Bersama Adella

5 1 0
                                    

Mario  mendapat kabar bahwa Niko kecelakaan. Ia segera datang ke rumahnya. Tempat itu tampak berbeda dari biasanya, mungkin karena ketidak hadiran orang tua Niko yang sudah terbang ke Jepang.

Mario mendapati tangan kiri Niko digips.

"Kenapa, Nyet?" tanya Mario, ia duduk di tepi ranjangnya.

"Gue jatoh," jawabnya. Mario tampak bingung karena kawannya itu terlihat senang.

"Apa otak kamu ikut kegeser juga?" tanya Mario, bercanda.

"Kampret!!!"

"Yo?" panggil seseorang dan Mario menoleh ke pusat suara, Intan tampak berdiri di pintu sambil menyilangkan tangannya di dada. "Kawan lu itu harus dirukiyah. Gue heran, sikapnya belakangan ini kaya orang kesurupan. Suka senyum-senyum sendiri. Gue ngeri liatnya mana di rumah lagi sepi."

"Lagi jatuh cinta dia, Kak."

"Cinta palsu," ledek Intan. "Paling jika udah dapat tuh cewek gak bakal bertahan 2 bulan. Berani bertaruh gue. Mening bilangin, suruh tobat."

Mario menoleh Niko. "Mening kamu dengerin omongan Kak Intan."

"Dia gak paham makanya bilang begitu. Lu tahu, kan, dia gak pernah pacaran?"

"Hey, Nyet, gue gak pacaran karena fokus belajar. Gak kaya lu yang hobinya main-main terus. Gunta-ganti cewek."

"Alasan, bilang aja gak laku."

Intan pergi, tampaknya dia marah.

"Itu kakak lu, Nyet."

"Kakak jahat dia. Bukannya peduliin gue yang lagi sakit malah fokus sama buku-bukunya. Sialan dia."

Hening beberapa saat. Mereka saling pandang dan Niko tiba-tiba tersenyum tidak jelas.

"He-eh, urang pikir maneh geus gelo," ucap Mario.

"Sama aja lu, Nyet... ,"

"Yo, ini bukan sombong, ya, tapi mana mungkin ada cewek yang bisa nolak pesona gue," tambah Niko. "Gue pikir Adella mulai jatuh cinta sama gue."

"Jadi besok gak sekolah? Enak banget." Mario mengalihkan pembicaraan.

"Bisa aja sekolah, tapi kaki kiri juga terkilir, linu banget. Dokter menyuruh istirahat seminggu. Setidaknya sampai gue bisa jalan normal. Ribet, Nyet, kalo kaki dan tangan cedera bersamaan. Yang kiri dua-duanya lagi."

"Iya."

"Iya apa?"

"Enak banget harus bolos seminggu."

"Gak ada yang mau seperti ini, kampret... by the way  mobil bawa aja ke rumah lu."

"Gue bisa naik umum."

***

Pulang sekolah Mario mendapati Pak Agus -penjaga sekolah- sedang kesusahan mengeluarkan sofa jelek dari gudang. Otaknya langsung bekerja cepat.

"Mau dibawa kemana, Pak?"

Pak Agus terkejut sampai tidak sengaja menjatuhkan sofanya. "Oh, ini. Mau saya buang."

"Boleh saya ambil?"

Pak Agus menatapnya bingung. "Buat apa?"

Mario tersenyum, mendekat, dan mengambilnya. "Tenang aja, Pak. Gak bakal saya bakar di sekolah."

Pak Agus terbengong kemudian sadar, dia merasa senang karena pekerjaan yang lumayan menguras tenaganya itu ada yang mengambil alih.

Mario sedikit kesusahan membawanya ke atas. Ia sesekali berhenti sebelum melanjutkannya lagi. Beruntung sekolah sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang latihan paskibra di lapang dan yang sedang mengikuti ekstrakulikuler lain.

Mario dan Niko (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang