[3]

66 7 3
                                    

__________¤•••¤__________

Nestapa Seorang Jones•

__________¤•••¤__________

Sejujurnya, Zelia hanya berbohong jika dirinya baik-baik saja, dia mengharapkan kehangatan cinta dari seseorang. Zelia juga mendambakan keluarga yang bahagia. Saat masih kecil dulu, Zelia dihujani cinta oleh orang tuanya. Cinta yang selama ini ia lihat dari orang tuanya memberinya pandangan positif tentang pernikahan. Hingga saat ayahnya meninggal, dia menyaksikan bagaimana kondisi ibunya yang bagai kehilangan penopang hidupnya. Sejak saat itu Zelia tak ingin meninggalkan ibunya, memutuskan untuk tidak menyewa rumah yang lebih dekat dengan tempatnya bekerja. Setidaknya itulah yang bisa Zelia lakukan untuk ibunya.

Meski menyaksikan kesedihan ibunya saat kehilangan sosok ayahnya, dia masih tetap percaya dengan adanya seorang pendamping di sisinya dan menikah lebih baik daripada tidak mengalaminya sama sekali. Bisa jadi kenangan untuk mengisi celah kesedihan yang mungkin akan menghampiri. Menjadi kenangan untuk mengisi celah kesedihan yang akan menghampiri.

Pikiran-pikiran seperti itu memenuhi benak seorang Zelia. Kini, ia hanya bisa duduk di sofa kulit berwarna hitam,diiringi dentuman musik EDM yang menggema membuat gendang telinganya bergetar, sebagian pengunjung menari menikmati musik.

Yona adalah pelaku sehingga ia datang di tempat seperti ini, yang meneleponnya di tengah malam dan mengundangnya untuk datang berkumpul dengan teman-temannya yang lain.

Zelia sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan ajakan Yona tapi atmosfer di rumahnya setelah menekankan hal-hal bodoh pada keluarganya membuat suasana hatinya makin tak tertahankan untuk sekedar tetap berdiam diri.

Tak banyak yang di lakukan Zelia, wanita itu hanya asyik meneguk minuman beralkohol itu hingga gelas ke tiga, Yona yang mesih asyik meliuk-luliukkan tubuhnya seketika menatap prihatin temannya.

"Ke sana yuk?" ajak Yona berusaha membujuk Zelia.

Sekali lagi, Zelia meneguk winenya dalam sekali tegukan. Kemudian mengikuti Yona yang menariknya paksa ke tengah kerumunan. Sambil cekikikan dengan teman-temannya yang lain, membiarkan tubuhnya bergerak mengikuti alunan musik.

"Cowok itu boleh juga," celetuk Lola sembari menyenggol bahu Zelia yang kemudian menunjuk ke arah pria yang ia maksud dan sedang menatap mereka. "Nggak ah, mukanya kek bayi," balas Zelia sambil membuang muka.

"Oh, ayolah Zea. Dia kelihatan tampan rupawan kok," Lola mendorong pelan punggung Zelia.

"Apa suamimu tahu jika istrinya ada di sini?" tanya Zelia yang membuat Lola seketika kicep dan kembali memukul bahu Zelia pelan. "Oke, oke gue diam."

"Ze, dia nyamperin kita Zea." Teriak Lola antusias. Zelia mengerutkan alisnya dan bahkan sebelum ia bisa mengatakan apapun, Lola sudah melongos pergi meninggalkannya di tengah kerumunan.

"Hai!" sapa seoarang pria dari arah belakang, Zelia sontak berbalik dan matanya menemukan sosok pria imut yang ditunjuk Lola beberapa waktu yang lalu. Pria dengan wajah yang tampak kekanak-kanakan. "Hai," balas Zelia canggung.

"Apa ini pertama kalinya kamu datang di tempat seperti ini? Aku baru melihatmu," tanyanya dan Zelia kesulitan mendengar apa yang pria itu ucapkan. Menyadari itu, pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga bibirnya hampir menyentuh daun telinga Zelia untuk menanyakan pertanyaan yang sama.

"Iya, ini pertama kalinya aku ke sini," jawabnya langsung

"Perkenalkan, namaku Juna. Kamu?"

BEGAN AGAIN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang