Mama. Dia bohongin Mama, dia nggak cinta sama Mama. Bullshit! Tukang selingkuh! Mati aja lo Rehan sialan!"

Segala bentuk makian keluar dari bibir ranum Leora, ditujukan untuk ayahnya sendiri. Dalam hati kecilnya seolah tertanam kebencian yang paling dalam untuk ayahnya.

"Brengsek!"

Leora menutup telinganya saat mendengar keributan dari kamar ibunya, wanita itu sepertinya juga tengah melampiaskan kekecewaannya.

Tangan Leora mengambil serpihan kaca yang berserakan di lantai. Dengan tertatih, ia bangkit berpegangan pada meja rias. Memandang wajahnya dan beling yang dipegangnya bergantian.

Kresss!

Helai demi helai, mahkotanya berguguran. Leora memotong rambut panjangnya asal, tak peduli jika anggota tubuh yang selama ini ia rawat mati matian, harus rusak karena rasa kecewa.

Dibanding menyayat kulit, Leora memilih mengorbankan rambutnya. Senyum merekah dan tatapan kosong ia lemparkan pada pantulan dirinya di cermin.

"Muka lo ... keliatan ancur banget, Le!" ejek gadis itu pada sosok bayangannya. Jari lentiknya mengelus rontokan rambutnya perlahan.

Rambutnya yang sebelumnya panjang dan halus, saat ini berubah sangat pendek dan kusut. Potongannya tak beraturan, membuat kesan berantakan pada dirinya.

Leora melemparkan beling di tangannya asal. Tanpa menunggu lama lagi, gadis itu berlari keluar kamar saat mendengar teriakan menyakitkan diiringi bunyi benda jatuh sangat keras.

Ceklek!

Kedua netra yang hampir mirip itu saling bertatapan sejenak. Manik segelap malam Leora, bertubrukan dengan manik coklat gelap milik saudara kembarnya, Liara.

Liara membulatkan matanya menatap penampilan adiknya yang begitu berantakan.

"L-Le, rambut kamu-"

Leora mendengkus, sedikit mendorong tubuh kakaknya yang menghalangi jalan.

"Rambut gue nggak penting, sekarang kita harus liat Mama! Tadi gue denger Mama teriak kesakitan."

Leora menarik lengan Liara yang masih terdiam, sebelum akhirnya dia tersadar dan mengikuti langkah lebar adiknya menuju kamar sang ibu.

GALEORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang