19. ♥️♥️♥️

673 64 10
                                    

Happy Reading Guys 😊

....

Vito terdiam sambil menatap langit malam di balkon kamarnya. Terlalu lama terpaku pada tugas sekolah, terkadang membuat kepalanya mumet dan pusing. Sesekali otaknya butuh oksigen, udara malam ini cukup membuat kepalanya fresh kembali.

Sejak siang tadi, ia hanya dikamar mengerjakan latihan soal yang telah ia kumpulkan dari internet untuk persiapan UAS. Padahal UAS masih seminggu lagi, tapi dia sudah mempersiapkannya dari jauh-jauh hari agar nilai UASnya bagus.

Tidak sulit untuk Vito mendapatkan nilai yang bagus. Namun mempertahankan apa yang sudah iya miliki cukup menjadi pressure baginya.

"Gue baru sadar kalo disini bagus juga buat liat bintang. Apa gue ajak Chika kesini aja kali ya? Itung-itung ngirit ongkos sama jajan kalo dirumah." gumamnya yang di akhiri gelak tawa. Vito tiba-tiba teringat akan janjinya kepada Chika tempo hari.

"Vivi belajarnya udahan dulu. Makan malem dulu yuk" ujar Shania sambil membuka pintu kamar Vito.

Vito menghentikan tawanya saat mendengar suara Shania yang memanggilnya. Kemudian ia berjalan ke arah kamar menghampiri Shania.

"Kebiasaan banget ya abis belajar bukunya gak diberesin" tegur Shania saat melihat meja belajar Vito yang berantakan.

"Kan belajarnya belum selesai mah, barusan aku ke balkon dulu biar otak aku gak mumet"

"Ya udah. Mending sekarang kamu makan malam dulu. Belajarnya nanti lanjut lagi kalo udah makan. kamu dari siang belum makan lagi kan?"

"Iya mah"

Mereka pun berjalan beriringan menuju ruang makan.

"Nah ini nih yang bikin dedek Zahran keroncongan" ucap Aran.

"Dih, jijik banget gue dengernya" ucap Vito sambil berpura-pura muntah.

"Ayo mah, bang cepetan duduk. Aku yang pimpin doa ya" ucap Aran.

"Berdoa dimulai .... "

"Selesai. Aamiin"

Aran langsung mengambil nasi beserta lauknya lalu memakannya dengan lahap. Semua orang yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat prilaku putra bungsu di keluarga Chaesara yang ajaib itu. Kemudian ikut makan karena sudah sama-sama lapar.

"Akhirnya kenyang juga" ucap sambil bersandar pada sandaran kursi.

"Ya iya lah kenyang. Lo yang pertama makan, tapi Lo yang paling terakhir beres" ucap Vito.

"Kan namanya juga lagi masa pertumbuhan, jadi banyak makannya. Iya kan mah?"

"Iya iya. Tapi mamah liat-liat, badan kamu segitu aja dari dulu" ucap Shania sambil tertawa kecil.

"Kamu kurang gizi atau gimana? Perasaan papa selalu ngasih makanan yang bergizi" ucap Boby.

"Ya ampun pah, sekalinya ngomong langsung nyelekit gitu ya" ucap Aran dengan wajah melongo.

"Iya juga ya. Jangan-jangan lu kekurangan gizi Ran" ucap Vito menimpali candaan Boby

"Mah, kok papah sama kak Vito gitu sih"

"Mamah juga sempet mikir buat konsultasi gitu sama dokter gizi. Kasian kalo kamu punya pacar, entar serasa kayak meluk tiang listrik" ucap Shania. Tawa Vito langsung pecah saat mendengar pernyataan Shania yang sama-sama mengejek Aran.

"Ah udah ah, aku mau ke kamar. Disini malah di bully. Awas aja, aku bilangin kak Seto entar" ucap Aran lalu pergi.

"Yah, cowok kok ngambekan sih" ucap Vito sedikit berteriak agar Aran mendengarnya.

"Pah, Mah. Vito ke kamar juga deh mau lanjut belajar"

"Jangan malem-malem ya tidurnya. Kamu ingetkan sekarang kamu udah jadi ketua OSIS, tugas kamu pasti lebih banyak disekolah. Jangan sampe kurang tidur" ucap Shania.

"Iya mah" Vito pun pergi menuju kamarnya kembali.

"Vito gila belajar banget kayak kamu. Cuman bedanya kamu tuh dulu cuek banget orangnya. Kalo Vito kan agak petakilan kadang-kadang"

Boby menghampiri Shania. Mendekap leher Shania dari belakang lalu menyimpan dagunya di bahu Shania "Ya udah sih, kan sekarang udah enggak. Cuek-cuek gini juga dulu kamu pernah ngejar-ngejar aku. Sampe teriak-teriak di atap sok sok an mau bunuh diri, padahal takut" ucap Bobby diakhiri kekehan.

Flashback On

Di rooftop sekolah terlihat dua anak manusia yang sedang beradu argumen.

"Boby gue udah gak tahan sama sikap lo!" ucap Shania yang membelakangi Boby.

"Ok"

"Gue gak suka lo cuek terus sama gue!"

"Ok"

"Gue suka sama lo!"

"Gue enggak"

"Kalo lo gak mau jadi pacar gue, gue bakalan lompat" ujar Shania sambil naik ke pembatas rooftop.

"Paling dia cuma ngegertak gue" ucap Boby lirih.

"Tinggi banget ini. Kok gue jadi takut, Bob tolongin gue" teriak Shania dalam hati.

"Selamat tinggal Boby" ujar Shania dengan suara bergetar.

"Dia beneran mau lompat?" batin Boby. Dengan sekejap dia menarik tangan Shania lalu memeluk pinggangnya.

"Aaaaaaa...." teriak Shania karena terkejut.

Mereka berdua pun mendarat dengan posisi Boby tertindih oleh Shania.

"Aw..." ucap Boby saat punggungnya mendarat di lantai rooftop yang keras.

"Hey...lo gak mau bangun?"

Seketika Shania tersadar lalu bangkit dari tubuh Boby. Kemudian Boby juga ikut bangkit.

"Lo gila ya?" ujar Boby.

Tanpa menghiraukan ucapan Boby, Shania memeluk Boby dengan erat.

"Eh lo ken-"

"Hiks..hiks.."

Boby menghela nafas, lalu membiarkan Shania memeluknya sampai tangisnya reda.

Flashback Off

"Iiiihhh...jangan diinget lagi, aku kan malu" rengek Shania sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Sekarang malu-malu. Padahal dulunya malu-maluin" ucap Boby diakhiri kekehan.

"Boby...!!!"

***

Sorry ya readers, Hitomi Kayaknya mau hiatus dulu😖 Sebenarnya aku mau rampungin dulu ff ini. Tapi lagi gak ada waktu, soalnya aku lg ada kerjaan. Jadi waktu luang aku, aku pakai buat istirahat.

Gomenasai Mina San🙏😔

Sampai bertemu lagi suatu hari nanti😊

Makasih udah baca ff Hitomi♥️♥️♥️

Perasaan yang Paling BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang