Setelah tiga hari Devina tidak masuk sekolah karena jatuh dari pohon, ia di harus kan untuk istirahat.
Saat jatuh dari pohon itu, ia langsung di bawa ke uks dan langsung di periksa.
Tapi entah paman nya tau dari mana bahwa Devina jatuh.
Ia langsung ke sekolah Devina bersama tante nya.Hingga Devina pun di bawa ke rumah sakit, karena mereka khawatir terjadi sesuatu kepada dirinya.
Dan dokter menyarankan untuk tidak masuk sekolah dulu.
Jadi sekarang di sini deh, setelah libur selama tiga hari.Baru saja Devina masuk gerbang sekolah, ada orang yang memanggil namanya.
Ia pun menengok ke belakang, dan ternyata bang Arya.
Ia setelah tiga hari gak ketemu Devina merasa kangen sama teman-teman nya terutama Prisilla dan Arya.
Devina pun kini sudah memanggil Arya dengan sebutan abang, karena Arya sendiri yang meminta nya."Hai, bang." Sapa Devina dengan riang.
"Hai, juga Dev."
Devina pun menunggu selagi Arya memalkirkan motor nya.
"Ayo, kita ke kelas." Ajak Arya, sambil merangkul Devina.Tanpa mereka sadari, dari kejauhan Kenzie tengah mengepalkan tangan nya dengan erat.
Sedangkan teman-temannya yang melihat itu, hanya bisa bungkam saja.
Dan dalam hati mereka masing-masing merasa kesal, karena kebodohan Kenzie tentang cinta.Meski mereka sudah memberi tahu bahwa Kenzie itu cemburu kepada abang nya.
Tapi memang Kenzie yang dasarnya keras kepala, susah di kasih tau.
Suara bell pertanda istirahat pun mulai terdengar, dan Devina masih berkutat dengan tulisan nya.
"Dev, gue duluan ya. Nanti kalau lo berubah fikiran pengen nonton, langsung samperin gue aja oke." Ucap Prisilla, dan di angguki oleh Devina Prisilla pun berlalu.
Ketika di kelas tidak ada seorang pun, hanya Devina saja yang tengah mencatat sesuatu.
Suara kursi di seret mendekat ke tempat meja Devina pun menggangu konsentrasi nya.
Devina pun melihat siapa yang tengah duduk di dekat nya dan memandang nya dengan insten.
"Ngapain lo ke sini?." Sinis Devina, yang kembali melanjutkan tulisan nya.
"Terserah gue, mau ngapain" Jawab Kenzie dengan angkuh nya.
Devina pun tidak memperdulikan keberadaan Kenzie, dan itu membuat Kenzie semakin murka.
Dengan marah, Kenzie pun mencengkram rahang Devina dengan sekuat tenaga.
Devina hanya bisa meringis, dan meminta di lepaskan.
Tapi kemarahan sedang menguasai Kenzie, karena mengingat tadi pagi ketika diri nya di datangi abangnya.
Meminta agar menjauhi dan jangan mengganggu Devina.Meski abangnya tidak mengatakan secara kangsung bahwa dirinya menyukai Devina, taoi terlihat jelas dari kedekatanya selama ini.
Dan orang-orang pun mengira bahwa Devina dan Arya tengah menjalin hubungan.
Dan yang membuat Kenzie geram ia itu ketika semua orang mendoakan Devina dan Arya langgeng sampai menikah karena kecocokan nya.Gara-gara itulah Kenzie marah, dan melampiaskan kepada Devina.
"Kenzie, lepasin. Sakit" Mohon Devina.
"Gak, itu belum seberapa buat lo" Ucap Kenzie bengis.
"Ken, gue salah apa sama lo?, gue gak pernah cari gara-gara sama lo." Teriak Devina, sambil menahan sakit yang teramat sakit.
"Eh, gak pernah cari gara-gara." Ucap Kenzie tersenyum remeh.
"Lo pengen tau apa kesalahan lo?." Tanya Kenzie, yang semakin mengeratkan cengkraman nya.
Devina pun hanya mengangguk saja.
"Karena lo, selalu bikin gue emosi" Ucap Kenzie.Devina pun semakin di buat bingung oleh ucapan Kenzie.
Ketika Kenzie ingin kembali berbicara.
Suara lain pun lebih dulu terdengar.
"Kenzie lepasin tangan lo dari Devina!" Peringat Arya.Kenzie pun mendengus, dan melepaskan tangan nya dari rahang Devina.
Ia pun baru sadar betapa kerasnya ia mencengkram rahang Devina hingga merah dan ada bekas tangan nya.
Membuat ia merasa bersalah."De---," Belum selesai Kenzie berbicara, tapi sudah di dorong oleh abang nya.
"Dev, lo gak apa-apa?." Tanya Arya, yang khawatir.
"Enggak apa-apa, kok bang." Ucap Devina mencoba tersenyum.
"Ya udah ayok, ikut abang ke uks. Biar di kompres pake air es." Ajak Arya, sambil berlalu bersama Devina meninggalkan Kenzie di jelas sendirian.
Cih, abang. Sejak kapan bang Arya jadi abang lo?. Dan kenapa lagi, panggilan sama gue gak kayak ke bang Arya. Dumel Kenzue dalam hati.
Kenzie pun pergi dari kelas Devina.Sedangkan Devina tengah di kompres oleh Arya.
"Bang, udah sini sama Devi aja." Ucap Devina."Gak usah, biar abang aja. Ini tuh pekerjaan gampang tau, tinggal di basahin lap nya lalu di peras terus di tempelin ke bakpau." Ucap Arya dengan cengiran.
"Ih, kok bakpau sih, bang."
"Iya, kan pipi kamu kan kayak bakpau" kekeh Arya.
Devina pun hanya cemberut saja, tapi siapa yang tau, bahwa Devina dari tadi menahan kegugupan nya.
Karena di tatap dengan begitu dekat nya."Sudah selesai, sekarang tinggal di pakein salep nya aja ya." Jelas Arya sambil membuka tutup salep nya.
Dengan buri-buru, Devina pun merebut salep dari tangan Arya.
Dan membuat Arya heran."Kenapa, kok di ambil? Sini biar aku aja yang ngolesin" Ucap Arya.
Apa jadinya jantung gue kalau ngebiarin bang Arya ngolesin salep ke pipi gue.
Bisa-bisa gue jantungan di tempat.
Heboh nya dalam hati."Biar aku aja kak, aku bisa sendiri kok." Gugup Devina sambil membuang muka dari Arya.
Dan Arya pun hanya tersenyum menahan geli.
"Udah belum?" Tanya Arya."Belum."
"Yaudah sini, biar abang aja." Seru Arya yang ingin mengambil salep dari tangan Devina dari arah belakang, karena Devina membelakangi Arya.
"Udah!, udah kok." Teriak Devina, karena merasa panik dirinya sampai tidak sadar dirinya berteriak.
"Ups, maaf bang." Ucap Devina sambil nyengir kuda.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek atau Abang??
Teen FictionKenzie Mahendra cowo yang terkenal akan keangkuhan dan kesombongan nya, hoby membuli. memiliki ketampanan di atas rata-rata, membuat dirinya menjadi pemain wanita. rahang yang tegas serta mata yang tajam ketika melihat seseorang yang ia benci. ...