Mario dan Niko

35 12 3
                                    

Mario dan Niko sedang bertiduran di rooftop sekolah. Mereka tidak memedulikan pengumuman seseorang –di speaker- bahwa semua peserta MOS harus berkumpul di aula.

Mario bangun, mengeluarkan sebungkus rokok, mengambilnya satu batang, dan menyesap setelah menyalakannya.

Niko ikut bangun kemudian mengajak kawannya ke aula.

"Vitamin D lebih penting dari pada ocehan mereka," kata Mario.

Niko berdiri. "Terserah lu, Nyet. Gue duluan!" Niko meninggalkan Mario setelah menepuk bahunya.

***

Niko beruntung meskipun terlambat tetapi tidak diberi hukuman, hanya peringatan supaya jangan mengulanginya lagi. Peringatan percuma karena cowok itu sama sekali tidak berniat menurutinya.

Beberapa menit kemudian Mario masuk –terlihat dibawa- oleh salah seorang panitia MOS.

Gak beres batin Niko. Tampaknya ia menyadari sesuatu buruk telah terjadi.

Semua orang di aula memperhatikan mereka terutama pada Mario. Panitia yang membawanya membisikan sesuatu di telinga Arjuna –ketua OSIS-. Arjuna langsung menyuruh Mario untuk berdiri di depan, di tengah-tengah. Kemudian berbicara dengan nada yang tinggi.

"Baru saja Kak Rehan memerogoki calon siswa sedang...," Arjuna mendelik pada Mario. "MEROKOK DI TOILET SEKOLAH."

Semua orang tampak terkejut, kecuali Niko. Cowok itu menyesal, seharusnya memaksa Mario ikut dengannya bukan meninggalkannya. Tetapi ia sadar bahwa Mario tidak suka dipaksa.

"Merokok gak dosa, Kak," celetuk Mario. "Gak salah juga."

Sebagian orang melongo ada juga yang langsung berbisik-bisik sementara Arjuna bertepuk tangan.

"Siapa yang suruh kamu bicara?"

"Saya gak tahu kalau ada aturan seperti itu."

Arjuna merasa dilecehkan, terlebih mereka sedang disaksikan oleh ratusan calon siswa baru. Rehan mendekat pada Mario. Dengan nada benci dan marah ia mengatakan, "Kamu masih berpakaian biru... dan yang paling jelas sudah melakukan kesalahan. Jadi jangan banyak ngomong. Jangan membuat kami marah. Dan jangan seolah-olah kamu yang paling tahu segalanya di sini. Ngerti?"

Mario tersenyum lalu membisikan sesuatu di telinga Rehan. Sekonyong-konyong Rehan terdiam dan terlihat kaku.

Rehan mengerling pada Arjuna. "Beri hukuman aja," sarannya. "Kalo meladeni orang seperti dia hanya akan membuang waktu." Suaranya terdengan khawatir, membuat Arjuna bingung.

"Siapa nama kamu?" tanya Arjuna.

"Mario."

"Saya sebutkan kesalahan kamu. Yang pertama, kamu merokok di area sekolah. Yang kedua, kamu telat. Dan yang ketiga, mana papan nama, ransel, topi, dan atribut yang kami suruh untuk dipakai?"

"Saya mau sekolah bukan mau jadi orang bego." Lagi, Mario mengatakannya.

Wajah Arjuna memerah. Tampaknya kesabarannya sudah habis. Ketika terlihat akan meledak, Rehan mendekatinya dan membisikan sesuatu di telinganya. Arjuna mengatur napasnya.

"Sekarang push up 100 kali!"

"Sudah gila," kata Mario kemudian ia pergi tetapi ditahan oleh Intan, Kakak Niko, salah satu panitia MOS.

"Gue mohon, jangan buat acara ini jadi kacau. Kasihan yang sudah menyusunnya jauh-jauh hari. Mereka sudah bekerja keras untuk terciptanya acara ini."

Mario mendengus.

Intan terlihat lega. "Izin bicara, Kak," katanya pada Arjuna. "Mario mebawa atributnya. Jadi mungkin untuk kesalahan lain bisa dimaafkan."

"Jun, jangan gara-gara satu orang waktu kita semua jadi terbuang percuma," ingat Rehan.

Mario bergabung dengan kelompok kelasnya setelah Intan memberikan atribut yang dibuat untuk Niko dan Mario. Cewek itu paham betul dengan karakter mereka.

***

Semua peserta MOS diberi waktu setengah jam untuk istirahat. Mario dan Niko ke kantin. Mereka sedang menunggu giliran dilayani ketika tiba-tiba seseorang mendahuluinya. Orang itu terlihat tidak merasa sudah melakukan kesalahan ketika menyebutkan pesanannya begitu saja. Kemudian ia kembali ke meja tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar sindiran Mario.

"Sekarang banyak orang bego."

"Bicara ke siapa, Bung?"

"Ngantri bos. Jangan bersikap seperti kantin ini punya bapak lu."

Orang-orang mulai memperhatikan mereka. Tampaknya itu pemandangan langka. Seorang calon siswa berdebat dengan kakak kelas.

Laki-laki itu nyengir. "Gue senior di sini. Jadi gue lebih dulu di tempat ini."

"Belum makan obat? Atau beneran bego. Atau gak ngerti bahasa Indonesia?"

Wajah laki-laki itu memerah. "Dari awal lu masuk aula dan ngomong seenak jidat," tunjuknya pada Mario, "semua orang mulai gak suka. Sekolah ini tidak tepat untuk lu. Hanya pembawa penyakit. Sampah."

Mario tertawa. "Gak suka? Peduli saya apa?"

"Ada apa ini?" Suara Arjuna berhasil membuat perhatian mereka semua.

"Si biang kerok ini bikin kacau lagi," adu panitia yang tadi.

Arjuna mendelik Mario. "Belum sehari di sini sudah bikin banyak masalah. Gue kira sekolah salah telah menerima lu. Ini salah satu sekolah favorite di Bandung. Jangan sampai mengotori namanya. Atau gue sarankan, selagi masih ada waktu, lebih baik mengundurukan diri."

Mario nyengir. "Yakin saya masalahnya?"

Semuanya diam, Mario geleng-geleng kepala. "Orang-orang bego. Dipikir siapa ngatur-nagtur saya," gumamnya sebelum pergi.

Arjuna mengejarnya ketika ditahan oleh Rehan.

#MariodanNiko

Tinggalkan J E J A K kalian supaya alam tahu bahwa kalian masih hidup :D

Ig  @prangerred

Thanks for reading and always happy, di mana pun dan dengan siapa pun :D

Mario dan Niko (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang