12. Kak Vito

389 53 3
                                    

Happy Reading Guys 😊

...

Chika POV

Ketika bersenang-senang bersama seseorang yang kita rasa nyaman bersamanya itu, momentum yang paling sederhana yang membuat kita sedikit mendapatkan gelenjar-gelenjar kebahagian yang tiba-tiba timbul di hati. Rasanya jarum jam begitu cepat berputar karena saking asiknya menghabiskan waktu bersama.

Aku senang sekali hari ini. Soalnya kapan lagi aku main tanpa adanya bayang-bayang Zee.

Dulu tuh ya, kalo mau main pasti harus sama Zee. Kalo sama orang lain pun, pasti harus ada Zee. Pokoknya seperti yang aku bilang tadi. Zee itu udah kayak bayangan aku. Kalo ada aku, pasti ada Zee juga.

"Kak Vivi"

"Hmm"

"Setelah ini kita jangan dulu pulang ya?"

"Mau kemana emangnya"

"Kemana aja deh terserah, asal jangan dibawa ke Rahmatullah aja" canda ku.

"Ngadi-ngadi lu. Gue kagak tau jalannya lah"

"Canda kak Vivi"

"Udah, abisin dulu buburnya. Abis ini kita ke Mall, mau?"

"Mau" ucapku girang.

"Eh dasar bocah"

Aku tak menggubris ucapan kak Vivi barusan. Aku udah kelewatan seneng. Setelah menghabiskan bubur, kita langsung on the way ke Mall. Mall, I am coming.

Setibanya di Mall.

"Lo suka nonton gak?" tanya kak Vivi saat kita melewati bioskop.

"Suka, suka"

"Ya udah kita nonton aja kali ya"

Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum kearahnya. Kita pun berjalan beriringan menuju antrian pembelian tiket.

"Mau nonton apa?"

"Terserah kak Vivi aja. Aku kurang tau film yang lagi tayang akhir-akhir ini"

"Gue juga gak tau. Kita nonton yang sebentar lagi tayang aja ya. Biar langsung masuk. Lo tunggu disini, biar gue yang beli tiketnya" tawar kak Vivi.

"Iya"

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kak Vivi kembali dengan tangan yang dipenuhi oleh pop corn dan soda. Kita berdua masuk dan mendapatkan kursi yang berada ditengah-tengah.

Aku merasa suasana di ruangan ini begitu mencekam. Lampu mulai meredup dan pandangan ku otomatis tertuju pada layar yang berada di depan mataku ini.

Aku mengernyitkan dahiku "kak Vivi, ini film horor ya?" ucapku sambil menoleh ke arahnya.

"Hah? Emang iya?"

Aku mengangguk sebagai jawaban karena aku tau jika suasananya sudah seperti ini pasti film horor.

Selama film berlangsung tak ada obrolan apapun di antara kita. Aku pun terlarut dengan tontonan di depan mataku sampai aku mendengar sebuah teriakan yang tertahan dari sampingku. Apa itu teriakan kak Vivi? Aku langsung memalingkan wajah ke arahnya.

Walaupun penglihatan ku samar-samar. Aku melihat wajah kak Vivi yang teramat gelisah dengan keringat yang bercucuran di sekitar dahinya. Apa ia takut film horor?

"Kak Vivi, ayo kita keluar" ajakku sambil menggenggam tangannya.

"T..tapi kan filmnya b..belum selesai"

Perasaan yang Paling BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang