14. Sayang Papa Cio Sama Mama Cani

427 54 3
                                    

Happy Reading Guys 😊

....

Chika POV

Tok..tok..tok..

Aku terbangun saat ada yang mengetuk pintu "Eugghhhh..." Kurentangkan tangan ku karena pegal.

"Chik..Chika...ini papa. Bukain pintunya ya"

"Hmm? Papa?" Aku mengerjapkan mataku berkali-kali agar penglihatan ku jelas. Mataku terasa berat.


Oh iya, aku baru ingat. Sedari tadi aku menangis. Aku melihat jam dinding "hah udah jam 7 aja? perasaan tadi aku baru pulang jam 1 siang deh" sepertinya tadi aku ketiduran karena lelah.

"Chika..papa gak bakalan pergi sampai kamu bukain pintunya"

Mataku tertuju ke asal suara papa. Aku berjalan ke arah pintu kamarku lalu membukanya.

Ceklek

Papa menatapku dari atas kepala sampai ujung kaki. Ku lihat ekspresi wajah papa menyiratkan kesedihan. Apa penampilanku seburuk itu sekarang. Seketika aku teringat kembali peristiwa tadi siang.


Papa merentangkan kedua tangannya. Aku pun langsung berhambur ke pelukannya.

"Papa" ucapku dengan parau. Mungkin karena aku terlalu lama menangis, jadi suara ku serak. Papa mengelus kepalaku dengan lembut. Aku sangat menikmati elusan tangannya. Tangan papa selalu bisa membuatku tenang.

"Yuk masuk yuk. Papa mau tau, kenapa anak kesayangan papa ini jadi jelek begini"

"Ih papa" aku kesal, kenapa papa malah mengejekku.

Kami masuk ke kamar ku dan tak lupa menutup pintunya kembali lalu duduk ditepian kasur.

Aku kembali memeluk papa "manja banget sih anak papa"

"Kenapa? Emangnya gak boleh?" ucapku kesal sambil melepaskan pelukannya.

"Ya boleh dong. Buat anak papa apa sih yang enggak? Sini-sini peyuk yagi"

"Ih alaynya keluar" ejekku tapi tetap memeluknya kembali. Kapan lagi bisa memeluk papa seperti ini. Papa sibuk, jarang ada waktu dirumah.

"Jadi anak papa ini kenapa? Kok sampe gak mau keluar kamar" ucapnya sangat lembit sambil mengelus rambutku perlahan.

"Aku..." aku bingung harus mulai dari mana. Karena hal ini yang sudah sering terjadi.

"Coba papa tebak. Apa ini seperti hal yang sebelum-sebelumnya pernah terjadi?"

Aku hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Tapi pasti ada hal yang berbeda kan? Coba Chika ceritain ke papa. Biar papa bisa mengerti apa yang kamu rasain"

"Pa, kenapa mama selalu saja begitu saat aku punya teman baru. Padahal temen-temen aku baik. Gak ada yang pergaulannya gak bagus. Aku gak ngerti, yang dimaksud teman versi mama itu kayak gimana?" ucapku perlahan.

"Lihat, sampai sekarang aku gak punya teman. Aku selalu saja sama Zee" tambahku.

"Dengerin papa ya Chika. Kamu tau kenapa papa tadi izinin kamu main? Padahal papa aja belum tau siapa temen main kamu tadi"

Aku menggelengkan kepalaku karena tidak tau.

"Papa dengar, teman kamu yang tadi itu laki-laki. Apa benar Chika?"

"Iya, pa. Namanya kak Vito"

"Ok. Papa sama mama sayang sama kamu dan Zee. Tapi cara kita menunjukan kasih sayang itu beda. Salah satunya yang menyangkut hal ini"

Perasaan yang Paling BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang