_________¤•••¤__________
•Apa?•
__________¤•••¤__________
Selain sepak bola Gian juga hobi bermain PS dan benar saja pemuda itu sedang asyik bersama seorang temannya. Mereka tengah sibuk berkutat dengan stick PS di tangan masing-masing.
Dertt.dertt...
Ponsel milik Razif berdering, pandangan Gian sejenak beralih menatap Razif yang masih sibuk dengan stick PS.
"Zif! Hp lu tuh," gumam Gian yang matanya masih fokus menatap layar TV di depannya.
"Yan! gue balik dulu, ada urusan mendadak," ucap Razif sembari memasukkan ponsel kedalam kantong celananya kemudian bergegas pergi meninggalkan Gian.
Hanya berselang beberapa menit, ponsel Gian juga ikut berdering. Matanya memicing dan sudut bibirnya tertarik melihat nama yang tertera di layar ponsel miliknya.
Pria itu menarik napas dalam-dalam sebelum menerima panggilan. "Halo Kakek," jawab Gian dengan nada lembut yang dibuat-buat.
"GIANDRA! cepat pulang!"
Gian meringis, menjauhkan ponselnya dari telinganya. Gendang telinganya terasa mau pecah mendengar teriakan dari seberang telepon. "Aku sibuk," jawabnya sambil mempertahankan nada bicaranya.
"Pak Ari bilang, kau sudah pulang dari satu bulan yang lalu, apakah kau mau melihatku mati? kenapa tidak memberi kabar jika kau sudah pulang? Ayah dan Ibumu bilang kau tidak pulang ke rumah, terus kau tidur dimana?"
"Tidak usah cemas, aku nginap di rumah teman dan satu lagi, aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah bisa hidup sendiri dan yang paling penting aku tidak ingin melihatmu mati."
"Kalo tidak ingin kembali lagi ke New York, pulanglah nak! Kakek ingin sekali bertemu denganmu," ucap sang kakek dan hanya di tanggapi asal oleh Gian
"Jangan pernah berpikir untuk menghindar lagi, karena kakek sendiri yang akan menyeretmu jika menemukanmu."
°^°^°^
"aaahhhh sakitt kek, udah dong udah," Gian baru saja turun dari taksi dan malah sudah dihadiahi jewer-an dari sang kakek yang memang sudah menunggunya di depan rumah.
Gian memang sudah pulang ke rumah kakeknya, ada banyak ancaman jika ia tak menyempatkan untuk pulang. kenapa dia tak pulang ke rumah orang tuanya karena kedua orang tuanya sedang berada di luar kota.
"Sebenarnya apa terjadi sesuatu padamu? kenapa tidak melanjutkan study mu saja di new york? dan kenapa tidak langsung pulang ke rumah?" begitulah serangkaian acara penyambutan kepulangan Gian.
"Aku hanya ingin melihat-lihat kota ini sendiri," jawab Gian beralasan yang kemudian di hadiahi jitakan dari sang kakek.
"1 bulan tanpa menghubungi siapapun? apakah hidupmu sebercanda itu?" sang kakek lagi-lagi melayangkan pukulan di bahu cucunya yang membuat Gian kembali meringis kesakitan. kali ini Gian benar-benar merasakan sakit dikarenakan luka yang ada dilengannya.
"Tolong berhenti memukulku, badanku sudah banyak memar dan luka dilenganku belum sembuh."
"dasar anak nakal, memangnya kamu sudah melakukan apa sampai terluka seperti ini?"
"Kakek tidak perlu tahu aku terluka karena apa, aku sudah dewasa dan bisa mengurus diriku sendiri. satu lagi, suruh pengawal itu berhenti mengawasiku," papar Gian panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEGAN AGAIN [On Going]
ChickLitTeruntuk Kamu yang akan menjadi pendamping hidupku kelak. "Setiap bahagia yang baik, aku akan menempatkanmu di urutan yang pertama. Bersamamu, aku berharap bisa merasakan hal "seberuntung ini" menjadi seseorang. Dikarenakan aku yang dicintai deng...