V. Son of Light

6.1K 809 11
                                    

Saat tatapan Caral jatuh pada laki-laki itu, jantungnya memompa dua kali lebih cepat. Bukan karena gadis itu mengenalnya. Caral yakin tidak pernah bertemu dengan seseorang yang bisa dikatakan amat mencolok. Sekali melihatnya, siapa pun tidak akan pernah lupa. Sosoknya bagaikan seseorang dari dimensi yang berbeda.

Dia bercahaya. Tidak ada sinar yang menari-nari seperti di sekeliling tubuh Caral sesaat lalu. Caral perlu memejamkan mata rapat-rapat sebelum memperhatikannya lagi. Sedetik lalu, mata Caral sepertinya hanya berulah. Cahaya tadi hanya tipuan semata. Ilusi.

Para siswa yang tidak sadar melingkar untuk menonton, pelan-pelan menyingkir. Padahal Galadrim tidak melakukan apa-apa selain menggerakkan kepalanya sedikit, meneleng tanpa melihat ke mana pun.

Dashana menatapnya lurus, nyaris tanpa kedip. Tapi alih-alih dikatakan terpikat dengan pesona sang pangeran, wajahnya terlampau datar seperti tanpa minat. Satu kali pun dia tidak pernah bertemu dengan putra Raja Allaghur itu.

Leah pun tidak menampakkan reaksi berarti. Sama dengan Caral dan Dashana, dia diam seperti patung. Satu-satunya yang tidak bisa disembunyikan Leah adalah, rongga dadanya yang mengembang naik turun. Selanjutnya dia menyelipkan tangan kanan ke dalam jubah, lalu mengepalkannya kuat-kuat.

"Kalian belum mengenakan seragam," komentar Gal memandang bergantian pada ketiga gadis di depannya. "Bagaimana mungkin mereka bisa sebegitu ceroboh membiarkan kalian berkeliaran di Hintarn tanpa pengawasan?"

Kebetulan saat itu juga, segerombolan orang melangkah cepat ke arah mereka.

"Yang Mulia." Kepala pelayan menundukkan kepala sekilas pada Gal. Total ada tujuh orang yang berdiri di belakangnya.

Caral mengernyit melihat salah satu laki-laki yang juga ada di ruangan yang sama tempo hari lalu. Laki-laki yang tidak sekali pun bicara. Mata birunya benar-benar jernih dan perlahan-lahan menghanyutkan.

"Maafkan keteledoran kami," kata kepala pelayan tadi.

Gal tidak mengacuhkan. Pandangannya kembali menumbuk pada Caral. Ada kerutan samar yang terbit di dahinya. Serbuk cahaya keunguan yang tadi menyelubungi gadis itu telah sirna. Mulanya Caral balas menatapnya. Tapi sesaat kemudian, gadis itu berpaling.

Galadrim tidak lagi berkomentar. Mulanya dia penasaran pada pancaran kekuatan yang besar. Mengenali aura Tamaryn yang telah lama menghilang, Gal tidak terkejut. Dia sebenarnya telah melihat sedari awal, di mana Dashana berlaku seenaknya pada Yabes. Tapi Gal tidak berniat menghentikannya. Kalua gadis itu menjadi salah satu kandidat permaisurinya, Gal akan dengan senang hati menantikan apa yang bisa dia perbuat.

Tapi itu sebelum si Gadis berambut merah memecahkan sihir kaca yang dibuat Dashana. Ditambah lagi, sesuatu yang lain—yang mana tidak bisa Gal pahami, mulai mengusiknya.

Membisu, Gal berbalik pergi meninggalkan sekumpulan orang itu dalam keheningan yang kaku.

***

Caral, Dashana dan Leah digiring ke tempat yang berbeda. Saat pelayan hendak mengukur tubuhnya untuk dibuatkan seragam, Caral langsung menepis. Beberapa kali dia meminta bertemu dengan Gerua—atau siapa pun yang bisa membantunya keluar dari sana.

Yehu. Apakah pria tua itu sudah pulang? Apa jangan-jangan dia tersesat lagi di laut? Atau apakah dia sudah pulang dan mendapati rumah mereka telah dihancurkan? Lalu di mana dia akan menginap nanti?

"Nona."

Caral menoleh cepat. Ternyata bukan Gerua dan Caral langsung mendesah frustrasi. Dia laki-laki yang sama dengan yang dia lihat kemarin. Dan sekarang dia bicara, memanggil Caral dengan sebutan yang pendek.

Lady of PerishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang