DUA

111 34 78
                                    

Bismillah...
Bagi yang mau baca, silahkan vote dulu!

Alenza dapat melihat dengan jelas siapa korban tabrakannya!

Ternyata dirinya tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria yang sejak awal ingin Alenza ketahui siapa dia sebenarnya.

"M-maaf kak.." Ucap Alenza dalam keadaan gugup.

Alenza hendak ingin melepas pelukan yang tak disengaja itu.

Namun sebelum itu, lelaki korban tabrakan itu memberikan sebuah senyuman yang bisa membuat semua orang salah tingkah. Ya, termasuk Alenza.

"Kenapa?"

Satu kata terucap dibibir seorang pria didepan. Kenapa malah bertanya? Padahal sudah jelas jika Alenza baru saja memeluknya tanpa izin.

Harusnya kata-kata peringatan tajam Yang keluar dibibirnya kan?

Sungguh Alenza tidak mengerti apa maksud ucapan pria itu.

Alenza mengernyitkan dahinya tanda ia tidak mengerti. Tapi kenapa ketika Alenza mendengar ucapan pria itu ternyata hanya pertanyaan. Alenza diam-diam mengulaskan senyuman. Ia suka.

Beberapa detik kemudian, suasana mendadak hening. Tidak ada percakapan diantara mereka. Selanjutnya, pria itu segera beranjak pergi.

Karena tiba-tiba langit berubah menjadi gelap dan mendung rupannya, berarti sebentar lagi hujan akan tiba.

Sepertinya Alenza sudah harus pergi dari tempat itu juga.

Tunggu! Alenza sangat ingin tahu siapa sebenarnya nama pria itu. Alenza memberanikan diri untuk memanggilnya. Untung.. pria itu belum jauh dari tempat Aeyza berada.

"Kak... tunggu Alenza!"

Sayangnya pria itu hanya menghentikan langkahnya saja. Pria itu tidak menoleh sedikitpun apalagi menghampirinya.

Tapi Alenza kenapa harus kesal? Karena itu sangat merepotkan.
Yasudah, Alenza mengalah.

Alenza berlari mendekat, kemudian mulai berbicara, "emm.. nama kakak siapa?" Ucapnya sambil menundukkan pandangan.

Saat ini Alenza kebawa groginya.

Lagi-lagi lelaki itu hanya bisa membalas dengan isyarat. Pria itu menaikkan salah satu alisnya tanpa menjawab.

Alenza semakin sebal.

"Kak!.. namanya siapa??" Ucap Alenza sekali lagi dan sedikit mengeraskan suaranya.

Namun bukanlah menjawab. Bahkan dengan jelas, lelaki itu hanya menatapnya dengan lekat.

Alenza hanya dapat  mengerucutkan bibirnya tanda ia sudah menyerah. Ia tidak lagi ingin tahu siapa nama lelaki itu.

Tapi bukannya takut melihat ekspresi wajahnya yang berubah saat ini, bahkan Alenza nampak terlihat imut nan menggemaskan. Kedua tangannya ia kepalkan kuat-kuat. Tatapannya terlihat sinis.

Tiba-tiba sebuah tangan kekar mengacak-acak rambut Alenza dengan lembut.

Siapa yang melakukannya? Sangat mustahil jika pelakunya si lelaki tampan itu.

Tanpa ragu, Alenza segera mendangakkan kepalanya yang sedari tadi ia tenggelamkan.

Alenza menatap dengan jelas, ternyata pelakunya si lelaki tampan nan dingin yang baru saja membuatnya kesal.

I'M WAITING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang