_________¤•••¤__________
•Pengakuan•
__________¤•••¤__________
Zea perlahan membuka matanya, merasa seseorang tengah mengguncangkan bahunya.
Hal pertama yang dilihatnya saat membuka mata adalah kantong plastik berwarna hitam di atas meja ruang keluarga. Matanya mengernyit dan baru menyadari bahwa ia tertidur saat menonton serial FTV suara hati suami.
Zean yang sudah duduk kini mulai melirik, merasakan aura berbeda dari Zea yang masih setia melamun dengan mulut yg sedikit terbuka.
"Woy!"
Teriak Zean tepat di telinga kakaknya, menyadarkan Zea untuk kali kedua.
"Ngelamun juga bukan cara efektif menemukan jodoh," ketus Jeje sesekali menggigit tahu isinya.
"Udah berbagai cara kulakukan, 9 purnama juga sudah ku lalui tapi tak ada pangeran yang datang untuk sekedar menyapa."
"Kamu akan segera menikah dan punya anak, jadi berhenti mengeluh menghalu."
"Kapan?"
"Segera! Pangeran tampan mu baru saja terhalang macet, jadi ada keterlambatan dalam perjalanannya menemui mu," jawab Jeje santai.
"Benarkah?"
Zean mengangguk sok serius, setidaknya menghibur sekaligus menjahili kakaknya adalah sesuatu yang menyenangkan.
"Apakah dia datang menunggang kuda atau make mobil?" Tanya Zea, menunggu jawaban bagus dari sang adik. Jeje terdiam sejenak lalu menyeringai.
"Dia merangkak!"
"Anj**... Bocah kampret," umpat Zelia sambil memukuli kepala dan pundak kemudian mendorong Jeje dari sofa.
"Santai...santai, jangan ada kekerasan diantara kita! aku kan cuma bercanda. Lagian ngapain juga merengek tentang nikah nikah mulu, nggak salah kok jadi jomblo. Kak Zea tuh cantik, berprestasi, ramah lingkungan. Hanya saja orang-orang di sekitarmu aja yang buta dan tak peka."
Zelia perlahan tersenyum, mendengar bacotan Jeje yang sebenarnya mengandung 85% ledekan dibandingkan kalimat dukungan.
"Kamu memang adikku yang paling manis,"
Tak butuh waktu lama Jeje dengan jiwa materialistis nya menyodorkan telapak tangannya tepat di depan wajah Zelia. Lalu menyeringai.
"Aku akan mentraktir mu makan malam weekend nanti," ucapannya. Seakan sudah mengerti maksud Jeje.
Jeje mengangguk setuju dan tersenyum lebar. Dalam hati, Zea hanya berharap Pangeran tampannya benar-benar terjebak kemacetan dan dia tidak ada masalah lain atau kecelakaan dalam perjalanan menemuinya.
***
"Bagaimana dengan kondisinya? Sudah ada kemajuan?" Tanya Zea kepada rekannya, sembari berjalan melewati lobi dengan grafik pasien di tangannya. "Iya, aku sudah memberinya suntikan tadi malam dan untungnya dia sudah tenang. Dr. Leo bilang, dia akan melakukan operasi malam ini," jawabnya dan Zea mengangguk.
Saat mereka mencapai sudut resepsionis, mereka sudah bisa mendengar suara-suara keras dari perawat dan paramedis yang memasuki ruangan dengan seorang pria di atas stretcher.
"Ada apa?" Tanya Zea pada seorang perawat yang berjalan disampingnya.
"Kecelakaan mobil, mobilnya menabrak mobil lain dari jalur yang berlawanan," jawab perawat itu cepat. Zea melihat sekeliling, mencoba mencari Dr. Noah yang bertanggung jawab atas unit gawat darurat dan dia melihat Dr Noah juga tengah sibuk menangani korban yang baru saja di pindahkan ke ranjang pasien.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAN AGAIN [On Going]
ChickLitTeruntuk Kamu yang akan menjadi pendamping hidupku kelak. "Setiap bahagia yang baik, aku akan menempatkanmu di urutan yang pertama. Bersamamu, aku berharap bisa merasakan hal "seberuntung ini" menjadi seseorang. Dikarenakan aku yang dicintai deng...