Chapter 34

536 113 44
                                    

Fajri kebingungan di depan rak tinggi dipenuhi berbagai jenis buku bertema sejarah. Dia sedang mengingat-ngingat judul buku apa yang tadi Pak Ricky bilang.

"Duh, apa, ya?" Fajri menunduk, menutup mata dan menyangga keningnya dengan tangan kanan.

Salah sendiri, tadi Fajri mengiyakan begitu saja permintaan Pak Ricky untuk mengambil buku di perpustakaan. Padahal dia saja tadi sadar tidak sadar kalau Pak Ricky menyuruhnya. Bagaimana tidak, orang Fajri sedang mendengarkan musik dengan menggunakan earpods.

Alih-alih balik lagi ke kelas untuk menanyakan ulang, Fajri lebih memilih duduk di bangku yang berada di belakangnya. Dengan memundurkan kakinya tiga langkah, badannya sudah terduduk.

Fajri menepuk jidatnya. Betapa bodoh dirinya. Fajri meronongoh handphone dari dalam saku celananya. Chat grup kelas buat tanya buku apa yang harus diambil. Pinter!

"Aji?" Suara lembut seseorang yang duduk di sebelahnya. Fajri menengok. "Hai!" sapa orang itu.

"Eh, Septi." Fajri membalas setelah melirik sekilas.

Septi tersenyum. Ya, mantan kekasih Fajri yang mau sekedar menyapa saja harus mengumpulkan banyak nyali. Dan siapa yang tidak senang bertemu bekas kekasih yang masih diharapkan?

"Lama banget nggak ketemu, padahal satu sekolah," kata Septi sambil terkekeh. Fajri hanya tersenyum simpul dengan terus mengotak-atik ponselnya. Ini Fajri senyum ke Septi apa ke hape sebenarnya?

Tidak perlu repot-repot mengirim pesan terlebih dahulu ke grup kelas, akhirnya di bar notifikasi muncul pesan dari Fiki.

Fiki Au: Kata Pak Ricky cepet, lama bener kayak ke hadang sama murid tawuran aja. Atau, lo belok ke kantin, ya? Si anjir gue gak diajak, bilangin Pak Ricky, nih!

Fajri mengetik balasan dengan cepat. Dia berdecak kesal membaca dua kalimat akhir pesan dari Fiki.a

Fajri: Fik, tanyain dong buku apa? Gue lupa.

Fiki Au: Ogah, ah. Nanti gue diomelin, lo tahu sendiri Pak Ricky kayak gimana. Siapa yang salah siapa yang kena semprot.

Fajri: Nanti pulang sekolah lo jajan apa aja di kantin, bebas. Gue yang bayar.

Fiki Au: Kela, tanyain dulu.

Ok, itu emang jalan ninjanya.

Setelah mendapatkan buku yang harus ia ambil, Fajri beranjak dan nyaris lupa dengan orang yang dari tadi berada di sampingnya kalau saja Septi tidak bersuara.

"Mau balik ke kelas, ya, Ji?"

Fajri memasukkan ponselnya ke tempat semula lalu mengangguk. "Iya, ke sini cuma mau ambil buku."

"Um ... gitu, ya, Ji?"

Hanya anggukkan lagi yang Fajri berikan. Mereka sudah tidak sopan mengobrol di perpustakaan sehingga pengunjung di sekitarnya menoleh tidak suka. Walaupun mereka hanya berbincang sedikit.

Sebelumnya Fajri menulis jejak di buku kunjungan perpustakaan, karena tadi ia lupa. Lalu, beralih menemui petugas untuk mnegonfimasikan buku yang ia pinjam. Saat keluar, pandangannya langsung terjatuh kepada pemandangan tidak mengenakkan di depannya. Lebih tepatnya di seberang.

Di sana ada Nissa yang terlihat seperti sedang mengelap keringat Farhan dan memberikannya sebotol minum. Bukan sepertinya, tapi memang begitu.

Fajri menatapnya tidak suka. Lebih tepatnya cemburu terhadap perlakuan Nissa yang sok manis kepada laki-laki itu. Lagian, Nissa ngapain jam pelajaran ada di luar kelas? Mau sok jadi pacar yang romantis gitu, bela-belain bolos cuma mau kasih minum ke pacarnya?

Tentang Kita | FAJRI UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang