Mempertemukan Adella dan Niko

5 1 0
                                    

Niko ke kelasnya Mario, tetapi ia tidak menemukannya, kemudian ke rooftop. Dan di sanalah sahabatnya sedang merokok dengan earphone menyumpal telinganya. Niko melepaskan earphone-nya setelah duduk di sebelahnya, kemudian mengatakan, "Gue hari ini seneng."

"Adella, Man," sambungnya, "tadi pagi bantuin gue ngerjain PR. Ini perkembangan yang baik. Menurut lu gimana?"

"Udah waktunya untuk nyatain perasaan kamu," saran Mario.

"Lu gila, ya," bantah Niko, "bukannya lu sendiri yang bilang cari tahu dulu tentang dia."

"Biasa aja ngomongnya, Man."

Niko tampak terkejut.

"Sorry, saya lagi banyak pikiran," tambah Mario menyesal.

"It's okay." Niko tampak paham. "Maksud gue, gue belum mengenal lebih dalam tentangnya."

"Dia pernah tinggal di panti asuhan," ceplos Mario.

"Tahu dari mana?"

"Dia di panti yang sering Bang Panji kunjungi. Saya ketemu dengannya di sana."

"Kok, lu baru cerita?"

Mario tidak menjawab, ia malah mengalihkan topiknya.

***

Mario tampak terkejut mendapati Adella sedang bermain bersama Luna. Ia mencium kepala adiknya kemudian naik ke atas tanpa menoleh pada Adella. Bukan hanya Adella yang merasa bingung dengan sikapnya itu, tapi adiknya pun merasa kan hal yang sama.

"Kak Ma-rio mung-kin ca-pek. Ma-af ya, Kak," ucap Luna.

Adella mengelus kepala Luna. "Kenapa minta maaf? Di sini gak ada yang salah."

Mereka bermain kembali. Adella mengajari banyak hal kepada Luna, salah satunya menyanyi. Meskipun suara Luna lambat dan kurang jelas, tapi anak itu sangat bersemangat.

Mario turun ke bawah ketika Adella akan pulang. Luna langsung menyarankan kakaknya untuk mengantarkan Adella. Mario dengan halus mengatakan bahwa ia tidak bisa, ada masalah dengan motornya. Itu hanya alasan supaya ia bisa menghentikan rasa yang semakin tumbuh pada cewek itu. Ia tidak mau menyakiti kawannya.

Di sekolah ketika Mario ingin masuk ke kelas, Adella tampak sudah menunggunya di pintu. Ia langsung menghalangi jalannya.

"Ada apa?" Mario menuntut penjelasan.

"Harusnya aku yang bertanya. Ada apa dengan kamu?"

Teman sekelas Mario yang sedang duduk ataupun baru masuk memperhatikan mereka berdua. Tampaknya itu sebuah pemandangan langka.

"Kamu yang menghalangi jalan saya dan kamu yang bertanya."

"Bukan sekarang tapi kemarin. Kenapa kamu bersikap seperti itu di depan Luna."

"Maksud kamu?" Mario pura-pura tidak paham.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kamu sampai bisa bersikap seperti kemarin. Tapi aku mohon, jika kamu tidak suka dengan kehadiranku jangan bersikap seperti kemarin di depan Luna. Dia orangnya gak enakan."

"Sudah?" tanya Mario sinis.

Adella menggeleng kemudian meninggalkan Mario begitu saja. Mario benci melakukan itu tapi ia harus, itu semua demi Niko.

Mario meminta pada Niko untuk mengajak Luna ke panti asuhan. Luna ingin bertemu dengan mereka. Niko setuju apalagi ketika Mario menambahkan mungkin saja Adella ada di sana.

Luna sudah lama mengenal teman kakaknya itu. Bagi Luna, Niko seperti kakaknya sendiri. Niko adalah orang lain yang paling dekat dengannya.

Luna tiba-tiba berbicara. "Kak Ni-ko te-ri-ma ka-sih u-dah ma-u ne-me-nin Lu-na."

Mario dan Niko (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang