Sesuai ucapannya tadi, sekarang Ica sedang membuatkan nasi goreng untuk Aci yang dibantu Mira.Setelah menyajikannya di piring, Ica segera memberikan nasi goreng tersebut kepada Aci. "Aciii. Liat deh! Nasi goreng buatan Ica udah jadi. Dibantu Bunda juga sih hehe."
Bukan Aci namanya kalau tidak menjahili gadisnya. "Hm...dari wanginya sih kayanya enak. Tapi nggak tau kan ya kalo rasanya."
Ica yang merasa diremehkan kembali bersuara. "Ih ini pasti enak Aci! Makannya cobain dulu! Dijamin rasanya mamamia lezatos, enak takendol-kendol."
Aci terkekeh. Gadisnya ini benar-benar membuatnya gemas ingin memakannya sekarang juga.
"Iya-iya. Nih gue cobain ya." Aci meniup nasi goreng itu lalu melahapnya.
Ica serius memperhatikan Aci. Gadis itu takut nasi goreng buatannya tidak sesuai ekspektasi. "Gimana Aci? Enak kan?"
"Nggak." Ica yang mendengar itu melengkungkan bibirnya ke bawah.
"Nggak salah lagi maksudnya. Ini enak banget lho Ca!" ucap Aci dengan antusias.
"Aci serius?" Ica masih tidak percaya dengan ucapan Aci barusan. Siapa tau kekasihnya itu hanya ingin membuatnya senang kan?
Aci mengangguk mantap. "Iya serius Ca. Ini enak banget!"
Ica tersenyum bangga. Ternyata usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Tidak sia-sia kan seorang Ica belajar memasak.
Mira tersenyum melihat putrinya bahagia. Wanita itu tidak melarang Aci dan Ica berpacaran. Mira hanya ingin putrinya merasakan kasih sayang dari seorang lelaki. Dan Mira juga yakin pasti Aci akan bisa menjaga dan menyayangi putrinya. Ah jadi mellow kan.
"Yaudah, sekarang Ica juga cobain dong. Ica belum makan lho." perintah Mira lembut seraya mengelus rambut putrinya.
"Ngoghey Bunda!" Ica mulai memasukkan nasi goreng itu ke mulutnya dan.. "Hmmm, nasi gorengnya enak banget! Ica sukaaa!" lalu gadis itu terus melahapnya sampai habis.
Aci dan Mira tertawa melihat tingkah menggemaskan Ica. Pengen banget di karungin rasanya.
"Ayo di makan lagi Aci." ucap Mira lalu melahap nasi gorengnya hingga habis.
Aci pun melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
Setelah selesai memakan nasi goreng buatan gadisnya, Aci segera pamit kepada Ica dan Mira untuk pulang ke apartemennya karena hari mulai gelap. "Aci pulang ya Bun. Udah sore juga."
"Iya. Hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut bawa motornya!"
"Siap Bunda!" Aci mencium tangan Mira.
"Gue pulang ya Ca."
"Oke. Dadaaa Acii!" Ica melambaikan tangannya. Aci pun membalas lambaian tersebut.
Aci memakai jaket dan helmnya lalu menaiki motornya. Cowok itu mulai menjalankan motornya keluar dari pekarangan rumah Ica.
✾✾✾✾
Saat ini Aci sedang berada di balkon apartemennya. Cowok itu sedang memandangi langit malam yang indah.
Melihat bintang yang berkelap-kelip Aci jadi ingat Mamanya. "Mama kemana? Ada dimana sekarang?" Aci bermonolog.
Cowok itu tertawa miris. "Ah, bahkan gue nggak tau. Mama masih hidup apa nggak."
Sempat terdiam sejenak sampai akhirnya Aci mengingat kenangan yang Aci punya dari Mamanya.
Kalung kain berwarna hitam. Kata Papanya, kalung itu merupakan pemberian dari Mamanya ketika Aci baru lahir ke dunia.
"Kenapa gue bisa lupain kalung itu? Padahal cuma barang itu yang gue punya dari Mama."
Sedih.
Itulah yang Aci rasakan saat ini. Saat Ia tidak bisa merasakan kasih sayang dari Mamanya, bahkan untuk melihat wajah cantiknya pun tidak pernah. Hanya kalung itu yang menemaninya sedari kecil.
"Gue harus ambil kalung itu ke rumah sekarang."
Aci masuk ke dalam apartemennya. Menyambar kunci motor dan jaket hitamnya. Lalu keluar dari apartemen, dan berjalan cepat menuju basement.
Setelah sampai, cowok itu segera memakai helmnya dan menjalankan motornya menuju kediaman Papanya.
—Aci Dan Ica—
Vote & Komen!♡Follow instagram
@fiska_zahira
@zakri.aditya
@riskanastasya_
@aldogans.io
@rian_aldev
@falea.clarita
@elnarabella
KAMU SEDANG MEMBACA
Aci Dan Ica
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Ica, gadis berusia 18 tahun yang masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Kekasih dari Aci, seorang mostwanted di SMA Brawijaya sekaligus ketua geng terkenal WAX yang memiliki banyak musuh. Mungkinkah hubungan keduanya bisa...