Botol minum | 04

9 4 0
                                    

Jangan lupa untuk vote yaa...

Enjoy

***

Kini SMA Antariksa tengah ramai di sekitar lapangan. Ada kedatangan dari sekolah lain untuk tanding basket dengan siswa SMA Antariksa. Tempat itu ricuh dengan teriakan histeris dari siswi-siswi yang sedang menonton pertandingan tersebut.

Al sebagai kapten basket pasti mewakili pertandingan ini. Jai dan Erga pun ikut dalam pertandingan tersebut.

Rambut basah karena keringat, membuat Al bertambah ketampanannya menurut siswi-siswi pecinta cogan. Begitu pun Amasha yang melihat hal tersebut sangat terenyuh hatinya. Ia tak henti memuji ketampanan Al di dalam hati.

Pertandingan telah selesai, dan pemenangnya adalah SMA Antariksa—sekolahnya Al. Al tengah duduk beristirahat dengan yang lain juga. Amasha tiba-tiba datang ke arah Al untuk memberi minum yang sempat tadi ia beli di kantin.

"Enak ya punya cewek, abis main basket di kasih minum," sindir Jai.

"Elahh, lu banyak cewek aja pake nyindir," sahut Erga lalu meneguk botol minum itu cepat sehingga membuat jakun cowok itu naik turun.

Jai memang bisa dicap sebagai cowok yang memiliki banyak cewek atau yang biasa disebut fakboi. "Tapi kaga ada yang datengin gue tuh, buat ngasih minum," ucap Jai.

"Ngarep lo pakboi."

"Kak Al, ini minum," ucap Amasha seraya mengulurkan tangannya memberi botol minum itu.

Al hanya menoleh dengan raut muka tanpa ekspresi. Ia melihat botol yang dibawa Amasha, lalu beralih menatap mata Amasha.

Amasha sangat berharap agar botol minum yang diberinya itu dapat diterima oleh Al.

"Terima aja, Al, lo kan belum minum," ucap Erga.

"Iya Al, lo gak udah gengsi-gengsi gitu," tutur Jai.

Tanpa pikir panjang, Al langsung mengambil botol minum yang ada di tangan Amasha. Sontak Amasha kaget dengan hal itu. Tak percaya bahwa kini pemberiannya diterima oleh Al.

"Wah, tumben banget lo?" ucap Jai takjub.

"Kak Al beneran ngambil? Ini aku gak lagi mimpikan?" tanya Amasha antusias.

"Apa jangan-jangan kalian udah jadian?" tanya Erga.

Al dan Amasha langsung menoleh berbarengan ke arah Erga. "Weh, santai, gak usah kayak mau bunuh gue gitu," ucap Erga sedikit memundurkan langkahnya.

Al menghela nafas. "Jangan deket-deket gue lagi. Gue muak denger bisikan orang," ucap Al kasar lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Amasha mematung di tempat, tak bisa berkata apapun. Sekajap ia terbang dan sekejap lagi ia jatuh. Tak bisakah Amasha bahagia untuk sehari saja?

"Aduhh, ini si Al enak aja kalo ngomong," ucap Jai mendekati Amasha.

"Duhh, maapin aja si Al ya? Tar gue bujuk dah biar baik sama lo, lo jangan sedih ya?" bujuk Jai.

"Iya, Al itu baik kok orangnya," sambung Erga.

Amasha hanya bisa tersenyum paksa. "Makasih kak, aku ke kelas dulu." Amasha langsung pergi meninggalkan Jai dan Erga.

"Iya, hati-hati," ucap Jai.

...

Semenjak hari itu, banyak berita-berita yang tak benar mengenai hubungan Al dan Amasha. Gosip dari mulut ke mulut membuat orang-orang berpendapat berbeda, ada yang tak suka dan ada yang mendukung.

Baru saja Amasha datang ke sekolah, ia telah mendapatkan tatapan sinis dari beberapa murid. Amasha yang tak mengerti hanya bisa diam.

"Gue sama Amasha gak ada hubungan apapun. Lo pada gak usah sibuk ngurusin orang. Gak guna," ucap Al pada banyak siswa. Hal itu membuat koridor sekolah ramai karena baru saja Al membenarkan rumor yang sedang ramai.

Amasha hanya menghela nafas kasar. Ia berjalan memasuki kelasnya. Ia duduk di bangkunya tepatnya di samping Aureen.

"Gue punya salah apa, sih? Sampe kak Al keliatan benci banget sama gue."

"Jangan mikirin itu mulu, lo berhak bahagia. Lo cari aja orang baru," ujar Aureen asal.

"Gue gak bisa," ujar Amasha. Tak mudah menurutnya untuk melupakan Al dan mencari orang baru. Hanya Al yang dapat membuatnya gila sampai seperti ini.

"Lo gak bisa karena lo gak mau coba!" ujar Aureen greget.

"Gini aja deh, Reen, lo lupain Afka, bisa?" tanya Amasha menantang.

Afka adalah lelaki yang disukai Aureen, dan cintanya bertepuk sebelah tangan. Mereka memang sama nasib.

Aureen terdiam mendengar itu. Benar juga, mereka sama-sama tak bisa melupakan orang yang disukai mereka begitu saja. Bagi mereka, cinta itu harus diperjuangkan, apapun resikonya harus bisa diterima.

"Gak bisa, kan? Itupun jawaban gue. Gue bakal berjuang sampe jiwa dan hati gue sakit, dan sebelum itu terjadi gue akan terus berusaha!" Jawaban itu sukses membuat Aureen tersenyum.

"Gue tau lo kuat. Kita sama-sama berjuang taklukin hati orang yang udah kita incer!" ujar Aureen.

***

"Lo beneran gak ada sedikitpun rasa suka sama Amasha?" tanya Erga kepo pada Al.

Al tak menjawab, pandangannya lurus menatap ke arah papan tulis. Kini mereka bertiga berada di kelas yang sedang jam kosong. Semua murid melakukan kegiatannya masing-masing.

"Iye, Al, padahal Amasha tuh predikat cewek hampir sempurna. Cantik? Jelas, pinter? Wo iya lahh, baik? Jangan ditanya lagi! Terus dia berani ngejar cowok modelan lo tanpa gengsi! Lo bodo pake banget Al!" timpal Jai tak tahan oleh sikap Al pada Amasha.

Al tak mendengarkan apa yang mereka bicarakan, ia hanya menganggap angin lalu. Lagi pula dirinya tak menyukai Amasha, untuk apa memikirkan hal itu?

"Kalo kalian suka dia, tinggal ambil aja," ucap Al santai.

"Eh buset! Lo kata si Amasha barang apa?" ujar Jai tak terima.

"Yaudah, mending buat gue aja, mumpung gue jomblo nihh," sahut Erga.

"Gue yakin si Amasha gak mau modelan kayak lo," ujar Jai menanggapi ucapan Erga yang terlalu berharap.

"Biadab emang," sarkas Erga. Sementara Jai hanya tertawa.

"Awas ya Al, lo bakal nyesel saat dia udah mulai menjauh dari lo. Sabar juga ada batasnya," ucap Erga bijak.

"Tumben lo bijak? Biasanya juga bodo," ujar Jai heran.

"Gue mah jago dalam hal perbucinan!" ucap Erga sombong.

"Dih, jomlo juga sok-sokan bijak. Najis," timpal Jai. Erga hanya melemparkna tatapan sinis pada Jai, membuat Jai diam.

"Gue gak akan nyesel, yang ada gue seneng dia gak ganggu gue lagi," ujar Al tanpa keraguan.

"Oke, kita tunggu aja beberapa waktu kedepan. Lo bakal sama dengan ucapan lo, atau sama kayak ucapan gue," tantang Erga yakin.

Erga bisa yakin karena ia tahu bahwa cinta akan datang karena terbiasa. Amasha yang selalu mendatangi Al memang mengganggu. Namun, Al akan kehilangan Amasha jika Amasha memilih berhenti menyukai Al dan pergi. Bisa saja Al merasa ada yang hilang dari hidupnya. Namun, entah nanti, Al akan biasa saja atau merasa kehilangan. Tunggu saja nanti.

Al memikirkan kata-kata Erga. Tak mungkin ia menyesal karena Amasha memilih berhenti. Karena dirinya memang tak menyukai perempuan itu.

"Gue harap itu gak akan terjadi," batin Al.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Could we be together?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang