Kegiatan Belajar Mengajar kembali kondusif setelah Try Out selama empat hari. Nissa dan Fajri sedang ada di mading untuk melihat nilai mereka.
"Yes!" Nissa menarik tangannya yang terkepal, "liat dong, Ji, nilai Matematika gue naik. TO kemaren 78, sekarang 80." Pandangan Nissa beralih melihat nilai yang diperoleh Fajri. "Oke, nilai lo lebih tinggi," lanjutnya setelah melihat angka 84 di nilai Matematika Fajri.
Fajri hanya bergumam lalu mengajak Nissa duduk selonjoran di pinggir lapangan yang tidak terkena sinar matahari langsung melihat siswa yang sedang bermain futsal.
"Kok nggak ngomong-ngomong, sih? Sariawan? Sakit gigi?" tanya Nissa gemas.
Fajri menarik sebelah kakinya. "Kantin, yuk? April udah istirahat belum, ya?" Ia melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Lalu Fajri berdiri, ia mengulurkan tangannya kepada Nissa.
Nissa dan Fajri berjalan beriringan sambil bercanda seperti biasa. Membuat kaum hawa iri kepada Nissa bisa terus bersanding dengan Fajri sambil ketawa-ketawa seperti itu. Keasyikan bercanda sampai tidak melihat baru saja mereka menabrak Pak Gilang yang berpapasan dengan mereka.
"Kalian ini ... Fajri, Nissa. Pacaran inget tempat dong, sampai tabrak saya segala. Mau ikut saya ke ruangan?" Pak Gilang berkacak pinggang menegur mereka berdua.
Nissa dan Fajri tidak kaget atau takut, mereka bersikap biasa saja walaupun Pak Gilang ini guru BK Kencana.
Fajri malah sengaja merangkul Nissa. "Bapak sirik aja. Makanya, Pak, cari calon jangan sibuk cari mangsa mulu buat dimasukin ke ruang BK."
"Kalian pacaran atau temenan sebenernya? Heran saya."
"Sahabatan dong, Pak!" ucap mereka bersamaan membuat Pak Gilang geleng-geleng kepala.
***
"Lo duluan, gue mau nagih utang dulu sama si Risda," ujar Nissa sambil melenggang pergi.
Koridor didominasi oleh kelas 12 karena hari ini mereka free. Jadi, bel istirahat belum berbunyi pun sudut sekolah sudah ramai. Mereka tidak peduli dengan keributan yang mereka buat, seolah tidak ingat kalau kelas 10 dan 11 sedang jam pelajaran.
Fajri berjalan santai dengan langkahnya yang panjang. Tubuh ideal, kulit putih, hidung mancung, rambut kecokelatan dengan bagian depan hampir menutupi mata. Sifatnya yang random: di rumah manja, sama sahabatnya jail, di sekolah sok cuek, sok cool. Selalu menjadi pusat perhatian.
Fiki tiba-tiba datang di belokkan tangga lantai dua, membuat Fajri kesal sekaligus terkejut. Siapa yang tidak kaget datang tiba-tiba seperti itu?
"Tumben alone? Teman rasa pacarnya mana?" ucap Fikih sambil cengar-cengir cengengesan-seperti biasa.
"Berisik banget, kayak mulut cewek."
Senyum lebar, itu yang hanya Fiki tunjukkan. "Mau ke kelas April? Tadi gue liat dia ada di perpus."
"Ngomong dong dari tadi," kata Fajri lalu memutar arah, kembali menuruni tangga. Fajri terus berjalan dengan santai di temani Fiki, sampai langkahnya terhenti ketika ada yang memanggil namanya.
"Aji!" Orang tersebut tersenyum seraya melambaikan tangannya.
"Elo, Ti. Kenapa?" tanya Fajri kepada Septi, cewek yang memanggil namanya.
Septi terlihat malu-malu. "Enggak papa, cuman kangen aja negur kamu. Kamu tahu gak? Aku ngumpulin nyali banyak banget buat sapa kamu, hehe."
"Kalau mau nyapa, sapa aja kali jangan sungkan. Yang putus, kan, cuma hubungan kita. Gue masih mau kok anggep lo temen," kata Fajri tanpa tersenyum sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]
أدب الهواة[Fajri UN1TY] Sebuah cerita tentang mereka yang terjebak dalam keadaan absurd. SAFARI, kalau dijabarkan akan membentuk nama niSA, FAjri dan apRIl. Tiga sejoli yang sudah genap melewati lika-liku persahabatannya selama sepuluh tahun. Mereka punya ja...