Tanpa pikir panjang, cowok itu segera menggendong ala bridal style pada tubuh mungil milik Alenza. Alenza yang menyadari akan hal itu, hanya dapat melogo tak percaya apa yang baru saja cowok itu lakukan. Dia menatap serius kearah wajah cowok itu. Namun cowok itu tak menatap Alenza, dia justru fokus menatap lurus jalanan dan benar-benar terlihat santai. Namun kenapa malah jantung Alenza berpacu dengan cepat? Benar benar tidak bisa dimengerti, seharusnya dia menolak dengan cepatkan? Aikhh..
Ah Alenza terasa tersiksa jika sudah begini.
Langkah demi langkah dilalui semakin cepat. Alenza rasanya ingin mencegahnya sebelum mereka melewati tempat yang lebih ramai. Alenza hanya takut jika dilihat oleh orang sudah mengenalnya.
Alenza tak bosan-bosannya menatap sisi wajah cowok itu dengan raut penuh murka dan akhirnya mulai bersuara, "turunin gue."
Namun lelaki itu tak menjawab bahkan dia sempat sedikit mempercepat langkahnya. Alenza sangat kesal, karena ucapannya tak digubris sama sekali.
"Turunin gue bisa tidak?!" Pinta Alenza sedikit memperbesar volume suaranya. Tak lupa Alenza memukul beberapa kali pada dada bidang cowok sial itu.
"Turun." Bentak Alenza setengah berteriak. Dengan seketika langkah lelaki itu terhenti wajahnyapun menoleh kearah wajah Alenza. Alenza yang tadinya hendak ingin membentak cowok itu habis-habisan sebab dia tidak mendengarkannya tadi, tetapi niatnya dia urungkan. Tanpa sengaja diantara mereka saling beradu pandang.
Sementara suasana menjadi awarkwk, hanya hembusan napas diantara keduanya yang dapat dijadikan bahan saksi.
Saat Alenza telah tenggelam dalam tatapannya, Alenza seperti tidak asing memerhatikan seutuh wajah lelaki itu. Namun saat ini tatapan lelaki itu justru terlihat dingin, karena sudah jelas dilihat dari dahinya yang mengernyit.
Bahkan saat mereka masih belum pindah posisi Alenza diam diam menghitung saat mereka masih terus beradu pandang. Sungguh Alenza benar benar gugup dibuatnya. Dimulai dari...
detik. Pertama
detik. Kedua
Detik. Ketiga
Detik. Keempat
Detik. Kelima
Sukses keduanya tak mampu berlama- lama jika diantaranya saling beradu pandang seperti ini. Sebab keduanya sama-sama merasa gugup. Apa katanya? cowok sial ada rasa gugup juga?
Tidak menunggu beberapa detik lagi dengan bersamaan keduanya langsung membuang kearah mana saja yang pastinya selain wajah mereka masing-masing.
Seseorang gadis tepat berada diseberang sana menatap mereka sejak tadi, terlihat dari sorot matanya yang terlihat na-nar saat memandang keduanya. ya Alenza dan lelaki itu masih belum pindah posisi. Baik Alenza maupun lelaki itu mereka sama-sama menoleh kearah gadis disebrangan.
Sementara dilawan arah gadis itu ber ekspresi tak dapat diartikan. Entah apa yang saat ini ada dipikirannya. Beberapa saat dadanya terasa tertahan namun kemudian dia tetap berusaha membuka suara "V-Van-al.." panggilnya lirih saat diseberang sana.
Dengan refleks lelaki yang baru saja namanya disebut oleh seorang gadis asing bagi Alenza, langsung menurunkan tubuh Alenza disampingnya, sampai ia lupa jika Alenza sedang tidak baik kakinya.
Sementara gadis di seberang sana segera membuang muka dan kembali menatap lurus jalanannya detik selanjutnya gadis itu segera melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.
Lelaki yang tadi disebut oleh gadis itu ternyata bernama Van-al.
***
Alenza segera berlalu pergi meninggalkan Van-al sendiri, tidak lupa bersama kakinya yang pincang. Sejak tadi Van-al hanya bisa bungkam tanpa menghampiri gadis tadi. Entah mengapa, Van-al justru menghentikan langkah Alenza. Padahal suasana saat ini sedang tegang.
"Eh tunggu." Panggil Van-al saat melihat Alenza melenggang pergi tanpa izin. Mendengar suara itu Alenza sudah menduga bahwa orang itu adalah lelaki yang bernama Van-al. Namun Alenza hanya menghentikan langkahnya tanpa menoleh. Ngomong-ngomong Aeyza seperti mengingat sesuatu.
Dengan langkah santai Van-al menghampiri Alenza yang berada didepannya. Walaupun posisi mereka sudah sejajar namun Alenza sama sekali tidak menoleh kearah Van-al. Sesaat akhirnya Van-al menoleh kearah Alenza kemudian bersuara,"Lo ngapain?" Ucapnya masih sama menatap Alenza dari pinggir.
Mendengar hal itu tentu membuat Alenza menoleh kearah Van-al. Dan ya keduanya saling beradu pandang. "Maksud lo?" Alenza kembali membuang sitatapnya dari wajah Van-al. Van-al menatap Alenza serius, detik kedua ia membuka suara.
"Lo dah bisa jalan ni ceritanya?"ucap Van-al tanpa menoleh. Mendengar hal itu Alenza terpaksa bersuara.
Merasa tidak dihargai Alenza, "cerita dari mana gue baru bisa jalan?" Jawab Alenza sembari memutar bola matanya jengah.
Sebelum menjawab ucapan Alenza. Lelaki itu melangkah menghadap Alenza sembari bersedekap dengan memasang senyuman sombong kemudian menjawab, "Oke. Jadi lo ternyata cuma biar bisa digendong sama gue gitu? Asal lo tau ya, gue ini mahal lo itu beruntung kalau pernah digendong sama gue.." jawab Van-al.
Alenza yang menyadari ucapan itu hanya dapat memutar bola matanya tanpa dosa, detik selanjutnya ia berjalan melewati Van-al dengan kaki pincang.
Van-al lebih dulu menahan tangan Alenza. Dan ya Alenza berhadapan lagi dengan lelaki sial.
"Sebentar, lo nggak main tinggal gini ya. gue minta lo harus cariin sepeda gue, sebagai gantinya lo uda gue tolongin tadi, tanggung jawab ya lo." Tahan Van-al masih menggenggam tangan Alenza. Mendengar hal itu membuat Alenza mendengus kesal dibuatnya.
"Lo yg udah nabrak gue dan lo yang harus tanggung jawab."jawab Alenza tanpa menatap wajah Van-al dihadapannya. "Ngomong sama siapa lo ngarah wajahnya malah kearah lain. Apa jangan-jangan lo anak indigo?"
"Gue nggak indigo." Balas Alenza melepas tangannya yang masih digenggam itu.
Bahkan tangannya yang berhasil dilepas Alenza cowok itu kembali menggenggamnya tanpa merasa bersalah. Kemudian kembali membuka suara,"denger ya? Ini perintah." Bisik Van-al.
Akhirnya Alenza berjalan dengan terpaksa menuruti kemauan cowok sial itu.
***
Matahari sudah terik, sementara mereka belum mendapatkan sepeda milik lelaki itu. Tak sengaja Van-al mengingat bahwa dirinya saat ini sedang bolos ulah cewek disampingnya. Namun energinya tidak mencukupi jika ia memberi banyak pelajaran pada gadis itu. Rupanya dia sudah kesal berbicara dengan Alenza.
Alenza berjalan lebih awal, niatnya hanya ingin tidak bersejajar dengan lelaki itu. Alenza berjalan asal tanpa mengikuti arah lelaki itu, dia justru berjalan kearah jalan rumahnya, bahkan cowok itu tidak menyadarinya oleh sebab Van-al tidak tahu jalan menuju rumah Alenza.
Lima belas menit berlalu, Van-al mulai membuka suara, sejak tadi ia berjalan diam dibelakang Alenza. Namun waktu lima belas menit adalah waktu yang lama baginya, akhirnya ia berjalan lebih cepat dari sebelumnya sebab niatnya ingin mempersejajar langkahnya dengan Alenza.
"Gue dari tadi diemin lo duluin gue, jalan sampingan ngapa, jangan dikira gue mau ngawasi lo dari belakang." Ujar Van-al kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
Namun ucapan Van-al sama sekali tidak digubris oleh Alenza, dia bahkan tetap melanjutkan langkahnya dan sesekali mengambil langkah berbelok kanan maupun kiri. Bisa dibilang Alenza memang mengesalkan. Tak lama kemudian Alenza telah sampai didepan gapura lokasi dimana rumah tempat tinggalnya.
"Tunggu sebentar, kayaknya lo ini salah jalan tadi sepeda gue bukan ada di gang kaya gini." Ucap Van-al merasa seperti ada yang janggal dilubuknya.
Namun Alenza tetap berada diposisi acuh tak acuh, dia justru melangkah dengan sangat santai. Melihat hal itu Van-al tentu merasa diacuhkan dan saat ini dia benar-benar sudah kehilangan kesabaran.
tangannya yang saat ini berada di dalam saku celananya segera dikeluarkan, lelaki itu beralih menarik pergelangan tangan Alenza. Kemudian bersuara dengan nada curiga, "Apa jangan-jangan ini jalan menuju ke rumah lo? Buset kalau gitu, jadi lo ini malah pulang seenaknya dan lo ngelupain janji gue tadi?!"
Namun saat Alenza melangkah dan sudah berada didepan rumahnya. Langkah Alenza sempat terhenti oleh sebab bundanya sempat keluar namun baru saja masuk. Bagaimana ini?
***
TBC!
Vote silakan
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M WAITING
Teen FictionYANG BACA WAJIB VOTE! -------------------- Kisah seorang gadis remaja yang berusaha mencaritahu tentang masa lalunya. Alenza Azara, biasa dipanggil Alen, memiliki masalah keluarga. Alen telah hidup tanpa mendapat kasih sayang...