XVIII. Lagash Maiden

3.3K 497 54
                                    

Seorang pelayan wanita menata beberapa piring dan mangkuk ke atas nampan. Sarapan untuk pagi itu. Semenjak kedatangan Yehu di mansion tersebut, mereka butuh satu pelayan yang khusus melayani seorang pria tua yang amat pelupa. Dia lumayan rewel sebelum Caral berkunjung, namun kini berangsur tenang.

"Selamat pagi, Tuan. Sarapan telah siap," kata pelayan tadi sembari mengetuk pintu. Tidak ada sahutan. Mungkin masih tidur, pikirnya. Pelan-pelan dia membuka pintu. Suasana gelap menyambutnya sehingga dia harus menyibakkan tirai terlebih dahulu. Namun betapa terkejutnya dia mendapati ranjang di sana telah kosong.

Panik, dia mengecek kamar mandi, balkon, juga semua sudut tetapi nihil. Yehu menghilang! Namun yang paling mengherankan lagi, sama sekali tidak ada jejak. Biasanya akan ada untaian tali dari selimut atau tirai yang akan dia buat untuk kabur lewat balkon—kamar Yehu ada di lantai tiga.

Yang benar saja. Memangnya siapa yang menculik pria renta sepertinya?

***

Istana bagian utara tiba-tiba dikagetkan oleh derap langkah kaki rombongan orang. Sang Permaisuri lebih tepatnya, datang dengan tergesa diikuti para dayang yang setia mengekor. Mereka pun buru-buru menyongsongnya. Raut wajah wanita itu tiba-tiba tampak kacau. Campuran terkejut, marah, dan ... ketakutan?

"Yang Mulia, apa yang bisa kami bantu?"

Permaisuri berdecap. Pandangannya mengedar nyalang di segala sudut ruangan itu. Ruangan yang sering digunakan untuk kepentingan ritual. Ruangan yang sama saat Gerua menyebut nama tiga gadis kandidat untuk menjadi calon permaisuri Galadrim. Penyucian dilakukan berkala supaya tempat tersebut tidak tercemar, bahkan untuk pikiran jahat seseorang.

Meski sebenarnya ruangan itu telah ternoda hanya sesaat setelah dua putri Lagash dikirim ke sana untuk dinikahkan.

Salah satunya adalah permaisuri yang saat ini bertakhta. Lantana Ar'taire Lagash. Setelah dibuang dari Lagash, dia bersumpah akan menjadikan keturunannya sebagai penguasa Allaghur. Permaisuri sebelumnya diturunkan paksa dan dihukum mati. Selir yang lain telah dipindahkan ke kamar paling belakang. Segalanya menjadi sempurna setelah Putra Mahkota mangkat.

Permaisuri hanya butuh waktu sedikit lagi untuk melenyapkan sisanya—janda Putra Mahkota, Eora. Namun siapa sangka seseorang menemukan puing-puing sisa ritual yang ditanam Permaisuri. Ditambah lagi, dia juga memusnahkan roh buangan yang bergentayangan di sana.

Permaisuri ingat wajah itu. Kandidat permaisuri ketiga—Caral.

"Tidak mungkin dia ..." Permaisuri menggumam, terduduk di atas bangku batu, dekat dengan cawan raksasa, tempat para cenayang mendapatkan gambaran akan masa depan. "Seseorang telah berkhianat, membiarkan anak itu hidup."

"Entah itu sebuah berkat atau sebuah bencana, dengan atau pun tanpa campur tangan saya, gadis itu akan datang dengan sendirinya ke sini."

Benak Permaisuri mengulang lagi apa yang pernah Gerua katakan pada mereka semua. Itukah maksudnya? Samakah dengan apa yang Permaisuri pikirkan sekarang?

Kalau itu benar ... Kalau gadis itu sampai mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya ... Dan kalau sampai dia menggunakan kekuatan sejatinya hingga orang lain tahu ...

Ah tidak, baru beberapa saat lalu Permaisuri bisa merasakannya. Kekuatannya yang terlampau besar. Ada yang memancing kemarahan Caral. Tampaknya gadis itu juga dilukai, hingga pelindungnya merasakan bahaya. Sudah berapa lama? Belasan tahun seseorang berhasil menyembunyikan anak itu dengan sangat baik. Ramalan Gerua lah yang akhirnya berhasil membawa Caral ke permukaan. Permaisuri terkecoh. Seharusnya dia bisa menelisik jauh mencari tahu latar belakang anak itu.

"Dia hanya tinggal dengan ayahnya ...?" Lagi-lagi Permaisuri menggumam sendiri. Para cenayang dan dayang di sana sama sekali tidak mengerti apa yang keluar dari mulut wanita itu. "Siapa dia?"

Sorot dingin Permaisuri pelan-pelan berubah lebih pekat, jauh lebih gelap daripada sebelumnya.

Pemandangan seorang bayi yang berlumuran darah, terpampang nyata dalam otaknya. Permaisuri bersumpah telah membunuhnya. Tapi siapa yang telah lancang membesarkan dia?

Allaghur dan Lagash adalah negeri yang berseberangan. Allaghur adalah negeri yang disirami cahaya. Negeri yang berkilau, besar dan kokoh. Para penguasanya merupakan titisan dewa dan dewi kayangan yang kekuatannya menaungi separuh dunia. Mereka tidak perlu bersusah payah naik, seperti yang dilakukan Lagash. Jika Allaghur adalah cahaya, maka Lagash adalah kegelapan. Lagash adalah negeri asal dari seluruh sihir hitam yang menjelma menjadi kutukan.

Kutukan bagi Allaghur saat ini, adalah Permaisuri Lantana.

"Kirimkan pesanku ke Hintarn," perintah Permaisuri akhirnya. "Katakan pada mereka aku ingin menemui salah satu kandidat ... Namanya Caral."

***

Mereka segera memindahkan Caral yang jatuh tak sadarkan diri setelah hampir menghempaskan wujud phoenix yang tidak sempurna dalam lingkungan Hintarn. Entah apa jadinya jika gadis itu membiarkan raganya diambil alih. Galadrim hadir secepat yang dia bisa, bersama dengan Gerua dan Karkhem.

Meski tidak ada kata yang terucap dari mulutnya, Galadrim amat murka. Setelah mengangkat Caral dalam pelukannya, mereka langsung mengawal sang pangeran ke ruang isolasi. Terlepas dari betapa mewahnya tempat itu, penjagaannya bisa berkali-kali lipat lebih ketat daripada penjara untuk kriminal kelas berat di Allaghur. Karena mereka bukan hanya melindungi Allaghur dari bahaya, melainkan juga melindungi seseorang yang bisa jadi simbol Allaghur sendiri.

Galadrim tidak mengizinkan tabib terbaik Hintarn untuk merawat luka Caral. Dia memanggil langsung tabib istana. Juga demi meredakan pancaran kekuatan Caral yang tidak sengaja terpencar tadi, mereka juga menempatkan beberapa cenayang sekaligus untuk berjaga.

Ujung panah untungnya tidak mengenai bagian yang vital. Gadis itu selamat.

Setelah segala sesuatunya stabil, tinggallah Galadrim di sana sendiri menjaga Caral, sementara para Cenayang berjaga di balik dinding.

Tidak salah lagi, batin Galadrim sambil memandang Caral yang masih dalam pengaruh mantera dan tertidur. Orang biasa tidak akan mampu mengenali apa yang tersembunyi dari gadis itu. Bahkan kalau pun seseorang tahu lalu mencecar Caral dengan pertanyaan, dia tidak akan bisa menjawabnya.

Apakah Caral tahu asal usulnya sendiri? Atau apakah dia benar-benar tidak mengetahuinya?

Orang yang paling bisa menjawabnya adalah ayah Caral, Yehu. Tapi melihat bagaimana orangtua pikun itu, Galadrim tidak yakin akan mendapatkan sesuatu yang mampu memuaskan rasa penasarannya.

Perwujudan phoenix hanya akan melindungi orang-orang yang memiliki darah raja. Jika di Allaghur, phoenix akan bereaksi pada Raja yang sekarang, Galadrim, dan kerabat yang terdekat—Arm misalnya. Tidak ada yang lain—setidaknya sepengetahuan Galadrim. Dan kalau benar Caral memiliki darah Raja, darimana dia mendapatkannya? Siapa sebenarnya ibu Caral yang diklaim telah meninggal semasa dia masih anak-anak?

"Yang Mulia." Galadrim menoleh, melihat Thorell masuk. "Maaf mengganggumu. Ada masalah lain yang kini tengah ditangani Tuan Karkhem dan juga Arm."

"Apa ini soal Caral?"

"Saya rasa ini terjadi sebelum masalah Caral."

Kening Galadrim berkerut. "Apa Putri Tamaryn membuat ulah lagi?"

"Ini tentang Putri Kaö. Dia ... menghilang. Mereka menemukan jejak darahnya di tepi telaga."

.

.

.

"Trembling in this frozen time

I've stopped walking on this exhausting night."

Lady of PerishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang