Perubahan

5 2 0
                                    

Sudah 2 hari Mario tidak sekolah. Ia memilih menemani Luna, sepanjang hari. Makan, nyanyi-nyanyi gak jelas, belajar, memboncengnya keliling kompleks, sampai tidur di kamarnya.

Ia menyesal, kenapa tidak dari dulu melakukan hal yang membuat adiknya senang. Memberikan waktu untuknya. Ia terlalu sibuk memprotes keadaan dengan melakukan apa yang diinginkan tanpa memikirkan bahwa adiknya membutuhkan sesosok kakak.

Sekarang ia sedang duduk di saung di halaman rumahnya. Matanya tak lepas dari adiknya yang sedang mendapat bimbingan dari guru privatnya. Terlihat jelas perubahan dari Luna, ia sekarang lebih bersemangat dari pada sebelumnya. Itu karena Luna tahu, setelah belajar ada seseorang yang menunggunya untuk bermain atau sekedar bercerita. Merasa benar-benar mempunyai keluarga.

Sebuah mobil masuk ke halaman rumah Mario, membuat Mario menoleh ke arahnya. Tidak lama setelah mesin dimatikan kawannya turun diikuti Adella. Mereka langsung menghampiri Mario.

"Kenapa lagi lu, Nyet?" tanya Niko. Mario tidak menjawab.

"Itu adikmu?" tanya Adella ketika melihat Luna.

Mario mangguk.

"Cantik," sambungnya. "Jika aku ke sana bakal ganggu gak?"

"Sebentar lagi dia selesai," jawab Mario,  Adella paham.

"Ada Den Niko," sapa pembantu rumah Mario, terlihat baru keluar, "baru pulang sekolah Den?"

"Iya, Bi. Niko mastiin Mario gak kabur rumah," guyon Niko membuat pembantunya tersenyum. Kemudian matanya bertemu dengan bola mata Adella. Sebelum mengatakan sesuatu, Adella mendahuluinya dengan bersalaman dan memperkenalkan dirinya.

"Bibi buatkan minum, ya?" tawarnya.

"Aku mau ikut ke toilet," kata Adella polos, entah pada siapa.

"Ayo," pembantunya yang menjawab.

"Saya hanya ingin menebus kesalahan pada Luna," kata Mario pelan, menjawab pertanyaan Niko yang tadi.

"Tapi yang lu lakuin salah, Yo."

Sebelum Mario mengatakan sesuatu, Luna terlihat sudah beres mendapatkan pelajaran dari guru privatnya dan langsung bergabung dengan ke dua laki-laki itu. Luna mencium punggung tangan Niko dan Niko balas mengelusnya sambil memberikan coklat batang yang tadi di jalan dibelinya.

"A-sik da-pat cok-lat," Luna tampak kegirangan, "ma-ka-sih Kak Ni-ko."

Niko tersenyum. Guru privat pamit pada mereka dan seketika saja keheningan datang, membuat Luna bingung.

"A-da a-pa?"

Niko mencubit pipi Luna. "Kakak baru sadar kamu tambah cantik aja."

Luna tersipu malu.

Tidak lama dari itu Adella datang membawa minuman yang dibuat pembantu rumah Mario. Setelah menyimpannya di dekat mereka, Adella bertanya pada Luna.

"Luna, ya?"

Luna mangguk.

"Adella," tambah Adella sambil mengulurkan tanganya. Luna bersalaman dengannya. "Biar Kakak tebak, kamu pasti suka langit apalagi di malam hari." Adella menoleh Mario sedetik.

Luna mangguk.

"Kita sama."

"Sa-ma?" tanya Luna.

"Bintang-bintang dan bulan yan bercahaya terang. Kak Adel suka itu. Merasa terobati jika sedang kangen seseorang. Merasa bisa melihatnya di langit."

Mario dan Niko (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang