“Cie yang nggak sabaran publish.” Fajri ngajak ribut.
_________________
Nissa melihat pantulan dirinya di depan kaca besar yang terdapat di dalam kamarnya. Gaun batik berwana peach yang membalut tubuh rampingnya begitu sangat cocok dengannya. Make up yang ia pakai pun tidak terlalu mencolok, sangat pas untuk perempuan seusianya. Nissa memakaikan jepit berwarna putih pemberian April tempo hari lalu, memasangkannya di kepala dengan rambut dibiarkan tergerai yang dia curly bawahnya.
Perfect! teriaknya dalam hati.
“Makin cantik banget gue. Pantes aja banyak cowok yang ngejar-ngejar gue,” pujinya kepada diri sendiri. Dasar, narsis! “Hari ini kecantikan gue bertambah dua ... eh empat, lima deh. Lima kali lipat!” serunya antusias sendiri.
Pintu kamar Nissa terbuka menampilkan sesosok jangjung memakai setelan jas dengan dalaman putih dan celana bahan berwarna hitam. Sudah seperti calon mempelai pria, eh.
Fajri mengghampiri Nissa dengan muka masamnya, tapi itu tidak membuat kadar ketampanannya menyurut, malahan makin naik level. Seketika Nissa terbius ketampanan Fajri yang makin menggiurkan. Tetapi Fajri menatap Nissa sewajarnya saja. Menurutnya sama saja, seperti itu.
“Lo ngapain, sih, lama banget!” gerutu Fajri. Bagaimana tidak, dua jam Fajri membuang waktunya hanya untuk menunggu Nissa dandan. Sangat sengesalkan.
“Baru aja mau muji ganteng banget, gak jadi ah. Biasa aja kali ngelihatinnya, suka baru tahu rasa lo!”
Kan gue emang udah suka sama lo, Kampret!
Mengerjap, Fajri berusaha tidak peduli dengan apa yang Nissa katakan. Tapi, jujur Fajri ingin sekali memujinya. Tapi tidak. Jangan. Ngengsi itu masih menguasai dirinya.
“Cantik.”
“Apa?”
Fajri menarik tangan Nissa untuk keluar. “Cepet, kan, kita mau ke rumah sakit dulu. Gimana, sih!”
“Bentar ih, gue belom pake alas kaki. Masa udah cakep gini mau nyeker? Hello! Apa kata Jupiter?”
Bola mata Fajri memutar. Banyak gaya manusia yang satu ini. Tapi, dia suka.
***
Lantai rumah sakit sekarang menjadi tapakan Fajri dan Nissa. Setiap langkahnya kadang menjadi pusat perhatian pengunjung rumah sakit, bahkan perawat. Bagaimana tidak, mereka menggenakan pakaian formal seperti itu.
Dibukanya pintu ruangan nomor 322. Bau khas rumah sakit memang tercium di sepanjang mereka berjalan. Tapi, di sini auranya lebih kentara.
“Hai!” Nissa dengan semangat yang berkobar langsung berkicau saat membuka pintu kamar rawat April.
“Kak Nissa? Aji?”
Nissa tersenyum. Sok kalem. Mungkin biar klop dengan kostumnya. Harus terlihat anggun. April kira Nissa dan Fajri hari ini tidak akan menemuinya, tidak akan menjenguknya.
Ada Fenly. Dia mengamati Nissa dari ujung ke ujung. Ayolah, pakaian boleh saja seperti cewek kalem. Tapi dalamnya, rusuhnya nggak ada obat. Fenly menyeringai, seolah meremehkan penampilan Nissa. Laknat sekali punya sepupu.
“Cantik, Kak Nissa.”
“Jelas. Emang kodrat dari lahir, Ril.”
“Jepit dari akunya yang cantik.” April tertawa halus.
Tidak menampik, Fajri melipat bibirnya ke dalam. Menahan tawanya, begitu juga dengan Fenly. Sepertinya mereka berdua bersekongkol. Setelah itu Fenly keluar, berpamitan untuk ke ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]
Fiksi Penggemar[Fajri UN1TY] Sebuah cerita tentang mereka yang terjebak dalam keadaan absurd. SAFARI, kalau dijabarkan akan membentuk nama niSA, FAjri dan apRIl. Tiga sejoli yang sudah genap melewati lika-liku persahabatannya selama sepuluh tahun. Mereka punya ja...