8. Zee Sakit

449 54 4
                                    

Happy Reading Guys 😊

....

Chika POV

Nampaknya hari lebih cepat dari hari dikalender. Seminggu ini sekolah cukup santai karena setiap pertemuan dengan guru baru, selalu saja perkenalan dan di akhiri dengan sesi ngobrol. Terkadang aku bosan juga harus menyebutkan nama ku berkali-kali dalam sehari.

Namun ada satu guru yang berbeda. Kalian tau? Bahkan aku tau namanya saja karena namanya terpampang di jadwal pelajaran. Beliau adalah pak Devan. Dengan warna kulit kuning Langsat, perawakan tinggi besar, rambut disisir kesamping dan jangan lupakan kumis tebalnya yang menambahkan kesan garang.

Beliau mengajar mata pelajaran Ekonomi. Di hari itu ...

"Beberapa guru udah kocak-kocak ya. Kira-kira hari ini kocak gak ya?" tanya Aran.

"Hari ini jam pertama mata pelajaran Ekonomi. Nama gurunya pak Devan Putra S.E." ucap Fiony yang melihat jadwal pelajaran hari ini.

"Wah Ekonomi. Mapel yang katanya paling susah di IPS nih" ujar Zee.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Waduh kaget gue, tiba-tiba nongol aja" panik Aran kemudian bergegas ke bangkunya, begitu juga dengan Zee karena mereka berdua malah bergosip ria di bangku Chika dan Fiony.

"Bab 1 konsep ilmu ekonomi" ucap Pak Devan.

"Hey..kenapa malah diem. Keluarin buku kalian. Tulis apa yang bapak sebutkan" tambahnya dengan intonasi agak tinggi.

"Hah?" Semua murid kebingungan.

"Cepat!" Murid-murid pun panik kemudian buru-buru mengambil buku mereka yang ada di tas.

Suasana kelas hening seketika. Hanya terdengar suara Pak Devan yang bergema ke penjuru kelas. Para murid pun fokus membuka telinga mereka lebar-lebar agar tidak tertinggal satu kata pun.

"Pengel banget ni tangan. Pak Devan gak kira-kira ya ngediktenya. Tulisan ku udah gak teratur kayak gini"

"Iya Chik, mana dikasih pr lagi" ujar Fiony lesu.

"Semoga gak ada guru yang kayak gini lagi"

Flashback Off

Mulai hari ini, sepertinya tak akan santai seperti hari-hari kemarin. Upacara bendera sebentar lagi berlangsung. Aku segera merapihkan pakaian ku kembali, membenarkan dasiku dan tak melupakan kembali topi SMA yang wajib dikenakan setiap upacara.

"Ayo Chik"

"Ayo"

Kita berjalan agak cepat karena orang-orang ternyata sudah berbaris di lapangan. Kita bergegas memasuki barisan dan menunggu upacara dimulai.

Ketika pembacaan Janji Siswa tiba-tiba aku mendengar beberapa orang yang menyerukan nama PMR beberapa kali.

"PMR! PMR!"

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri karena ingin tahu apa yang terjadi. Dari arah belakang ada 2 orang laki-laki yang memakai rompi dan syal berwarna kuning dengan tulisan PMR tertera disana. Aku mengenal salah satu lelaki itu, dia kak Vito.

Dengan wajah seriusnya dia membelah kerumunan siswi dengan rekannya yang membawa tandu. Aku simpulkan sepertinya ada yang pingsan.

Ternyata benar, kak Vito dan rekannya menggotong tandu yang berisikan seorang siswa yang tak sadarkan diri. Aku tak bisa melihat wajahnya karena terhalang oleh murid-murid lain. Tanpa sadar kedua sudut bibirku tertarik berlawanan arah membentuk lengkungan bibir yang sepertinya banyak sekali didamba orang-orang. Untuk kedua kalinya aku terpesona melihat kak Vito.

Perasaan yang Paling BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang