¤ BEGAN AGAIN ¤
*
*
*
"Tuh muka kenapa? Tunggu...tunggu, dari sudut penerawangan gue, kayaknya elu abis nginjek kotoran besar," tebak Erina memejamkan matanya disertai tangan yang melambai-lambai bak miss tarot yang sedang menerawang.Zelia baru saja menempatkan bokongnya di kursi dan menimbulkan suara gesekan yang cukup nyaring. Hanya bisa menghela napas panjang. Entah jengah melihat perilaku sahabatnya atau sudah bosan hidup.
Zelia cemberut lalu membenamkan wajahnya di lipatan lengannya.
"Kotoran super duper raksasa," balas Zelia dan kembali merengek. Erina kalem mode on memilih fokus memakan pudingnya.
Bukan Erina namanya jika rasa mengabaikan tak lebih tinggi dari rasa penasarannya. "elu ada masalah apa lagi?" tanya Eri akhirnya.
Zelia mengangkat wajahnya kemudian mendesah pelan. "Yona mau nikah. Gue baru terima undangannya," balas Zelia masih setia dengan wajah cemberutnya.
"Lah! Kan itu berita bagus, tapi kenapa lo nanggepinnya kek gitu amat?"
"Begini, Nyonya Albian yang terhormat," ada jeda sebelum Zelia melanjutkan ucapannya. "Yona itu, satu-satunya orang yang juga masih jomblo di antara semua teman-temanku di SMA dulu. Sedangkan aku? jangankan calon suami, calon pacar aja nggak ada Rin" nestapa seorang Zelia.
Orang tua Zelia dan Erina ini dulunya tetanggaan, dari TK, SD sampai SMP tuh mereka masih bareng. Bertepatan dengan lulus SMP, Ayahnya Erina pindah keluar kota otomatis Erina juga ikut pindah tapi komunikasi antara mereka berdua tidak putus dan masih terjalin. Sampai akhirnya mereka sudah kuliah dan Erina memutuskan menikah kemudian pindah lagi ke komplek perumahannya dulu tapi beda rumah aja. Ketemu lagi sama sahabatnya dan sering jalan-jalan dan nongkrong bareng lagi.
"Jadi?" balas Erina dengan tampang tak berdosanya. "Bukan berarti elu jadi satu-satunya orang jomblo yang hidup di dunia ini bukan? Di luar sana, juga ada banyak orang yang meninggal dengan status jonesnya."
"Apa gue harus merasa lebih baik sekarang? Terima kasih Ibu Erina yang terhormat atas simpatinya," Ucap Zelia sinis.
Erina menggelengkan kepalanya, terkadang dia tidak tahu harus berbuat apa saat temannya bertingkah seperti sekarang ini.
"Eh... eh... Maksud gue tuh yah, nggak ada salahnya hidup sebagai seorang jomblo. Elu bisa ngerjain apa aja, terhindar dari pekerjaan rumah tangga atau merawat anak, suami dan juga mertua. Umurmu kan masih duapuluh dela-"
"29!" koreksi Zelia cepat. Erina spontan mengangguk. "Elu masih 29 dan masih ada waktu untuk mencari pacar atau pendamping hidup," pungkas Erina percaya diri.
"Mudah banget yah lo ongomongnya? Karena dulu elu tuh ngebet banget pengen nikah saat kehamilanmu itu udah 16 minggu," ketus Zelia memiringkan kepalanya enggan melihat sahabatnya. Omongan-omongan seperti itu sudah biasa mereka lakukan jadi tidak ada dari mereka yang akan marah jika masa lalunya di ungkit.
"Sssttt! Jaga ucapanmu, nanti bayiku denger," bisik Erina sembari mengusap perutnya yang masih terbilang rata. Rahang Zelia ternganga saat menyadari apa maksud dari ucapan Erina barusan.
"Lo hamil lagi?"
Erina mengangguk sebagai jawaban. "Sudah 3 minggu," tambahnya.
"Selamat yah Na," pekik Zelia, berdiri dan memeluk Erina. "Pantes aja, lo tuh keliatan berbeda, agak gemukan dan doyan makan banget akhir-akhir ini," lanjut Zelia menarik diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAN AGAIN [On Going]
ChickLitTeruntuk Kamu yang akan menjadi pendamping hidupku kelak. "Setiap bahagia yang baik, aku akan menempatkanmu di urutan yang pertama. Bersamamu, aku berharap bisa merasakan hal "seberuntung ini" menjadi seseorang. Dikarenakan aku yang dicintai deng...