Enam

10 2 0
                                    

20:19

•Dunia hanya sekejap mata memandang, mana sempat untuk bermain-main disini•
-

    "Tidak" Ucap Aisyah cepat.

    "Syah, melihat wajah kamu disini tanpa nafsu tidak diharamkan kan ?"

     Aisyah tidak menjawab, ia hanya menatap Azriel dengan kesal.

    "Saya hanya ingin melihat tulisan di foto itu, hanya itu saja."

    Aisyah dengan hati-hati memperlihatkan bingkainya dengan menutupi wajahnya dibingkai tersebut menggunakan tangannya.

    Azriel membaca dengan jelas alamat sekolah menengah atas yang terpampang jelas dibagian bawah bingkai.

    "Kamu alumni zelga ?"

    "Kamu tau zelga ?" Bukannya menjawab ia malah balik bertanya.

    Azriel tampak berpikir sejenak sambil memperhatikan wajah Aisyah dengan detail. Pikirannya menerawang jauh kebelakang.

    Aisyah salah tingkah, ia menunduk malu wajahnya diperhatikan begitu lekat.

    "Jangan menatap saya seperti itu"

     "Ahhhh, i see" ucap Azriel dengan matanya yang berbinar. Aisyah semakin heran melihatnya.

     "Aisyah anak rohis sman 93 dulu kan ?"
Tanya Azriel yang langsung kembali duduk santai di sofa. Aisyah kaget bukan main, bagaimana dia tahu tentangnya.

    "Kamu tahu darimana ?" Tanyanya.

    "Kamu gak ingat saya siapa ? Sebentar sebentar,  biar saya tebak, kalau kamu ingat, pasti kamu akan menutup mulut kamu yang ternganga dengan mata melebar"  Ucap Azriel sambil berdiri dan mempraktekkan apa yang ia ucapkan.

    Azriel melanjutkan kata-katanya.
    "Coba sekarang kamu perhatikan wajah saya dengan detail, wajah saya tidak berubah drastis kok dari masa lalu"

    Aisyah masih menunduk dalam pikirannya.

Azriel tau aku anak rohis, jangan-jangan dia juga alumni 93, pikir Aisyah.

    Aisyah menatap hati-hati wajah Azriel, ia coba hilangkan pikiran dan rasa kesalnya. Matanya menyipit seperti memastikan sesuatu. Kini, jarak mereka hanya sekitar 50 cm.

    Dengan sigap Aisyah melangkahkan kakinya mundur menjauh dari Azriel, tangan kanannya menutup mulutnya, matanya menunjukkan ketidakpercayaan seseorang yang dihadapannya.

    "Azriel Rahman Guntara" ucap Aisyah dengan pelan.

    Tawa Azriel kini pecah, ia kembali meneguk secangkir teh yang tersisa dan menghabiskannya.

    "Saya berbakat menjadi peramal gerak-gerik seseorang kan"

    Aisyah langsung melepas tangannya dari mulutnya. Berusaha bersikap biasa dan duduk kembali ke sofa dengan tenang.

    "Kamu ingat nama panjang saya dengan jelas? Saya aja lupa nama panjang kamu, bahkan saya tidak mengenali kalau tidak melihat foto di bingkai itu"

    Aisyah terlihat gugup, ia merutuki dirinya sendiri mengapa harus menyebut nama lengkapnya.

    "Hmm, saya.. saya tipe orang yang mampu menghafal nama orang dengan baik, dannnn.. dan juga tepat, yaap itu" jawabnya dengan terbata-bata. Azriel hanya mengangguk tanda mengerti.

5 detik

    Suasana menjadi hening, rintikan hujan yang semakin mereda pun terdengar jelas. Pikiran masa lalu saat SMA menjadi sesuatu yang menarik untuk saat ini di kenang Aisyah dan Azriel.

    "Berartii... " Aisyah memecah keheningan. Azriel menoleh ke arah Aisyah dengan wajah datar.

    "Kamu sama Shyren langgeng banget yaa, kalian pacaran dari SMA kan ?" Tanya Aisyah.

    Azriel diam, ia masih fokus mencerna kata-kata yang diucapkan perempuan dihadapannya.

    "Sepertinya dulu kita jarang mengobrol. Bahkan, tegur sapa saja sepertinya tidak pernah, bagaimana kamu bisa tahu pacar saya di waktu SMA?" Tanya Azriel yang sukses membuat Aisyah kembali gugup.

    Aisyah terlihat bingung, ia diam sejenak sambil tetap berusaha tersenyum, tak dapat di pungkiri wajahnya terlihat sedang memikirkan jawaban.

    "Walaupun saya anak rohis, bukan berarti saya eksklusif sampai tidak tahu apa-apa, saya berteman dengan siapa saja, termasuk perempuan-perempuan yang menyukai kamu. Bahkan adik kelas yang menyukaimu bertanya Syhren itu sekolah dimana"

    Aisyah berhenti sejenak menghela napasnya lembut sambil tersenyum dan kembali melanjutkan kata-katanya

    "Hampir satu koridor siswi seangkatan membicarakan tentang personel geng yang katanya keren itu" lanjutnya diakhir dengan meneguk air teh buatannya.

    "Kamu tau geng saya juga ? Padahal geng saya tidak pernah dipublikasikan"

    Pertanyaan Azriel kembali sukses membuat Aisyah terbatuk. Aisyah diam tidak menjawab.

    "Atau jangan-jangan.."

    Aisyah semakin gugup mendengarnya. Ia berpikir keras untuk menghilangkan suasana ini.

    "Hujan sudah reda sebaiknya kamu pulang, saya tidak ingin kamu berlama-lama disini, cepat sana pulang" Aisyah sudah tidak tahan dengan laki-laki dihadapannya, dengan bantal yang berada di sofa ia gunakan untuk mendorong tubuh Azriel mengarah ke pintu.

     "Syah, tunggu Syah, saya bisa keluar sendiri" ucap Azriel dengan sedikit kesulitan akibat dorongan Aisyah yang membuatnya tepat telah bersandar di pintu masuk.

    "Saya mau tanya sesuatu lagi, jadi jangan terburu-buru mengusir saya"

    Aisyah kembali menatap kesal Azriel, ia tidak ingin dirinya terus mengatakan masa lalunya dengan laki-laki yang di masa SMA nya tidak pernah akrab dengannya sama sekali.

    "Saya tidak mau jawab, lebih baik sekarang kamu pulang, cepat pulang sana" ucap Aisyah dengan menaikkan nada suaranya, ia berhasil membuat Azriel keluar dari rumahnya.

    Namun ia masih harus berusaha untuk menutup pintunya yang kini di tahan Azriel.

     Tenaga Azriel cukup kuat, ia berhasil membuat pintu kembali terbuka lebar dan membuat Aisyah berhenti mendorong pintu.

    "Izinkan saya mengucap salam, Assalamu'alaikum" ucapnya yang langsung pergi menyalakan motor dan langsung hilang dari pekarangan rumah Aisyah.

    Kini Aisyah telah bersandar pada balik daun pintu rumahnya ia menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kasar.

    Kenapa harus mereka berdua, Kak Reza.. Azriel.
    Kenapa juga harus Azriel yang jelas-jelas belum terhapus benar dalam memorinya.
    Kenapa kalian hadir dengan situasi dan kondisi seperti ini.
    Kenapa kalian memberikan aku meratapi ruang yang sudah tertutup terpaksa untuk terbuka.
    Kenapa kalian harus membiarkan aku membuka kembali perasaan yang jauh sudah tak berbekas disana.
 
.
.
.
.
.
.

Masih mau disembunyikan ? Yaa, karena perempuan pandai sekali merahasiakannya.

 

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Maukah kamu memberikan kemudahan untuk oranglain ? Yang insyaaAllah urusan dan pekerjaanmu juga akan Allah permudah ?

😊Yukk, bantu Vote dan Comment cerita ini.

insyaaAllah, satu 'klik' yang kamu berikan akan menjadi salahsatu diperlancarnya langkah kebaikanmu.

Not You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang