Orangtua

4 0 0
                                    

15.15 WIB

"Laki-laki bertanggung jawab atas keluarga yang membesarkannya dan keluarga yang dibesarkannya"

Kini Azriel dan mamahnya sudah berada dalam satu mobil. Sekesal apapun Azriel pada mamahnya, ia tidak akan pernah tega meninggalkan mamahnya pulang sendirian. 

     "Mamah gak boleh gitu dong, harusnya kan bisa bilang ke Azriel dulu" Ucapnya membuka percakapan di mobil.

     "Mamah cuman mau yang terbaik buat kamu zriel" balas Mamahnya sambil menatap sendu wajah anak bungsunya dari samping. Azriel yang terlihat tampan dari sisi manapun membuat mamahnya semakin bersyukur memiliki anak seperti Azriel.

     "Kenapa harus Aisyah mah ? Mamah baru kenal dia dalam waktu yang singkat loh" Azriel masih belum bisa menerima kejadian di Foodcourt tadi.

     "Justru karena itu. Karena mamah baru mengenal Aisyah dalam waktu yang singkat, tapi mamah sudah mendapatkan banyak sisi positif darinya zriel, mau mamah contohkan ? yang pertama kali saat dia mendatangi mamah dan nenek mu, ia datang karena rasa tanggung jawabnya padahal mamah rasa dia tidak perlu berbuat sampai sejauh itu, yang kedua.."

     "Cukup mah" sela Azriel. Belum sempat mamahnya lanjutkan dengan beraninya dia menghentikan ucapan mamahnya.

     "Aku sedang mencari istri buat seorang Azriel, bukan buat mamah" lanjutnya dengan tenang tanpa menoleh ke wajah mamahnya.

     "Zriel...." Kini nada suara mamahnya semakin serius walaupun terdengar lembut dan tenang.

     "Mamah ingin kamu mendapat yang terbaik, mamah yakin Aisyah adalah perempuan yang terbaik buat kamu. Dia perempuan shalihah yang betul-betul menjaga auratnya, tutur katanya, hingga sikapnya dengan orangtua. Sulit zriel mencari perempuan shalihah yang tulus seperti Aisyah saat ini"

Azriel masih fokus menyetir, entah apakah dia bisa double focus untuk mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mamahnya, namun dahinya terus saja memperlihatkan kerutan.

     "Mamah gak mau kamu salah memilih perempuan lagi, perempuan itu kunci zriel untuk menentukan bagaimana keluarga kamu akan terbentuk...."

Mamah Azriel diam sejenak sambil menarik nafasnya, lalu melanjutkan kembali perkataannya.

     "Mamah ingin sekali kamu menikah dengan dia, ini murni dari hati mamah. Bukan sekedar amanah dari nenekmu". Tuntas mamahnya.

Azriel menghela nafasnya dengan kasar, ia kembali mengingat almarhumah neneknya. Betapa pusing kepalanya ketika dua wanita paruh baya yang sangat ia hormati dan cintai memiliki harapan yang sama pada dirinya, pada masa depan keluarga kecilnya kelak. Sedangkan ia masih belum merasa mampu mengabulkan harapan itu.

     "Mah, Azriel berhak menentukan pilihan sendiri".

     "Dan mamah berhak menuntun kamu untuk memilih yang baik" Balas Mamahnya dengan cepat. Ia sungguh sabar menghadapi anak laki-lakinya yang kian bertumbuh besar.

     "Azriel sudah dewasa. Mamah gak perlu nuntun aku mencari calon istri, aku lebih tau apa yang aku butuhkan dan inginkan. Azriel bisa sendiri " Ucapnya dengan penuh penekanan. Jelas sekali dari raut wajah dan suaranya ia sudah tidak mampu menahan kesabarannya.

Hening.

Mamah Azriel tidak mengucapkan kata-kata apapun setelah mendengar kalimat terakhir yang anaknya keluarkan. Wajahnya ia palingkan ke jendela mobil di sisinya. Sungguh, hatinya begitu sakit mendengar anak bungsu kesayangannya berkata seolah-olah ia tidak lagi membutuhkan dirinya.

Not You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang