____________¤...¤____________•Jadi Jomblo Yang Tersakiti•
____________¤...¤____________
Bibir Zelia komat-kamit siap mengumpat, tapi ia menahan diri untuk tidak mencekik leher sepupunya itu. Didikan orang tuanya yang mengajarkan untuk senantiasa lebih sabar dan pemaaf. Andin adalah iblis yang berkamuflase menjadi seorang malaikat.Zelia hanya tertawa paksa. "Kamu sangat lucu Ndin, hahaha!" balasnya sambil mengertakkan gigi menahan amarah yang kian membuncah.
"Aku baru sadar, ternyata Arga dulu ngejar-ngejar aku tuh mungkin karena aku pintar merawat diri," ucap Andin membuat Zelia menggerutu dalam hati. Andin masih 25 tahun tapi sudah punya dua anak yang lucu-lucu tidak seperti Ibunya yang suka ceplas ceplos, punya suami ganteng dan bertanggung jawab. Sedangkan Zelia yang sebentar lagi genap berusia 30 tahun masih betah menjomblo dan siap masuk panti jompo.
"Hmmm. Yahh! Pasti itu alasannya," Zelia hanya mengangguk agar terhindar dari jeratan pembicaraan tiada akhir. "Aku mau naik dulu, pengen mandi," arwahnya sudah menjerit ingin meninggalkan tempat dan situasi yang semakin menyudutkannya.
Andin mengangguk dan Zelia berbalik memunggunginya. Zelia menyesal pulang ke rumah di hari liburnya. Rebahan di rumah sakit mungkin akan menjadi pilihan terbaik.
Rencana mengunci diri di dalam kamar setelah mandi tidak bisa terealisasi karena ibunya datang dan memaksanya untuk turun dan makan cemilan bersama tante dan sepupunya.
***
Di sanalah Zelia tengah duduk menonton TV dengan satu kaki terangkat sambil mengunyah seiris semangka. Rambutnya ia biarkan tergerai dan air masih setia menetes dari ujung rambutnya bagai mengumumkan pada dunia bahwasanya ia baru saja mandi setelah dua hari kulitnya tak terjabah air.
Zelia tertawa terbahak-bahak melihat serial televisi yang di tontonnya.
"Duduk dengan benar," tegur ibunya sembari menjitak kepala putrinya. Tidak perduli, Zelia malah tertawa makin keras tetapi setelah beberapa detik, dia akhirnya tersadar akan tatapan dari tantenya. Zelia merapikan celana dan mulai duduk dengan benar, tak lupa menyeka air yang bercucuran dari sudut bibirnya karena buah yang ia makan.
Kedua tantenya yang memang sudah duduk entah sejak kapan mulai mencondongkan badan meraih gelas berisi teh sambil tersenyum sinis.
"Jadi, kapan kamu akan menikah?"
Zelia hampir saja meremukkan kulit semangka yang dipegangnya saat mendengar pertanyaan sang tante. Pertanyaan yang sudah ia black list untuk di dengar tapi masih saja di serukan oleh sang tante. Tidak bisakah semua orang diam dan menunggu berita bahagianya? Dan bagaimana bisa seorang Zelia menikah jika ia sendiri tak punya pacar alias kekasih alias tambatan hati.
"Secepatnya," jawabnya lembut. Tante Vida lantas membenarkan posisi duduknya dan perlahan senyum di wajahnya memudar. "2 tahun yang lalu kamu juga bilang gitu," celetuknya.
"Keponakanmu punya standar dalam memilih pendamping, dia mencari orang yang pas untuk bersanding dengannya nanti," kata ibu Zelia dan meletakkan sepiring irisan semangka di atas meja. Zelia tersenyum, secara tidak langsung berterima kasih kepada ibunya yang sudah memahami kondisinya.
"Kadang karena punya standar tinggi membuatmu semakin sulit menemukan pendamping, nanti kamu jadi perawan tua," kali ini tante Mia yang menimpali, tante termuda Zelia.
Itu terdengar seperti sebuah kutukan di telinga Zelia. Dia hanya mampu mengatup mulut jika tak ingin mendapat masalah karena mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Aku kenal seseorang yang mungkin cocok denganmu. Dia putra pemilik perusahaan tekstil, dia pernah belajar di universitas terkemuka di inggris dan baru pulang sekitar setahun yang lalu," ucap tante Vida. Membuat Zelia serius mendengarkan.
Tidak ada salahnya mencoba peruntungan baru, toh dia juga seorang pengusaha.
"Umurnya berapa tan?" tanya Zelia dengan mata berseri-seri bak Upin Ipin yang lagi dapat hadiah dari kak Ros.
"32."
"Sangat cocok denganmu tuh Kak," tiba-tiba Andin ikut menyuarakan pendapatnya dan Zelia mengepalkan tangannya karena kesal nenek lampir ikut campur lagi. Tidak perlu berpikir lagi tentang usia karena semuanya sudah jelas. Walau ada kalanya orang memujinya karena terlihat lebih muda tapi tetap saja ia tidak bisa menghilangkan fakta jika umurnya yang akan mencapai kepala 3.
"Satu lagi," lanjut tante Vida menatap nanar Zelia. "Dia seorang duda dan punya 2 anak."
"Astaga! Tega sekali kamu ingin menjodohkan keponakanmu dengan seorang duda," ketus ibu Zelia memelototi adiknya. Sungguh, Zelia sangat mencintai Ibunya, mewakilkan perasaan yang ia rasakan.
"Aku kan berniat membantunya mencari pria, karena umurnya sudah tidak muda lagi," balas tante Vida membela diri.
"Nggak usah, aku bisa cari sendiri. Tante juga nggak usah khawatir," kata Zelia dan semua orang kini melihatnya. "Dan jika aku tak menemukannya, aku baik-baik aja jika nantinya harus hidup sendiri."
***
Sejujurnya, Zelia hanya berbohong jika dirinya baik-baik saja, dia mengharapkan kehangatan cinta dari seseorang. Zelia juga mendambakan keluarga yang bahagia. Saat masih kecil dulu, Zelia dihujani cinta oleh orang tuanya. Cinta yang selama ini ia lihat dari orang tuanya memberinya pandangan positif tentang pernikahan. Hingga saat ayahnya meninggal, dia menyaksikan bagaimana kondisi ibunya yang bagai kehilangan penopang hidupnya. Sejak saat itu Zelia tak ingin meninggalkan ibunya, memutuskan untuk tidak menyewa rumah yang lebih dekat dengan tempatnya bekerja. Setidaknya itulah yang bisa Zelia lakukan untuk ibunya.Meski menyaksikan kesedihan ibunya saat kehilangan sosok ayahnya, dia masih tetap percaya dengan adanya seorang pendamping di sisinya dan menikah lebih baik daripada tidak mengalaminya sama sekali. Bisa jadi kenangan untuk mengisi celah kesedihan yang mungkin akan menghampiri.
Pikiran-pikiran seperti itu memenuhi benak seorang Zelia. Kini, ia hanya bisa duduk di sofa kulit berwarna hitam,diiringi dentuman musik EDM yang menggema membuat gendang telinganya bergetar, sebagian pengunjung menari menikmati musik.
Yona adalah pelaku sehingga ia datang di tempat seperti ini, yang meneleponnya di tengah malam dan mengundangnya untuk datang berkumpul dengan teman-temannya yang lain.
Zelia sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan ajakan Yona tapi atmosfer di rumahnya setelah menekankan hal-hal bodoh pada keluarganya membuat suasana hatinya makin tak tertahankan untuk sekedar tetap berdiam diri.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAN AGAIN [On Going]
ChickLitTeruntuk Kamu yang akan menjadi pendamping hidupku kelak. "Setiap bahagia yang baik, aku akan menempatkanmu di urutan yang pertama. Bersamamu, aku berharap bisa merasakan hal "seberuntung ini" menjadi seseorang. Dikarenakan aku yang dicintai deng...