ৡৢ͜͡✦►08|Penyakit Jantung

84 16 14
                                    

Denaya Anastasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Denaya Anastasya. Gadis beriris coklat itu sedang berkutik dengan buku bukunya, bukan buku pelajaran ataupun resep masakan. Melainkan buku novel kesayangannya.

Sedari tadi ia membaca buku dengan gelisah, pikirannya terus berkelana dengan kejadian tadi siang.

Pada saat Naya yang diantar pulang oleh Athala. Pikirannya terus tertuju  saat Athala menarik lengannya diperut Athala seperti memeluknya dari belakang.

Jantungnya lagi-lagi berdegup tak karuan, padahal ia hanya membayangkan saja tapi reaksi jantungnya ternyata sangat berlebihan.

"Oh ya ampun, jantung gue."

Dari pada ia terus terusan memikirkan itu, lebih baik ia turun kebawah mengambil cemilannya untuk menemani membaca novelnya.

Saat sudah dibawah, ia melihat Papanya sedang berpacaran dengan berkas-berkas penting di sofa. Tak ingin mengganggu, ia memilih ke dapur untuk menuntaskan tujuannya.

Dibukanya rak khusus cemilan dan makanan lainnya, bibirnya melengkung kebawah. Kosong.

Padahal baru beberapa hari yang lalu ia membeli banyak cemilan, tapi sekarang sudah habis lagi. Pasti Papanya yang diam-diam menghabiskan para teman-temannya itu.

Naya berniat ke atas untuk mengambil cardigan, ia akan pergi sendiri ke minimarket depan kompleks. Lagi pula sekarang belum terlalu malam, masih jam 20:32.

Naya mendekati papanya sambil mengulurkan tangannya. Rion mendongak, menatap anaknya bingung. Keningnya mengkerut. "Apa?" tanya Rion.

"Minta uang, Naya mau ke minimarket depan komplek, mau beli cemilan," jawab Naya cepat.

Rion melihat jam ditangannya. Sudah jam setengah sembilan.

"Besok aja, nanti Papa anter."

Naya menggeleng keras. "Enggak, pokoknya Naya maunya sekarang," kekeh Naya.

Rion menghela napasnya. "Ini udah malem sayang."

"Salah siapa cemilan Naya diabisin? Itu kan temen aku tiap malem, Salahin Papa enggak gantiin cemilan Naya yang udah abis," sungut Naya kesal, sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya udah kalo gitu Papa anter," kata Rion ingin berdiri namun segera ditahan oleh Naya.

"Nggak usah, Papa lanjut kerja aja. Naya cuma bentaran doang kok, mending cepet kasih uangnya sekarang, nanti keburu malem," ucap Naya sedikit tenang.

Athala untuk Naya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang