"Wah, bagus banget tamannya." puji Ica dengan mata berbinar."Gimana? Suka ngga?" tanya seorang lelaki yang tak lain adalah Aci. Ya, sesuai ucapannya kemarin tepatnya di rumah Ica, Aci membawa gadisnya ke taman yang tak jauh dari apartemennya.
Sejak SMA Aci memutuskan untuk tinggal di apartemen yang diberikan kakeknya karena tidak ingin tinggal bersama Papanya, lagi pula Papanya jarang berada dirumah.
Aci pernah ditanya apa alasannya untuk pindah oleh Papanya, dan Aci menjawab. "Percuma Zakri tinggal dirumah sebesar ini kalo Papa aja jarang dirumah sibuk sama urusannya sendiri!" Papa Aci yang mendengar langsung menampar putranya. Sejak saat itu hubungan keduanya semakin tidak akur.
Mamanya? Entahlah Aci juga bingung kemana Mamanya itu pergi. Sejak kecil Aci diurus oleh Neneknya di Bandung, tapi saat Neneknya meninggal Aci dibawa ke Jakarta oleh Papanya.
"Sukaaa, Ica suka banget."
Gadis itu memeluk kekasihnya erat. "Makasih Aci."Aci tersenyum dan segera membalas pelukan tersebut.
Ica yang sedang menikmati pelukannya seketika Ia renggangkan. Mata gadis itu berbinar melihat bapak-bapak yang menjual kembang gula. "Aci, Ica mau itu!"
Aci menoleh ke belakang lalu mengangguk. "Ayo beli."
"Yeayyy." gadis itu berlari menghampiri bapak yang menjual kembang gula tersebut.
Aci menggelengkan kepalanya.
"Ck, dasar bocah." batinnya."Aciii. Ica mau yang warna pink!" Ica menunjuk kembang gula berwarna merah muda.
"Kembang gula yang warna pinknya satu pak!" ucap Aci.
"Kok satu sih Aci? Kan Ica pengennya dua!"
"Kalo kebanyakan nanti gigi lo sakit Ca. Emang mau?"
Ica menggelengkan kepalanya. "Yaudah, satu aja deh."
"Ini dek." Penjual tersebut memberikan kembang gulanya kepada Ica.
Gadis itu menerimanya dengan senang hati. Lalu berlari ke kursi kosong yang ada di taman.
Setelah membayar. Aci menghampiri Ica yang sudah duduk anteng sambil memakan kembang gula.
"Aci. Ica mau minum, haus." ucap Ica seraya memegang tenggorokannya.
"Tunggu sini! Gue mau cari minum buat lo dulu." Aci bangkit dari kursi dan segera mencari warung.
Setelah berhasil mendapatkan air mineral untuk Ica, Aci kembali menghampiri Ica. "Nih minum!"
Ica meneguk air itu setengah. Sisanya Aci yang meneguknya sampai habis.
"Udah capek belum?" tanya Aci.
"Belum, Ica masih suka disini." jawab Ica.
"Yaudah, mau kemana lagi sekarang?"
"Kita kesana yuk Aci!" ucapnya sambil menunjuk sebuah danau.
Aci melihat ke arah yang ditunjuk Ica. Aci mengangguk. "Ayo." Cowok itu menggenggam tangan gadisnya.
Ica langsung mendudukan bokongnya ketika sampai ditepi danau.
"Ih, sini Aci duduk disini!" Ica menarik pergelangan tangan Aci untuk segera duduk. Cowok itu segera duduk disamping Ica.
"Aci" panggil Ica.
"...." tidak ada jawaban.
"Aci ih, kok diem sih?"
"...." masih belum ada jawaban juga.
Ica mengerucutkan bibirnya karena belum juga mendapat jawaban dari sang kekasih. Sebuah ide muncul di otaknya "Aha, Ica punya ide" ucap gadis itu.
Ica mencipratkan air danau yang membuat baju Aci basah.
Aci yang tersadar dari lamunannya langsung membalas perbuatan Ica. Mereka saling membasahi satu sama lain dengan tawa lepas dari keduanya."Udah Aci udah, Ica nyerah."
Ica mengangkat kedua tangannya mengisyaratkan Aci untuk berhenti.Cowok itu berhenti. Namun bukan Aci namanya kalau tidak menjahili gadisnya. "Yah cemen, masa gitu aja nyerah sih. Cupu huuu."
Mata gadis itu berkaca-kaca.
"Ica nggak cupu ih Aci! Ica hebat!"Merasa belum puas, Aci melanjutkan aksinya. "Hebat apanya coba, pake baju aja nggak bisa"
"Hiks Aciiii, Ica bisa kok hiks...pake baju hiks...sendiri." gadis itu menangis kencang membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Eh udah ya jangan nangis" Aci mengusap pelipis Ica menghapus air mata gadisnya itu.
"Cup cup, gue cuma bercanda kok." ucapnya sembari menepuk puncak kepala Ica.Gadis itu menghentikan tangisnya. Kemudian menyedot ingus nakal yang keluar dari hidungnya.
"Tapi Ica bisa pake baju sendiri Aciii!""Iya bisa kok bisa, kan katanya lo Supergirl yakan?"
Ica mengangguk semangat.
"Pulang. Ica mau pulang, capek.""Tos dulu dong." Aci mengangkat sebelah tangannya begitupun Ica lalu mereka satukan.
"Ayo pulang." ajak Ica.
Aci menyeringai. "Cium dulu dong." Cowok itu menunjuk pipi kanannya.
Ica menggeleng. "Kalo Ica cium Aci, nanti ada dedeknya nggak?" tanya gadis itu polos.
Aci tertawa. Pikiran gadisnya ini terlalu polos. "Ya nggak dong, emang Ica mau punya dedek?"
"Mau sih. Tapi kata Bunda, Bunda nggak mau punya dedek lagi."
"Astaga, bukan itu maksud gue Ca."
Ica mengerjab polos. "Terus apa?"
Aci menggeleng. Huftt, gadisnya ini benar-benar polos.
"Yaudah, ayo pulang!" Aci kembali menggenggam tangan Ica dan membawanya keluar menuju parkiran.
-Aci Dan Ica-
Vote & Komen!♡Ica
Follow instagram
@fiska_zahira
@zakri.aditya
@riskanastasya_
@aldogans.io
@rian_aldev
@falea.clarita
@elnarabella
KAMU SEDANG MEMBACA
Aci Dan Ica
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Ica, gadis berusia 18 tahun yang masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Kekasih dari Aci, seorang mostwanted di SMA Brawijaya sekaligus ketua geng terkenal WAX yang memiliki banyak musuh. Mungkinkah hubungan keduanya bisa...