VI. Anisoptera

5.7K 845 21
                                    

Seorang kurir resmi kerajaan sampai ke istana. Begitu dia datang, seorang dayang langsung menggiringnya ke satu tempat. Musim semi akan datang sebentar lagi, jadi saat itu adalah waktu yang tepat untuk menikmati secangkir teh pagi.

Sang Ratu tengah bersantai. Tubuhnya dipenuhi wewangian herbal dan bermandikan sinar matahari.

Menyadari kehadiran orang selain para dayangnya, dia pun menoleh.

"Pelukis yang Yang Mulia perintahkan pergi ke Hintarn mengirimkan sesuatu," kata si Dayang.

Tidak lama kemudian tiga buah gulungan perkamen tersaji di atas meja. Masing-masing diikat dengan tali berwarna berbeda. Ratu mengambil salah satunya dan melepaskan ikatan. Alisnya agak terangkat.

"Inikah ... Putri Tamaryn?" Dia menggumam pelan melihat lukisan Dashana. Sang Pelukis mampu memulaskan penanya dengan amat baik. Rambutnya seperti berkilau ditimpa cahaya.

"Bisa dibilang kalau dialah kandidat paling menonjol, Yang Mulia," kata seorang kasim. "Dari segi kekuatan dan garis darah yang dimiliki, dia akan sangat sempurna bila menjadi bagian dari keluarga kerajaan."

Ratu tidak berkomentar. Lukisan Dashana digulungnya lagi lalu diletakkan. Selanjutnya dia membuka gulungan yang lain. Matanya sedikit menyipit begitu melihat rupa kandidat kedua untuk putranya.

Leah Kaӧ.

Sang Ratu tersenyum. Sedetik kemudian dia tiba-tiba tergelak. Hampir semua orang Allaghur tahu mengenai catatan hitam yang menodai nama bangsawan Kaӧ. Seorang putri penjahat bisa-bisanya menjadi kandidat permaisuri pangeran?

Di saat para dayang berpikir Ratu tengah menertawakan kebetulan ini, ada satu hal besar yang sebenarnya tersembunyi. Sesuatu yang hanya diketahui sangat sedikit orang--termasuk Ratu.

Apakah gadis itulah yang disebut Gerua akan menghancurkan tembok istana suatu hari nanti? Untuk balas dendam? Silakan saja, batin sang Ratu yang masih memunculkan seringai.

Bukankah ini justru pertanda keberuntungan untuknya? Gadis yang tidak terpilih pada akhirnya akan mati. Dengan cara itu, Ratu pun tidak perlu mengkhawatirkan jegalan dari keturunan Kaӧ--karena mereka pada akhirnya akan musnah.

Tawa Ratu diakhiri dengan helaan napas panjang. Perhatiannya kemudian beralih pada perkamen ketiga. Sebelum ini, Ratu sudah tahu banyak informasi mengenai dua kandidat lain. Untuk kandidat ketiga, nyaris tidak ada yang dia ketahui. Begitu membuka gulungan tersebut, keningnya sedikit berkerut.

"Caral ..." Wanita itu berbisik membaca tulisan di sudut kanan bawah.

Permukaan perkamen memunculkan guratan sosok perempuan berambut merah yang terurai lebat. Rahangnya tegas, dengan sinar mata yang kuat dan jernih. Sekilas menyerupai Dashana, tapi Ratu menyadari perbedaan yang kentara di antara keduanya. Sesuatu yang mendadak saja membuat sang Ratu bergeming lama.

"Tidak ada catatan khusus tentangnya, Yang Mulia." Si Kasim lagi-lagi menerangkan. "Dia hanya gadis biasa yang tak memiliki marga. Ibunya meninggal sewaktu dia masih kecil. Selama ini dia tinggal dengan ayahnya di pesisir. Kami juga tidak menemukan hal yang istimewa soal ayahnya."

Hasil akhir dari ramalan Gerua mungkin sudah jelas. Ratu dan para dayang menyimpulkan hal yang sama.

Siapa pun kandidat yang terpilih, Galadrim akan tetap menjadi Raja Allaghur.

***
Sukar dipercaya kulit laki-laki bisa sehalus dan selembut itu. Setelah sempat bertemu dengan suasana yang kaku, Caral tidak menyangka bisa melihat wajah Galadrim sebegini dekat. Caral terpana. Kelopak matanya terasa susah diperintah berkedip. Pandangannya lantas turun pada telapak tangan Gal yang masih mengambang.

Lady of PerishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang