Devina kini sedang berada di mall, bersama Prisilla.
Entah bujukan apa yang Devina katakan kepada Prisilla sehingga Prisilla mau menemaninya, setelah banyak nya alasan yang Prisilla lontarkan."Sil, lo gak beli apapun gitu?"
"gak ah," ucap Prisilla, sambil menjilat es krim nya.
"emang lo udah punya baju buat ke pesta nanti?"
"Pesta? Pesta apaan?" Bingung Prisilla.
"Jangan bilang lo lupa?" Ungkap Devina, dan di angguki Prisilla.
"Ya ampun Prisilla, lo tuh gimana sih. Masih muda udah pikun," seloroh Devina.
"ya maaf, mangkanya kasih tau gue," ucap Prisilla dengan cengiran nya.
"Kita kan di undang ke acara ulang tahun nya si Lilu,"
"ya ampun, gue lupa sumpah" heboh Prisilla. "yaudah yu, bantuin gue nyari gaun buat nanti malam," ajak Prisilla sambil menarik tangan Devina.
Setelah kembali berkeliling untuk mencari apa yang Prisilla mau, tapi masih belum ada satupun yang menurutnya cocok.
"Sil, lo cari yang gimana sih? Dari tadi keluar masuk toko tapi gak nemu-nemu." Prisilla kembali bertanya dengan gemas.
Tanpa menjawab pertanyaan Devina, Prisilla kembali menarik tangan Devina ke Toko khisis laki-laki.
"Kok, kita ke sini?" Bingung Devina. "Hemm," jawab Prisilla.
Prisilla pun melihat-lihat spatu pentofel yang berjajar rapi di etalase.
"Dev, ini bagus gak?" Tanya Prisilla, sambil mengangkat sepatu yang menurut dia menarik."Lo, beli itu buat siapa? Apa jangan-jangan. Lo-," tebak Devina. Devina pun memicingkan matanya dengan penuh selidik.
"Apaan sih, lo" bantah Prisilla dan mengembalikan sepatu itu ke tempat nya.
"Siapa tau kan, lo diem-diem punya pacar dan gak bilang-bilang sama gue," ucap Devina sambil melihat-lihat baju pria yang menggantung berjejer di sebelahnya.
"Kalau pun gue punya pacar, gue pasti cerita ke lo kok," jawab Prisilla dengan perasaan yang tidak enak hati.
"Iya, gue tau. Kalau lo udah punya pacar, lo pasri cerita sama gue, ya kan?" Ucap Devina sambil menatap Prisilla. Sedangkan Prisilla menganggukan kepala nya tanpa melihat mata Devina.
Ketika melihat Prisilla yang kembali memusatkan perhatian nya ke arah sepatu-sepatu itu lagi, Devina pun mencoba melihat-lihat berbagai jenis aksesoris laki-laki.
Seketika pandangan nya tertarik ke arah jam tangan yang menurutnya bagus.
Devina pun mengambil jam itu dan melihat-lihat. "kayak nya cocok deh buat Kenzie, dia kan gak pernah pakai jam" batin Devina.
Devina pun mengambil jam tersebut dan kembali melihat-lihat yang lain nya.
Setelah berkeliling dan tidak ada yang menarik bagi Devina, ia pun kembali ke arah Prisilla yang kini tengah berada di jajaran swieter."Sil, udah belum?" Tanya Devina.
"Belum," ucap Prisilla, "Menurut lo, bagusan warna hitam atau abu?"
Devina pun berfikrir dan melihat ke arah swieter hitam dan abu bergantian. "Ini sih, menurut gue ya."
"Sehati," ungkap Prisilla, dan mengambil swieter hitam. "lo, beli apa?"
"Jam tangan," ucap Devina sambil memperlihatkan jam yang di genggam nya.
"Yaudah, yuk. Tinggal bayar kita." Seru mereka secara bersamaan, dan kembali menatap satu sama lain, seketika mereka tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek atau Abang??
Teen FictionKenzie Mahendra cowo yang terkenal akan keangkuhan dan kesombongan nya, hoby membuli. memiliki ketampanan di atas rata-rata, membuat dirinya menjadi pemain wanita. rahang yang tegas serta mata yang tajam ketika melihat seseorang yang ia benci. ...