II. The Wicked Queen

6.8K 898 61
                                    

Caral butuh waktu untuk menganalisis keadaan. Ruangan itu tampak mewah dengan perabot-perabot mengilap dan lukisan mahakarya hampir di tiap sisi. Apakah dirinya masih berada di Allaghur? Apakah ini istana? Kalau begitu, dua orang gadis dan seorang laki-laki di sini, paling tidak adalah bangsawan bukan? Tapi kenapa Caral juga diseret ke sini? Apa ada hubungannya dengan Yehu?

"Kau punya rambut yang indah." Suara lembut itu menarik perhatian Caral lagi. Si Pemilik iris kunzite bicara padanya? Apa katanya? Rambut Caral indah? Rambut yang sudah tiga hari tidak sempat dicuci, juga disisir?

"Di mana ini?" tanya Caral akhirnya.

Gadis kunzite memiringkan kepala. "Mereka tidak memberitahumu?"

Kali ini giliran si Gadis berambut cokelat mendekat pada Caral. Rautnya tanpa ekspresi saat memperhatikan tampilan Caral—dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak ada sorot mengejek atau meremehkan. Gadis itu benar-benar tidak menampakkan emosi berarti. Puas dengan hasil pengamatannya, dia berbalik kembali menghadap jendela.

"Aku Dashana. Siapa namamu?" Gadis kunzite memperkenalkan diri sembari berjalan menghampiri Caral. Semerbak wangi mawar tercium. Sekilas dia tampak seperti boneka porselen yang hidup. Senyumnya tidak berhenti mengulas. Dan kini saat Caral bisa menatap matanya dari dekat, tubuhnya seolah-olah tersihir.

"Caral."

Dashana tersenyum lagi. Tangan kanannya terangkat, mengulur menyentuh tepian rahang Caral juga helaian rambut yang mencuat berantakan. Mereka masih mempertahankan kontak mata saat Dashana memilin sebagian surai merah Caral. Gadis itu seakan sedang mencari tahu hal lainnya tanpa bertanya.

"Ini pertama kalinya aku melihat seseorang seperti dirimu..," gumamnya pelan.

"Apa?" Kening Caral berkerut.

"Dan juga dia." Dengan dagunya, Dashana menunjuk ke arah satu gadis lagi selain mereka. "Leah Kaӧ. Putri seorang pengkhianat."

Caral menoleh pada gadis yang bernama Leah. Jelas dia mendengar Dashana yang menyebut secara jelas dan gamblang soal label pengkhianat. Untungnya berkat sikap tenangnya, dia tidak tersulut emosi. Hanya pundaknya yang naik turun saat menghela napas lebih dalam.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Ya, hanya itu yang Caral pikirkan, lebih dari prasangkanya menebak siapa mereka.

"Apa yang kita lakukan di sini." Dashana mengkoreksi. "Hanya kita bertiga. Suruhan pangeran Allaghur tidak termasuk. Aku sudah beberapa kali bertanya padanya kapan makan siang diantar, tapi telinganya tuli."

Suruhan pangeran Allaghur? Caral melirik sekilas pada satu-satunya laki-laki di antara mereka.

"Ahli nujum Gerua akan menemui kita sebentar lagi. Dialah yang jadi sebab kita ada di sini. Siapa pun kau, pasti sudah mendengar kabarnya bukan?"

"Tidak mungkin ..." Tanpa sadar Caral menggumam. Kandidat permaisuri pangeran sudah pasti menjadi topik yang paling hangat di mana-mana. Tapi bagaimana bisa dirinya juga termasuk?

"Para dewa tidak akan pernah tertarik dengan status atau materi yang dimiliki manusia. Karena itu mereka merasa bebas memilih tanpa dibatasi. Aku bisa langsung memahaminya saat melihat Putri Kaӧ. Dan begitu kau datang ke sini, aku tidak terkejut. Kita sedang dalam proses menuju kursi emas atau ... Ahli nujum itu ingin dua di antara kita mati."

"Mereka akan membunuh gadis yang nantinya tidak terpilih?" tanya Caral tak percaya.

Dashana tertawa. "Allaghur tidak sebarbar itu—percayalah. Tapi pada kenyataannya jika ada lebih dari satu kandidat yang terpilih, dan permaisuri baru diangkat, gadis yang lain akan mati. Bisa jadi karena dibunuh, sakit, atau bahkan bunuh diri. Tapi siapa yang tahu? Bila semisal aku menjadi kandidat yang tergeser, siapa yang akan berani menyentuhku—aku ... satu-satunya keturunan Tamaryn yang tersisa."

Lady of PerishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang