AAA03

54 24 11
                                    

"Devina, keluar lo. Kalau enggak tas lo bakal gue bakar ke solokan." Teriakan Kenzie memenuhi kelas yang di huni siapa lagi kalau bukan Devina Ayana.

Sedangkan Devina yang tengah bersembunyi di belakang lemari di dalam kelas pun hanya bisa meringis.
Sedangkan murid yang lain, yang tengah berada di situ, merasa kasian dengan Devina yang harus berurusan dengan Kenzie sang penguasa sekolahan.
Dalam hati mereka berdoa agar tuhan melindungi Devina.

"Gue hitung sampe tiga, kalau lo gak keluar, tas butut kesayangan lo gue bakar." Ancam Kenzie dengan suara yang mengelegar.

Devina pun panik, karena mereka tau bahwa tas yang selalu di pake oleh Devina itu adalah tas kesayangan nya.
Pemberian nenek nya satu-satunya.

"Satu," hitung Kenzie, yang mulai mematik kan api di tangan nya.

Devina pun mengintip dan mulai tak tenang.

"Dua, Ti---" Belum selesai Kenzie berhitung, Devina sudah keluar dari persembunyian nya sambil mengangkat kedua tangan nya.

"ia, ia. Gue keluar." Beri tahu Devina sambil mendekat ke arah Kenzie dan merebut tas miliknya dari tangan Kenzie.

"Ikut gue sekarang!"

"Ogah, gue belum selesai nulisnya." Bantah Devina.

Dengan kesal Kenzie pun menyeret Devina tanoa perasaan yang membuat Devina meringis merasakan tangan nya yang di genggam erat dan di tarik.
Mereka pun menjadi pusat perhatian oleh seluruh murid yang mereka lalui. Termasuk salah satu murid laki-laki yang tengah mengernyitkan dahi merasa tak asing dengan perempuanbyang di seret adik nya.

Dengan rasa penasaran laki-laki tersebut oun mengikuti langkah adik nya.

Sesampai nya di sana, ia melihat adik nya Kenzie tengah ngerjain perempuan itu bersama teman genk nya.

Sedangkan Devina yang tengah berusaha mengambil tas nya dari atas pohon, tadi saat mereka sampai di tempat teman genk nya Kenzue yang tengah bercanda ria, secara cepat ia merebut tas nya dari genggaman nya. Dan naas tas nya kini berada di atas pohon.

Sedangkan Devina tengah berusaha mengambil tas dengan cara melompat dan mencoba untuk memanjat. Tapi itu semua gagal, karena tingginya pohon tersebut.

Ia pun mencoba sekali lagi untuk memanjat, dan hasil nya. Ia terjatuh dari ketinggian yang lumayan tinggi itu.

"Aduh, pinggang gue." Ringis Devina, dan matanya yang yang berkaca-kaca menahan tangis.

Kenzie dan teman-teman nya pun sudah ingin menolong Devina karena melihat ia terjatuh dan sepertinya menahan sakit.
Tapi, baru saja Kenzi ingin melangkah.
Suara orang yang ia kenal pun masuk ketelinga nya.

"Kenzie, lo sudah keterlaluan tau gak!, kalau bunda sama ayah tau kelakuan lo. Mereka pasti kecewa banget ngeliat anak nya yang suka membuli orang lain." Marah laki-laki yang tadi mengikuti Kenzie, sambil membantu perempuan itu ya itu kakak dari Kenzie. Ia itu Arya Mahendra.

"Apa sih bang, gak usah ikut campur urusan gue." Sewot Kenzie.

Ketika kakak beradik itu tengah berdebat.
Sedangkan Devina tengah memperhatikan orang yang tengah merangkul nya, sambil menahan sakit di pinggang.

Kini ia pun tersadar ketika ada tarikan dari orang yang merangkul nya, dan laki-laki tersebut atau lebih tepatnya kakak nya Kenzie itu mengajak Devina pergi dari hadapan Kenzie dan teman-teman nya.
Sedangkan teman-teman Kenzie hanya bisa melongo melihat kakak teman nya yang terkenal ramah dan pendiam itu baru saja memarahi Kenzie.
Dan yang lebih kagetnya lagi, dia merangkul perempuan.
Mereka di buat terkejut, karena baru kali ini mereka melihat bang Arya deket sama perempuan.

Bukan hanya teman-teman nya saja yang kaget, Kenzie pun sama kaget nya.
Tapi Kenzie lebih dominan ke kemarahan.
Entah karena abang nya menggagu dirinya ketika sedang ngerjain seseorang, atau melihat Devina di rangkul oleh abang nya.

"Gue gak salah liat kan ya, yang barusan?." Speachles Marsell.

"Lo gak salah liat kok." Jawab Qays.

"Fix, gue yakin. bang Arya suka sama si Devina." Tebak Marsell, yang di setujuin semua teman-teman nya. Kecuali Kenzie, yang sedang menahan amarah.

"Menurut lo gimana Ken?. Kayak nya bang Arya mau ngegebet Devina deh." Ucap Marsell.

"Kalian bisa diam gak sih, berisik lo pada." Teriak Kenzie, yang entah mengapa ia merasa gak suka ketika mendengar nya tadi.

"Kenapa lo jadi yang sewot, apa jangan-jangan lo cemburu ya?." Tebak Sam, sambil menaik turun kan alis nya.

"Najis." Ucap Kenzie sambil berlalu pergi dan di ikuti teman satu genk nya.

Sedangkan Devina yang kini tengah di ruang uks sekolah.
Sedang istirahat setelah tadi di periksa petugas uks nya.
Sambil di menunggu laki-laki tadi kembali dari kantin, karena sedang membeli makanan untuk dirinya.

Dan ia baru saja tahu bahwa laki-laki itu, orang yang pernah menolong nya memberi tumpangan waktu itu, hingga ke rumah om nya.
Ia pun sudah berkenalan tadi, ternyata laki-laki itu bernama Arya Mahendra, kakak dari Kenzie.

Terdengar suara ketukan tiga kali, setelah itu suara pintu terbuka.
"Gimana, udah gak sakit lagi?" Tanya Arya, sambil membuka kue untuk Devina.

"Udah gak terlalu sih kak."

"Sekali lagi minta maaf ya, gara-gara adik abang kamu jadi kayak gini." Ucap Arya dengan gak enak hati.

"Gak apa-apa kak. Gak usah merasa bersalah gitu dong muka nya. Ini kan bukan salah kakak, kenapa kakak terus saja minta maaf?."

"Iya tapi kan, kamu kayak gini juga gara-gara adik abang."

Dengan sabar Devina pun menjelaskan bahwa dia baik-baik saja, hingga ia bertanya. "Kakak beli kue buat aku kan, kenapa dari tadi di pegang mulu?. Siniin aku laper."

"Ya ampun, aku lupa Dev. Nih" Ucap Arya sambil menggaruk belakang kepala yang sudah pasti tidak gatal sama sekali.

"Mangkanya jangan minta maaf terus." Cengir Devina, dan langsung memakan Kue nya.

Ketika Devina sedang makan kue.
Seketika suara pintu di buka dengan paksa memecahkan kesunyian.
Yang membuat dua insan yang berada di dalam saling pandang.

Pintu pun terbuka, dan memantul di dinding.
Terlihatlah orang yang membuat keributan tersebut.

"Dev, lo gak apa-apa kan?. Katanya lo jatuh dari pohon?, ada yang patah gak?" Tanya beruntun dari Prisilla.

"Satu-satu Sil, nanya nya.?" Tegur Devina, dengan gemas.

"Udah jawab aja sih Dev." Kesal Prisilla, sambil melihat semua tubuh nya. Dari atas sampai bawah.

Ketika dua sahabat tengah berdebat, Arya yang laki-laki satu-satunya merasa di abaikan.
Hingga ia berdehem memberi tahu bahwa di sini ada orang selain mereka.

Dua sahabat itu pun menoleh berbarengan, menatap Arya dengan heran.

Dan secaraa bersamaan, mereka berucap dengan kompak di tambah muka yang datar. "Siapa ya?."

Yang membuat Arya cemberut dan mendumel kesal.
Yang langsung di ketawain oleh dua sahabat itu.

"Muka nya lucu" Ucap Devina, tanpa sadar mencubit pipi Arya.
Yang membuat badan Arya tegang, karena merasakan tangan lembut Devina.

Sedangkan di balik kaca jendela, Kenzie msnyaksikan apa yaang barusan terjadi.
Dan membuat dirinya naik pitam.

Tbc

Adek atau Abang??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang