Chapter 45

511 104 7
                                    

Happy YouN1T's day 🥰🌹

__________

Ini hari ketiga April setia menutup matanya. Hari ini April baru boleh ditemui orang-orang. Mesin EKG yang mendeteksi detak jantung April menyuratkan suasana mejadi lebih getir.

“Hai, Ril! Lo nggak mau bangun, gitu? Gue sama Aji udah baikan, loh ....”

Ada pertanyaan yang harus dijawab? April koma. Operasinya berapa pekan yang lalu memang berjalan lancar dan berhasil. Tetapi ternyata tidak. Sekarang terbukti nyata kalau keberhasilan transplantasi antara orangtua dan anak itu kemungkinannya kecil. Menurut hasil lab dokter Keenan, memang itu yang menjadi penyebab April seperti ini sekarang.

Tari tidak berhenti menangis menyalahkan dirinya sendiri yang egois ingin menjadi pendonor untuk sang anak. Padahal, Arman sudah melarang dan awalnya akan menghubungi adiknya yang ada di Jakarta.

Tari bilang, dia ingin menebus satu per satu kesalahannya terhadap April. Dan dengan mendonorkan sumsum tulang belakangnya, menurtnya itu salah satu jalan keluar. Apalagi setelah melalui pemeriksaan hasilnya memang sangat cocok. Tapi ... sekarang kenapa jadi seperti ini?

Tubuh April drop, padahal sore itu Fenly tidak menemukan hal aneh apa pun saat mengecek kondisi April. Memang, takdir seseorang tidak dapat ada yang menebak.

Nissa tidak bisa melepaskan genggamannya dari tangan April. Dia terus merajuk agar April cepat membuka matanya.

“Yang sekarang beneran, kok, Ril. Nggak bohong kayak kemarin, gue sama Aji udah baikan. Lo cepet bangun, ayo kita kayak dulu lagi.”

Fajri yang berada di samping Nissa ikut duduk di sebelahnya. Kemudian Fajri meragkul Nissa dan mulai nengelus pundaknya.

“April pasti bangun, Nis.”

“Kenapa, sih, giliran keinginan April udah tersampai, dia malah kayak gini. Kenapa Tuhan jahat banget, sih, Ji?”

“Hush, nggak boleh gitu. Nggak baik, Nissa!” Nissa mengulurkan tangannya memeluk Fajri. Kepalanya dia tenggelamkan senyaman mungkin di dada Fajri. Menangis menurutnya jalan keluar paling gampang untuknya.

***

“Nis, gue mohon dengerin penjelasan gue dulu.”

Langkah Nissa tertahan ketika seorang laki-laki menghalagi ruang untuk masuk ke dalam kelas.

“Gue udah bilang sama lo, jangan pernah berani temuin gue lagi. Gue nggak butuh penjelasan busuk lo.” Nissa mendorong dada Farhan dengan jari telunjuknya.

“Sayang ....” Farhan mehahan lengan Nissa dengan tangannya. Jelas Nissa melepaskannya dengan cepat. Tapi nihil, cengkraman Farhan sangat kuat sampai Nissa meringis kesakitan. Farhan memang benar-benar kurang ajar, dia malah menambah tekanan di tangan Nissa.

“Han, sakit,” lirih Nissa, matanya sudah berkaca-kaca. “Lepasin!”

“Lo udah masuk ke dalam hidup gue, itu artinya lo gak bisa lepas gitu aja,” desis Farhan tepat di telinga Nissa.

“Lepasin, gak?!”

“Kalau gue gak mau, lo mau apa?” Farhan menyunggingkan senyum melihat Nissa yang memohon untuk dilepaskan.

Sakit. Itu yang Nissa rasakan. Apa belum cukup Farhan menyakiti hati Nissa. Apa seperti ini, sikap cowok sejati?

Nissa benar-benar tidak percaya Farhan berani main fisik seperti ini. Laki-laki yang selama ini dia puji-puji ....

“Han!”

Farhan tidak menggubris, bibirnya membentuk seringai seolah puas melihat Nissa kesakitan seperti ini. Tapi untungnya ada tangan lain yang melepas paksa tangan Farhan dari Nissa.

“Kalau lo masih kasarin cewek kayak gini, gue tantang lo. Besok lo pake rok!” tegas Fajri. Kemudian Fajri membawa Nissa ke dalam kelas dengan cara merangkul.

Fajri menyuruh Nissa duduk di bangku dengan gedikkan dagu. Tidak peduli tatapan penghuni kelas memperhatikannya. Fajri menarik tangan Nissa. Merah di pergelangannya.

“Kurang ajar, gak bisa didiemin.” Nyaris saja Fajri keluar lalu memberi pelajaran kepada Farhan. Tapi Nissa yang tahu itu menahan tangan Fajri.

“Biarin aja, Ji.”

“Setelah apa yang dia lakuin sama lo?"

Please!” Nissa memohon. Fajri mengalah.

“Kalau si curut itu minta kesempatan yang kesekian sama lo, apa lo masih mau kasih kesempatan itu?” tanya Fajri yang mendapat gelengan kepala dari Nissa.

“Nggak, Ji. Sekarang gue sadar, kalau gue nggak usah susah-susah cari orang apalagi maksa orang buat sayang sama gue. Punya lo, April, mamih sama papih, bunda sama om Ridwan, itu udah cukup,” tutur Nissa sembari menunduk.

Senang, Fajri senang mendengarnya. Dengan sudut bibir yang terangkat, Fajri duduk di bangku yang ada di hadapan Nissa.

“Jangan pernah nuntut seseorang buat selalu ada di sisi lo. Kalau emang orang itu bener-bener sayang sama lo, dia bakalan stay selama mungkin tanpa lo minta. Ya, walaupun misalnya, sikap lo menyebalkan tingkat dewi.”

Nissa mendongakkan kepalanya. Melihat Fajri sedang tersenyum, Nissa jadi ingin memukulnya. Apalagi mendengar komentar di kalimat terkahir Fajri. Memang benar, Nissa mengakui kalau dirinya sering membuat orang-orang sebal terhadapnya.

Nissa, sedari kecil memang menuntut semua orang untuk sayang kepadanya. Tidak cukup  dari orang-orang di sekitarnya. Dirinya terus mencari orang sebanyak mungkin, agar bisa menyalurkan rasa sayang kepadanya.

Setiap ada orang yang dia sukai, hukumnya orang tersebut harus suka balik kepadanya.

“Aji, maafin gue, ya?”

Fajri hanya mengangguk saja. Tapi dia berkata, “Gak usah minta maaf, kesalahan lo banyak. Nggak bakalan cukup sama kata maaf doang.”

Pipi Nissa memerah ketika mendengar itu. Apa itu artinya Fajri tidak memaafkannya? Tapi arti dari anggukan itu apa?

“Canda, Nissa. Kesalahan itu manusiawi. Tapi, lo bener-bener nggak salah. Karena pada dasarnya, cewek itu nggak pernah salah,” lanjut Fajri disertai dengan tawa. Masih saja bercanda.

“Ih, nyebelin banget sumpah!”

Seluruh pasang mata di kelas ini masih memperhatikan mereka berdua. Untung saja Risda masih di luar. Kalau ada, tidak tahu kelas akan seheboh apa.

“April kapan buka matanya, ya, Ji?”

Kepala Nissa mendapatkan tepukan halus dari tangan Fajri.

“Terus do’ain makanya.”

Nissa hanya menghela napas. Sekarang dia seperti tiba-tiba dibangunkan dari tidurnya. Mata Nissa menyipit menatap Fajri sangsi.

“Bentar, kenapa lo jadi sok manis gitu, ya?” tanya Nissa terheran.

Aduh, Fajri mengusap tengkuknya. Iya, juga. Sepertinya Fajri harus izin ke kelas daripada kelamaan di kelas Nissa, nanti Nissa jadi menaruh banyak curiga. Iya ini kelas Nissa.

“Bentar lagi bel, gue kelas. Lo jangan tidur pas guru kasih penjelasan!”

“Bawel!”

“Minggu depan ujian.”

“Tahu, sana katanya mau ke kelas.”

Fajri belum pergi keluar. Dia menghampiri meja di samping bangku Nissa.

“Mel, tolong obatin memar di tangan Nissa, ya!” Amel mengangguk dan langsung menghampiri Nissa setelah mengambil kotak P3K kelas di meja guru.

Nissa menghela napas sembari menatap tangannya yang memerah. Tidak ada kesempatan lain lagi untuk cowok itu, apa pun alasannya, tegas Nissa.

_________

5 Maret 2021.

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang